Dua AC LG Inverter Ini Bikin Kantor Anda Lebih Dingin dan Indah
A
A
A
JAKARTA - Pengelola gedung perkantoran atau ruang usaha umumnya menggunakan pengondisi suhu ruangan atau AC untuk hunian pada ruangan yang dikelolanya.
Pilihan ini terpaksa dilakukan karena tak banyak pilihan bagi mereka untuk mendapatkan kapasitas AC yang sesuai kebutuhannya. Jika memilih AC khusus perkantoran, maka kapasitas listrik yang dibutuhkan sangat besar dan ini berefek pada biaya tinggi.
Sayangnya tindakan itu membuat estetika atau keindahan kantor menjadi tak terjaga. Banyaknya unit AC yang dipasang membuat banyak kabel dan selang pembuangan air berseliweran, baik di dalam maupun di luar gedung.
Tapi sekarang, PT LG Electronics Indonesia (LG) menyodorkan dua AC yang diperuntukan bagi mereka. Membenamkan teknologi inverter, perangkat dijamin hemat energi.
LG sendiri telah menguasai market share untuk AC inverter. Jika di Juni 2017 porsinya hanya 35,8%, maka per Juni 2018 naik menjadi 63,2%. Ini adalah bukti bahwa teknologi mereka telah mendapat tempat di hati konsumen Indonesia.
LG menawarkan bagi pengelola hunian besar dan ruang usaha yang termasuk dalam kategori Single Commercial Air Conditioning (SCAC) dua produk, yakni Floor Standing dan Ceiling Cassette. Dengan pengembangan berbasis teknologi inverter di dalamnya, produk ini hadir sebagai alternatif pendingin ruangan lebih hemat listrik yang mengisi ceruk kebutuhan pendingin ruangan antara hunian dan gedung.
Tak sekadar bersandar pada klaim hemat listrik, LG bahkan melakukan pengujian tingkat konsumsi listrik di lembaga Electric Power and Energy Studies (EPES) pada Universitas Indonesia. “Bersanding dengan pengujian internal, langkah ini merupakan bagian upaya kami dalam memperkuat tingkat kepercayaan masyarakat akan manfaat AC berteknologi inverter pada hematnya tagihan listrik,” kata Seungmin Park, President Director LG Electronics Indonesia.
Apa yang ditawarkan LG adalah bentuk dukungan perusahaan terhadap program pemerintah yang mengampanyekan hemat listrik. “Semakin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat akan teknologi inverter, semakin mempercepat beralih pada gaya hidup hemat energi,” timpal Jack Kim, Air Conditioning Business Leader LG Electronic Indonesia.Dalam hal jumlah unit pada tiap perangkatnya, seperti AC bagi kebutuhan hunian, kategori Single Commercial Air Conditioning tetap mengandalkan satu unit indoor dan satu unit outdoor.
Namun AC kategori ini memiliki varian kapasitas pendinginan lebih besar yaitu 4 PK dan 5 PK. Faktor inilah yang membuatnya dikatakan menjadi solusi tepat bagi hunian besar hingga ruang usaha pada kategori small office home office.
Kalau menggunakan AC bagi peruntukan rumah tangga, lanjut dia, maka mempunyai implikasi kurang baik. Di antaranya, kuat pendinginan kecil, pengaplikasiannya membutuhkan beberapa unit AC rumah tangga, kesulitan instalasi dan tata letak sebagai konsekuensi banyaknya unit AC yang digunakan. “Hal ini berpengaruh pada estetika ruang secara keseluruhan,” kata Jack Kim.
Pertimbangan estetika inilah yang membuat LG menyediakan dua terapan desain. Desain cassette yang berbentuk persegi dengan empat arah keluaran udara yang peletakkannya menempel pada langit-langit bangunan, tersedia dalam kapasitas pendinginan 4 PK. Pilihan lainnya ada pada model floor standing yang berkekuatan 5 PK.
Berbentuk persegi memanjang vertikal, sesuai namanya, model ini peletakannya berdiri di lantai bangunan. “Dengan jumlah keseluruhan perangkat yang sama namun memiliki kapasitas pendinginan besar, memberi keuntungan pada kemudahan instalasi serta menjaga estetika ruangan,” kata Hardian Reza Dharmayanda, Air Solution Engineering Team Leader LG Electronic Indonesia.
Pengujian terhadap dua AC khusus ini dilakukan sangat serius. Proses pengujian AC pada Electric Power and Energy Study (EPES) di Universitas Indonesia dilakukan selama dua bulan. Pengujian melibatkan dua model Single Commercial Air Conditioning LG tipe ceiling cassette dan floor standing yang masing-masing memiliki kuat pendinginan 4 PK dan 5 P.
“Dua pengaturan suhu ditetapkan, 18 derajat celcius dan 24 derajat celcius, mewakili dua kutub temperatur yang biasa dimanfaatkan dalam pemakaian AC,” tandasnya.
Menambah kejelian dalam hasil, periset EPES-UI membagi tiap kondisi temperatur ini ke dalam tiga beban pendinginan. Hal ini dibuat untuk semakin mendekati gambaran penggunaan nyata dengan perubahan kondisi suhu lingkungan sekitar sepanjang hari. Pengukuran beban pendinginan 20% mewakili suhu sekitar cenderung sejuk seperti di malam hari, 50% saat cuaca normal cenderung panas hingga beban pendinginan 100% yang mewakili saat AC bekerja pada cuaca terik.
“Dari berbagai pengujian inilah kami mendapatkan hasil Single Commercial Air Conditioning LG dengan kompresor inverter mampu menekan penggunaan listrik secara signifikan dibanding produk sejenis tanpa teknologi inverter,” puji Prof Dr Ir Iwa Garniwa, Head Of Electrical Power And Energy Studies, University of Indonesia.
Lebih lanjut dijelaskan, produk Single Commercial AC LG tipe floor standing memiliki tingkat penghematan listrik hingga 62%. sedangkan tipe ceiling cassette penghematan listriknya hingga 50%.
Bicara uji tingkat konsumsi listrik yang dilakukan, Jack Kim menyatakan, hal ini merupakan bagian upaya LG dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap teknologi inverter pada AC. Beragam komunikasi hemat listrik yang lebih pada bahasa pemasaran dari berbagai pabrikan, menurut dia, disatu sisi menjadi hambatan masyarakat untuk memilih beralih ke pendingin udara berteknologi inverter.
Pilihan Universitas Indonesia sendiri dipilih karena reputasi lembaga akademis yang dibangun sejalan dengan visinya sebagai universitas riset. Hasil pengujian dari pihak independen dengan reputasi besar inilah yang menurutnya akan semakin menguatkan kepercayaan publik dengan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan terkait tingkat konsumsi.
“Dengan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, memastikan masyarakat mendapatkan seluruh hak yang dijanjikan. Bukan lagi sebatas klaim,” harap Pramu Baskoro, Air Solution Channel Team Leader LG Electronics Indonesia.
Melalui informasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini pula, menurutnya lagi, pada gilirannya akan berpengaruh pada tingkat kepuasan penggunaan. ”Tak hanya menyediakan produk, namun memberi informasi yang bertanggungjawab pada publik terkait tiap klaim dalam produk menjadi upaya kami dalam mendukung pemerintah dalam menggerakkan gaya hidup hemat energi,” tutup Seungmin Park.
Pilihan ini terpaksa dilakukan karena tak banyak pilihan bagi mereka untuk mendapatkan kapasitas AC yang sesuai kebutuhannya. Jika memilih AC khusus perkantoran, maka kapasitas listrik yang dibutuhkan sangat besar dan ini berefek pada biaya tinggi.
Sayangnya tindakan itu membuat estetika atau keindahan kantor menjadi tak terjaga. Banyaknya unit AC yang dipasang membuat banyak kabel dan selang pembuangan air berseliweran, baik di dalam maupun di luar gedung.
Tapi sekarang, PT LG Electronics Indonesia (LG) menyodorkan dua AC yang diperuntukan bagi mereka. Membenamkan teknologi inverter, perangkat dijamin hemat energi.
LG sendiri telah menguasai market share untuk AC inverter. Jika di Juni 2017 porsinya hanya 35,8%, maka per Juni 2018 naik menjadi 63,2%. Ini adalah bukti bahwa teknologi mereka telah mendapat tempat di hati konsumen Indonesia.
LG menawarkan bagi pengelola hunian besar dan ruang usaha yang termasuk dalam kategori Single Commercial Air Conditioning (SCAC) dua produk, yakni Floor Standing dan Ceiling Cassette. Dengan pengembangan berbasis teknologi inverter di dalamnya, produk ini hadir sebagai alternatif pendingin ruangan lebih hemat listrik yang mengisi ceruk kebutuhan pendingin ruangan antara hunian dan gedung.
Tak sekadar bersandar pada klaim hemat listrik, LG bahkan melakukan pengujian tingkat konsumsi listrik di lembaga Electric Power and Energy Studies (EPES) pada Universitas Indonesia. “Bersanding dengan pengujian internal, langkah ini merupakan bagian upaya kami dalam memperkuat tingkat kepercayaan masyarakat akan manfaat AC berteknologi inverter pada hematnya tagihan listrik,” kata Seungmin Park, President Director LG Electronics Indonesia.
Apa yang ditawarkan LG adalah bentuk dukungan perusahaan terhadap program pemerintah yang mengampanyekan hemat listrik. “Semakin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat akan teknologi inverter, semakin mempercepat beralih pada gaya hidup hemat energi,” timpal Jack Kim, Air Conditioning Business Leader LG Electronic Indonesia.Dalam hal jumlah unit pada tiap perangkatnya, seperti AC bagi kebutuhan hunian, kategori Single Commercial Air Conditioning tetap mengandalkan satu unit indoor dan satu unit outdoor.
Namun AC kategori ini memiliki varian kapasitas pendinginan lebih besar yaitu 4 PK dan 5 PK. Faktor inilah yang membuatnya dikatakan menjadi solusi tepat bagi hunian besar hingga ruang usaha pada kategori small office home office.
Kalau menggunakan AC bagi peruntukan rumah tangga, lanjut dia, maka mempunyai implikasi kurang baik. Di antaranya, kuat pendinginan kecil, pengaplikasiannya membutuhkan beberapa unit AC rumah tangga, kesulitan instalasi dan tata letak sebagai konsekuensi banyaknya unit AC yang digunakan. “Hal ini berpengaruh pada estetika ruang secara keseluruhan,” kata Jack Kim.
Pertimbangan estetika inilah yang membuat LG menyediakan dua terapan desain. Desain cassette yang berbentuk persegi dengan empat arah keluaran udara yang peletakkannya menempel pada langit-langit bangunan, tersedia dalam kapasitas pendinginan 4 PK. Pilihan lainnya ada pada model floor standing yang berkekuatan 5 PK.
Berbentuk persegi memanjang vertikal, sesuai namanya, model ini peletakannya berdiri di lantai bangunan. “Dengan jumlah keseluruhan perangkat yang sama namun memiliki kapasitas pendinginan besar, memberi keuntungan pada kemudahan instalasi serta menjaga estetika ruangan,” kata Hardian Reza Dharmayanda, Air Solution Engineering Team Leader LG Electronic Indonesia.
Pengujian terhadap dua AC khusus ini dilakukan sangat serius. Proses pengujian AC pada Electric Power and Energy Study (EPES) di Universitas Indonesia dilakukan selama dua bulan. Pengujian melibatkan dua model Single Commercial Air Conditioning LG tipe ceiling cassette dan floor standing yang masing-masing memiliki kuat pendinginan 4 PK dan 5 P.
“Dua pengaturan suhu ditetapkan, 18 derajat celcius dan 24 derajat celcius, mewakili dua kutub temperatur yang biasa dimanfaatkan dalam pemakaian AC,” tandasnya.
Menambah kejelian dalam hasil, periset EPES-UI membagi tiap kondisi temperatur ini ke dalam tiga beban pendinginan. Hal ini dibuat untuk semakin mendekati gambaran penggunaan nyata dengan perubahan kondisi suhu lingkungan sekitar sepanjang hari. Pengukuran beban pendinginan 20% mewakili suhu sekitar cenderung sejuk seperti di malam hari, 50% saat cuaca normal cenderung panas hingga beban pendinginan 100% yang mewakili saat AC bekerja pada cuaca terik.
“Dari berbagai pengujian inilah kami mendapatkan hasil Single Commercial Air Conditioning LG dengan kompresor inverter mampu menekan penggunaan listrik secara signifikan dibanding produk sejenis tanpa teknologi inverter,” puji Prof Dr Ir Iwa Garniwa, Head Of Electrical Power And Energy Studies, University of Indonesia.
Lebih lanjut dijelaskan, produk Single Commercial AC LG tipe floor standing memiliki tingkat penghematan listrik hingga 62%. sedangkan tipe ceiling cassette penghematan listriknya hingga 50%.
Bicara uji tingkat konsumsi listrik yang dilakukan, Jack Kim menyatakan, hal ini merupakan bagian upaya LG dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap teknologi inverter pada AC. Beragam komunikasi hemat listrik yang lebih pada bahasa pemasaran dari berbagai pabrikan, menurut dia, disatu sisi menjadi hambatan masyarakat untuk memilih beralih ke pendingin udara berteknologi inverter.
Pilihan Universitas Indonesia sendiri dipilih karena reputasi lembaga akademis yang dibangun sejalan dengan visinya sebagai universitas riset. Hasil pengujian dari pihak independen dengan reputasi besar inilah yang menurutnya akan semakin menguatkan kepercayaan publik dengan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan terkait tingkat konsumsi.
“Dengan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, memastikan masyarakat mendapatkan seluruh hak yang dijanjikan. Bukan lagi sebatas klaim,” harap Pramu Baskoro, Air Solution Channel Team Leader LG Electronics Indonesia.
Melalui informasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini pula, menurutnya lagi, pada gilirannya akan berpengaruh pada tingkat kepuasan penggunaan. ”Tak hanya menyediakan produk, namun memberi informasi yang bertanggungjawab pada publik terkait tiap klaim dalam produk menjadi upaya kami dalam mendukung pemerintah dalam menggerakkan gaya hidup hemat energi,” tutup Seungmin Park.
(mim)