Sharp Indonesia Beberkan Rahasia Tetap Tumbuh di saat Ekonomi Lesu
A
A
A
JAKARTA - Dalam dua tahun terakhir industri elektronik mengalami pelambatan. Bahkan hingga tahun depan, kondisinya diprediksi hampir sama mengingat lesunya ekonomi dunia akibat perang dagang AS dengan China yang tak berkesudahan.
Lalu bagaimana industri elektronik melihat kondisi tak bersahabat tersebut? PT Sharp Electronics Indonesia masih optimistis dalam menghadapi pasar nasional. "Dalam dua tahun terakhir, industri elektronik memang mengalami pelambatan. Apalagi di saat masa transisi atau peralihan ini terasa ekonomi turun. Meski demikian, kondisi market kami naik, tahun lalu market hanya 22% dan sepanjang tahun (2019) berjalan market Sharp ada di level 25,1%. Tentu market share kami akan naik mengingat permintaan yang turun," kata Agus Soewadjie, Assistant General Manager Marketing Communication, PT Sharp Electronics Indonesia saat menerima kunjungan Redaksi SINDO Media (KORAN SINDO, SINDOnews, SINDO WEEKLY) di Kantor Sharp Indonesia Kelapa Gading, Ruko Italian Walk Blok C51-C53, Kelapa Gading Square Mall of Indonesia, Jakarta, Senin (14/10/2019).
Menurut Agus Soewadjie, setiap pergantingan presiden atau menteri, industri elektronik nasional biasanya mengalami perlambatan. “Kuncinya adanya banyak activity. Salah satunya adalah Sharp Mobile Service Station (SMSS) yang dimobilisasi mengunjungi kota-kota kecil di Indonesia. Selama ini pameran di adakan di kota besar, belum menjangkau konsumen di daerah pinggiran. Nah dengan SMSS, Sharp bisa hadir di pasar malam dan lainnya. Sepanjang kegiatan berlangsung, responsnya sangat baik,” tutur Agus.
Yang membuat Sharp Electronics Indonesia percaya diri bisnisnya akan terus tumbuh adalah mereka memiliki pabrik sendiri di Tanah Air. Hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk mengurangi atau menambah produk-produk tertentu yang permintaanya sedang naik.
Sharp tercatat sebagai pemain lama dalam industri elektronik di Indonesia. Tahun depan mereka sudah genap berusia 50 tahun melayani kebutuhan masyarakat. Berbagai hambatan dan pasang surut kondisi ekonomi di Tanah Air berhasil mereka lewati.
Senior PR & Brand Communication Manager, PT Sharp Electronics Indonesia, Pandu Setio mencontohkan, pada 1998 saat Indonesia mengalami gejolak ekonomi dan politik yang luar biasa, banyak pemain industri elektronik yang angkat kaki. Begitu juga saat pemerintah mengeluarkan kebiajakan tax amnesty, para kompetitor yang menjual produk premium juga banyak yang keluar.
“Line-up kami banyak. Mulai dari barang-barang dari harga low-end sampai high-end ada,” timpal kata Pandu.
Selain itu, yang membuat Sharp bertahan hingga saat ini karena ragam inovasi dan strategi yang dikeluarkan untuk menarik konsumen baru dan mempertahan konsumen yang sudah ada. Salah satu strategi Sharp ialah mengeluarkan produk dengan fitur-fitur lokal terbaru. Misalnya pada produk mesin cuci, Sharp mengeluarkan seri "Hijab". Kemudian, lemari es dan microwave dengan sertifikasi halal.
Selain itu, ada juga televisi yang mempunyai fitur pengingat waktu azan. “Ini menjadi upaya edukasi ke anak-anak supaya tidak menonton televisi terus, tetapi ingat juga untuk beribadah,” tambah Agus, sambil menjelaskan semua produk tersebut dikeluarkan sebelum bulan Ramadan tahun lalu.
Pandu mengakui, elektronik bukanlah barang primer yang selalu dibeli orang dalam satu atau dua tahun. Di tengah kompetisi yang semakin ketat, Sharp tetap harus mencari celah untuk menjual produk. “Jadi kami cari cara membuat perbedaan pada produk,” imbuhnya.
Sharp juga mengeluarkan produk-produk yang dekat untuk milenial. Misalnya penanak nasi yang bisa untuk memasak hingga produk-produk kecantikan seperti hair-dryer. "Dengan perangkat kami, memasak jadi lebih mudah," klaimnya.
Untuk memanjakan konsumennya, Sharp memiliki aplikasi yang bisa diunduh melalui smartphone. Melalui aplikasi tersebut konsumen dapat mendaftarkan kartu garansi tanpa perlu takut lagi kehilangan kartu ketika ingin mengajukan klaim garansi.
Tidak hanya itu, dalam aplikasi juga terdapat tips, berita terkini, dan informasi seputar produk-produk Sharp. Konsumen juga dapat mengetahui titik service terdekat, berhubungan dengan customer service Sharp melalui live chat, dan mendapatkan promo pembelian produk.
“Kami punya lebih dari 400 titik service di Indonesia dan lagi set-up game juga di aplikasi. Jadi kita belajar dari aplikasi-aplikasi e-commerce yang ada. Harus ada aktivitas sehingga aplikasi tidak di-uninstall konsumen,” kata Agus.
Aplikasi ini dibuat Sharp untuk mengikuti tren yang ada. Menurut Pandu, saat kompetitor perusahaan belum mengarah ke aktivitas digital, Sharp Indonesia sudah lebih dulu memulai. Sharp pun terus melakukan perbaikan dan pengembangan pada aplikasinya.
"Tidak hanya mendorong toko untuk membeli barang, kami juga memikirkan agar barang yang ada di toko tersebut laku terjual," pungkasnya.
Lalu bagaimana industri elektronik melihat kondisi tak bersahabat tersebut? PT Sharp Electronics Indonesia masih optimistis dalam menghadapi pasar nasional. "Dalam dua tahun terakhir, industri elektronik memang mengalami pelambatan. Apalagi di saat masa transisi atau peralihan ini terasa ekonomi turun. Meski demikian, kondisi market kami naik, tahun lalu market hanya 22% dan sepanjang tahun (2019) berjalan market Sharp ada di level 25,1%. Tentu market share kami akan naik mengingat permintaan yang turun," kata Agus Soewadjie, Assistant General Manager Marketing Communication, PT Sharp Electronics Indonesia saat menerima kunjungan Redaksi SINDO Media (KORAN SINDO, SINDOnews, SINDO WEEKLY) di Kantor Sharp Indonesia Kelapa Gading, Ruko Italian Walk Blok C51-C53, Kelapa Gading Square Mall of Indonesia, Jakarta, Senin (14/10/2019).
Menurut Agus Soewadjie, setiap pergantingan presiden atau menteri, industri elektronik nasional biasanya mengalami perlambatan. “Kuncinya adanya banyak activity. Salah satunya adalah Sharp Mobile Service Station (SMSS) yang dimobilisasi mengunjungi kota-kota kecil di Indonesia. Selama ini pameran di adakan di kota besar, belum menjangkau konsumen di daerah pinggiran. Nah dengan SMSS, Sharp bisa hadir di pasar malam dan lainnya. Sepanjang kegiatan berlangsung, responsnya sangat baik,” tutur Agus.
Yang membuat Sharp Electronics Indonesia percaya diri bisnisnya akan terus tumbuh adalah mereka memiliki pabrik sendiri di Tanah Air. Hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk mengurangi atau menambah produk-produk tertentu yang permintaanya sedang naik.
Sharp tercatat sebagai pemain lama dalam industri elektronik di Indonesia. Tahun depan mereka sudah genap berusia 50 tahun melayani kebutuhan masyarakat. Berbagai hambatan dan pasang surut kondisi ekonomi di Tanah Air berhasil mereka lewati.
Senior PR & Brand Communication Manager, PT Sharp Electronics Indonesia, Pandu Setio mencontohkan, pada 1998 saat Indonesia mengalami gejolak ekonomi dan politik yang luar biasa, banyak pemain industri elektronik yang angkat kaki. Begitu juga saat pemerintah mengeluarkan kebiajakan tax amnesty, para kompetitor yang menjual produk premium juga banyak yang keluar.
“Line-up kami banyak. Mulai dari barang-barang dari harga low-end sampai high-end ada,” timpal kata Pandu.
Selain itu, yang membuat Sharp bertahan hingga saat ini karena ragam inovasi dan strategi yang dikeluarkan untuk menarik konsumen baru dan mempertahan konsumen yang sudah ada. Salah satu strategi Sharp ialah mengeluarkan produk dengan fitur-fitur lokal terbaru. Misalnya pada produk mesin cuci, Sharp mengeluarkan seri "Hijab". Kemudian, lemari es dan microwave dengan sertifikasi halal.
Selain itu, ada juga televisi yang mempunyai fitur pengingat waktu azan. “Ini menjadi upaya edukasi ke anak-anak supaya tidak menonton televisi terus, tetapi ingat juga untuk beribadah,” tambah Agus, sambil menjelaskan semua produk tersebut dikeluarkan sebelum bulan Ramadan tahun lalu.
Pandu mengakui, elektronik bukanlah barang primer yang selalu dibeli orang dalam satu atau dua tahun. Di tengah kompetisi yang semakin ketat, Sharp tetap harus mencari celah untuk menjual produk. “Jadi kami cari cara membuat perbedaan pada produk,” imbuhnya.
Sharp juga mengeluarkan produk-produk yang dekat untuk milenial. Misalnya penanak nasi yang bisa untuk memasak hingga produk-produk kecantikan seperti hair-dryer. "Dengan perangkat kami, memasak jadi lebih mudah," klaimnya.
Untuk memanjakan konsumennya, Sharp memiliki aplikasi yang bisa diunduh melalui smartphone. Melalui aplikasi tersebut konsumen dapat mendaftarkan kartu garansi tanpa perlu takut lagi kehilangan kartu ketika ingin mengajukan klaim garansi.
Tidak hanya itu, dalam aplikasi juga terdapat tips, berita terkini, dan informasi seputar produk-produk Sharp. Konsumen juga dapat mengetahui titik service terdekat, berhubungan dengan customer service Sharp melalui live chat, dan mendapatkan promo pembelian produk.
“Kami punya lebih dari 400 titik service di Indonesia dan lagi set-up game juga di aplikasi. Jadi kita belajar dari aplikasi-aplikasi e-commerce yang ada. Harus ada aktivitas sehingga aplikasi tidak di-uninstall konsumen,” kata Agus.
Aplikasi ini dibuat Sharp untuk mengikuti tren yang ada. Menurut Pandu, saat kompetitor perusahaan belum mengarah ke aktivitas digital, Sharp Indonesia sudah lebih dulu memulai. Sharp pun terus melakukan perbaikan dan pengembangan pada aplikasinya.
"Tidak hanya mendorong toko untuk membeli barang, kami juga memikirkan agar barang yang ada di toko tersebut laku terjual," pungkasnya.
(mim)