Teknologi Nirkabel 5G Akan Mengubah Pola Hidup Manusia

Senin, 08 April 2019 - 11:29 WIB
Teknologi Nirkabel 5G...
Teknologi Nirkabel 5G Akan Mengubah Pola Hidup Manusia
A A A
JAKARTA - Perkembangan teknologi informasi begitu dahsyat. Belum tuntas masyarakat dunia menikmati teknologi jaringan generasi keempat (4G), kini sejumlah negara sudah menapak memasuki era 5G. Inovasi yang ditawarkan teknologi nirkabel 5G itu bukan sebatas mengubah layanan berkomunikasi menjadi jauh lebih cepat, tapi juga mengubah pola hidup manusia.

Sebab kehadiran 5G akan mengubah segalanya, mulai dari mesin pemanggang roti hingga smartphone, dari mobil listrik hingga jaringan listrik, dari aplikasi game hingga berbagai layanan publik pemerintah. Sejauh ini Korea Selatan (Korsel) menjadi negara pertama di dunia yang kali pertama meluncurkan jaringan 5G pada Jumat (5/4). Amerika Serikat (AS) sudah menguji coba 5G untuk layanan hotspot di sejumlah kota.

Jepang juga mengembangkan 5G secara terbatas pada 2019 sebelum memulai layanan penuh saat Olimpiade Tokyo tahun depan. Indonesia sudah memasukkannya dalam rencana strategis dan akan diputuskan pada 2019 ini. Untuk diketahui, sistem 5G membuat smartphone memiliki konektivitas yang 20 kali lebih cepat bila dibandingkan dengan 4G sehingga para pengguna dapat mengunduh seluruh file film hanya dalam waktu kurang dari satu detik.

Teknologi 5G akan membawa level baru konektivitas yang ditenagai kecepatan yang belum pernah ada sebelumnya. Teknologi 5G ini juga sangat penting bagi masa depan perkembangan berbagai perangkat mulai dari kendaraan self-driving hingga lalu lintas pengiriman data kepada pihak lain secara realtime, industri robot, drone, smart city, dan elemen lain dari berbagai hal terkait internet.

“Itu menjadikan 5G bagian penting infrastruktur masa depan dan standar 5G diperkirakan membawa keuntungan ekonomiglobal sekitar USD565 miliar pada 2034,” ungkap pernyataan aliansi industri Global System for Mobile Communications yang berbasis di London. Salah satu dampak yang akan dirasakan dengan kehadiran sistem 5G adalah semakin meningkatnya kualitas smart city. Pasalnya internet yang cepat menjadi salah satu komponen utama dalam mewujudkan kota cerdas.

Dengan jaringan 5G yang lebih cepat, kenyamanan warga di smart city pun semakin meningkat. Direktur Eksekutif Smart Cities Council Adam Beck menjelaskan, smart city merupakan perbaikan tentang bagaimana masyarakat saling berkomunikasi, cara menerapkan kepemimpinan kolaboratif, cara bekerja lintas bidang dan sistem kota, serta bagaimana menggunakan data dan mengintegrasikan berbagai teknologi.

Menurut Beck, kontrol smart di seluruh aspek kehidupan kota bertujuan mengubah lingkungan kota dalam bidang transportasi, infrastruktur, lingkungan, utilitas, gedung, dan kehidupan warga. Beberapa bentuk dari smart city itu antara lain penerapan gedung ramah lingkungan, manajemen gedung secara otomatis, kontrol akses, turbin angin di atap gedung, turbin angin vertikal, kontrol polusi udara, panel surya terintegrasi gedung, jaringan listrik smart, dan deteksi kebocoran bahan kimia.

Konsep smart city juga terkait dengan pemantauan kondisi lalu lintas, manajemen sampah, tempat parkir smart, deteksi dini gempa bumi, pemantauan air limbah, jaringan wifi kota, deteksi kebocoran air, pencegahan tanah longsor, jalan smart dan kontrol lalu lintas, pencahayaan smart, mode transportasi bertenaga listrik, serta keamanan terhadap kebakaran.

Itu artinya, lanjut Beck, smart city selain membuat kota leih nyaman bagi warganya, juga menciptakan kota yang lebih aman, baik dalam perlindungan komprehensif, respons cepat maupun penyelesaian masalah secara efisien. “Lima stra tegi untuk menciptakan smart city adalah mengembangkan visi dan kapasitas untuk inovasi, keseluruhan permintaan, metrik kelestarian yang ketat, menerapkan model keuangan baru, dan berbagai proyek transformasi kota,” ujar Beck.

Salah satu kota yang menerapkan smart city adalah Dubai. Penggunaan berbagai aplikasi smartphone untuk layanan kota telah menghemat anggaran pengeluaran di kota itu hingga USD1 miliar. Barcelona yang menerapkan smart city sejak 2014 mendapat manfaat dengan terciptanya 56.000 lapangan kerja baru, munculnya 1.500 perusahaan baru, kolaborasi mobile yang menghasilkan USD1,6 miliar, telework yang menguntungkan USD199 juta, parkir cerdas yang memberi keuntungan USD67 juta, air cerdas yang menghemat anggaran USD58 juta, dan pencahayaan cerdas yang menghemat anggaran USD47 juta.

Managing Director IT dan Datacenter Huawei Australia Neil Evans menjelaskan, smart city dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik. Menurut dia, ada dua bagian utama dalam smart city, yakni pusat regulasi dan pusat layanan. “Pusat regulasi terkait dengan manajemen kota, manajemen lalu lintas, respons darurat, e-government, dan lainnya. Adapun pusat layanan berbasis pada cloud platform dalam pemerintahan, pertumbuhan industri yang lebih sehat, layanan inklusif, dan kehidupan yang lebih baik,” ujar Evans.

Dia mencontohkan, cloud keuangan dapat menciptakan pengalaman real time, cerdas, dan lebih personal bagi setiap nasabah. Layanan bank pun dapat dilakukan di mana pun, baik dalam layanan rekening, layanan pengguna selama 24/7, rekomendasi personal maupun keuangan inklusif. “Perusahaan masa depan akan menggabungkan kelebihan kompetitif dan ekologi, baik dalam kepemimpinan teknis, elastisitas organisasi, inklusivitas maupun inovasi kelembagaan,” paparnya.

Program Strategis

Penerapan 5G di dalam negeri telah masuk dalam rencana strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu mengatakan, penerapan 5G di Indonesia akan diputuskan pada akhir 2019.

Menurut dia, keputusan pemerintah mengenai penggunaan 5G pada akhir tahun 2019 akan mengacu pada World Radio communication Conferences (WRC) untuk alokasi frekuensi bagi 5G seperti band 3,5GHz atau yang lebih rendah.

“Kita masih dalam tahap persiapan. Pemilihan penggunaan frekuensi 5G sedang dipertimbangkan oleh Pak Menteri Kominfo Rudiantara. Karena frekuensi 5G juga saat ini masih digunakan satelit, maka diputuskan jangan sampai berdampak pada satelit yang berjalan sekarang,” ujarnya kepada KORAN SINDO.

Dia meyakini penerapan 5G akan lebih cepat daripada penerapan 4G yang berjalan sekarang. Potensi dan manfaatnya akan memasuki era robotik yang masif, kecerdasan artifisial, dan pemanfaatan internet of thing yang lebih luas. “Kita akui agak terlambat, tapi ini demi menjaga dengan hati-hati agar industri yang lain dan berdampak tidak tergerus nantinya,” sebutnya. Sejumlah operator telekomunikasi di dalam negeri bahkan telah bersiap menyambut penerapan 5G lebih awal.

Operator telekomunikasi Indosat Ooredo misalnya saat ini sudah menyiapkan infrastrukturnya dengan memperluas jaringan 4G Plus di seluruh wilayah Indonesia. Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Chris Kanter mengatakan bahwa teknologi 4G plus merupakan teknologi paling mutakhir sebelum memasuki era 5G.

“Ini adalah teknologi paling akhir dari era 4G. Perbedaannya hanya sedikit dengan teknologi 5G. Dengan kata lain kami siap menuju ke era 5G,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini, saat peluncuran 4G Plus di Jakarta. Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ridwan Effendi mengatakan, negara-negara maju memang saat ini sudah siap dengan 5G seperti AS, Korea Selatan, Jepang.

Namun kebanyakan negara di dunia baru dapat mengakses jaringan 5G pada 2020. Adapun Indonesia diprediksi baru akan merasakan komersialisasi 5G pada 2025 mendatang. Menurut Ridwan, ada beberapa faktor yang menjadi driver atau acuan 5G di Indonesia.

Pertama, yang menjadi driver adalah vendor. Kesiapan vendor dalam melakukan pengembangan, trial, dan implementasi perangkat-perangkat pendukung 5G akan memberikan opsi selebar-lebarnya kepada operator mengenai waktu dan metode implementasi 5G komersial. Faktor aplikasi juga berpengaruh.

Dia menandaskan, setiap generasi teknologi selalu diiringi dengan killer applications. Adapun pada era 5G, aplikasi akan bergerak ke arah machine to machine (M2M) dengan ragam layanan yang luas dan latency supercepat. “Device juga penting. Kesiapan ekosistem pada sisi pelanggan juga akan menjadi salah satu faktor pendorong 5G.

Tidak hanya handset dengan kemampuan 5G-enabled, tetapi juga device dengan reliability dan daya baterai yang tahan lama menjadi salah satu pemicu utama munculnya the next ‘G’,” terangnya. Terakhir, faktor penting lainnya dari driver 5G di Indonesia adalah kebijakan.

Kebijakan dari regulator ataupun pemerintah memiliki pengaruh yang sangat besar. Khususnya mengenai pengalokasian spektrum frekuensi dan skenario implementasi 5G nasional. “Melalui proses pengalokasian dan pemilihan metode implementasi yang tepat, hal itu akan memberikan fondasi yang baik bagi industri 5G nasional yang pada akhirnya menguntungkan seluruh pihak,” jelasnya.

Selain itu Ridwan menambahkan bahwa teknologi 5G tidak hanya soal perangkat smartphone. Teknologi 5G juga akan menjadi katalisator bagi revolusi industri 4.0, yaitu pengem bangan teknologi intemet of things (IOT) dengan aplikasinya di sektor yang lebih luas.

“Aplikasi dimaksud seperti industrial remote control, pertanian, kesehatan yang disalurkan dalam sistem real-time hingga machine to machine (M2M) interaction untuk men dukung automated vehicles dan smart cities,” paparnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5859 seconds (0.1#10.140)