Lansia Ternyata Paling Sering Bagikan Hoax
A
A
A
NEW YORK - Berdasarkan hasil penelitian, ternyata para generasi tua aadalah yang paling sering bagikan berita hoax.
Studi yang dilakukan oleh peneliti asal Universitas New York dan Princeton ini melihat unggahan di Facebook menjelang maupun selesainya Pemilihan Presiden di Amerika Serikat 2016 lalu. Mereka melakukan riset kepada 3.500 responden pengguna Facebook.
Hasilnya, penyebar berita palsu dipetakan bukan berdasar pendidikan, jenis kelamin, pandangan politik, namun lebih cenderung karena faktor usia.
Orang yang berusia 65 keatas mengambil porsi 11% yang menyebarkan berita palsu, sementara hanya 3% pengguna yang berusia 18 hingga 29 tahun melakukannya.
Pengguna Facebook yang berusia 65 dan lebih tua berbagi artikel berita palsu lebih dari dua kali lipat dari kelompok usia tertua berikutnya yaitu 45 hingga 65 tahun, dan hampir tujuh kali lebih banyak artikel berita palsu dari kelompok usia termuda (18 hingga 29 tahun).
“Ketika kami mengemukakan temuan usia, banyak orang mengatakan, 'oh yah, itu sudah jelas,” kata penulis penelitian sekaligus ilmuwan politik di Universitas Princeton , Andrew Guess dilansir The Verge, Senin (14/1/2019).
Penelitian yang diterbitkan di Science Advances ini mengatakan ada dua kemungkinan yang menyebabkan para lansia mengambil porsi paling banyak sebagai penyebar hoax. Pertama karena tingkat literasi media digital mereka masih belum cukup, khususnya dalam menyikapi penemuan berita yang tersebar di online.
Kedua adalah bahwa para lansia mengalami penurunan kognitif seiring bertambahnya usia, membuat mereka lebih sering suka terhadap sesuatu secara fanatik, yang akhirnya membuat mereka mudah percaya terhadap suatu hal.
Studi yang dilakukan oleh peneliti asal Universitas New York dan Princeton ini melihat unggahan di Facebook menjelang maupun selesainya Pemilihan Presiden di Amerika Serikat 2016 lalu. Mereka melakukan riset kepada 3.500 responden pengguna Facebook.
Hasilnya, penyebar berita palsu dipetakan bukan berdasar pendidikan, jenis kelamin, pandangan politik, namun lebih cenderung karena faktor usia.
Orang yang berusia 65 keatas mengambil porsi 11% yang menyebarkan berita palsu, sementara hanya 3% pengguna yang berusia 18 hingga 29 tahun melakukannya.
Pengguna Facebook yang berusia 65 dan lebih tua berbagi artikel berita palsu lebih dari dua kali lipat dari kelompok usia tertua berikutnya yaitu 45 hingga 65 tahun, dan hampir tujuh kali lebih banyak artikel berita palsu dari kelompok usia termuda (18 hingga 29 tahun).
“Ketika kami mengemukakan temuan usia, banyak orang mengatakan, 'oh yah, itu sudah jelas,” kata penulis penelitian sekaligus ilmuwan politik di Universitas Princeton , Andrew Guess dilansir The Verge, Senin (14/1/2019).
Penelitian yang diterbitkan di Science Advances ini mengatakan ada dua kemungkinan yang menyebabkan para lansia mengambil porsi paling banyak sebagai penyebar hoax. Pertama karena tingkat literasi media digital mereka masih belum cukup, khususnya dalam menyikapi penemuan berita yang tersebar di online.
Kedua adalah bahwa para lansia mengalami penurunan kognitif seiring bertambahnya usia, membuat mereka lebih sering suka terhadap sesuatu secara fanatik, yang akhirnya membuat mereka mudah percaya terhadap suatu hal.
(wbs)