Neo Study Bantu Karyawan Panjat Karir Lewat Bahasa Inggris
A
A
A
JAKARTA - Memiliki karir yang gemilang merupakan tujuan utama semua angkatan kerja muda di Indonesia. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, untuk memiliki karir gemilang tidak lagi cukup hanya dengan kerja keras. Revolusi Industri 4.0 yang pertama kali dikenalkan di Jerman tahun 2011 telah membawa banyak perubahan, ini merupakan momentum penerapan ekonomi digital.
Indonesia sendiri belum memfokuskan diri kepada revolusi Industry 4.0 sampai April tahun ini, saat presiden Joko Widodo meluncurkan “Making Indonesia 4.0”. Secara keseluruhan ada 3 pondasi yang menopang Industry 4.0, di antaranya Internet of Things, Artificial Intelligence, dan Human-Machine Interface. Di dalam era Industy 4.0, selain kerja keras, angkatan kerja juga diharapkan melek teknologi dan fasih berbahasa Inggris mengingat bahasa ini telah ditetapkan sebagai bahasa internasional, bahasa bisnis dan bahasa teknologi.
Praktisi Human Resource yang kini bekerja di salah satu fintech company di Indonesia, Krisna Parapat, mengatakan hal yang senada. Menurutnya meskipun tidak berdampak langsung ke pendapatan, kemampuan bahasa Inggris yang baik dapat memudahkan para angkatan kerja untuk memanjat karir dan juga membuka lebih banyak peluang karir di multinational company dan startup.
Selain digunakan oleh 1.75 miliar orang di seluruh dunia, semakin banyak multinational company menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi utama dalam menjalankan bisnis. Tujuannya adalah membangun komunikasi yang kuat antar tim di berbagai negara. Hal juga jadi peringatan bagi angkatan kerja Indonesia, bila kemampuan bahasa Inggris tidak memadai maka mereka akan kalah persaingan dengan angkatan kerja dari negara lain.
Indonesia Chief Representative Officer for nexgen English online. Co, Artnandia Priaji ikut menanggapi hal ini. Ia mengambil contoh Hiroshi Mikitani, seorang CEO di perusahaan online market place terbesar di Jepang bernama Rakuten. “Dalam satu malam Hiroshi Mikitani menerapakan bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari dan memaksa para karyawannya untuk belajar bahasa Inggris. Saat itu media menilainya keputusannya adalah hal yang bodoh. Namun keputusan itu membuat perusahaannya semakin kuat dengan tim yang beraneka ragam.”
Artnandia Priaji juga menambahkan bahwa hadirnya Neo Study di Indonesia merupakan salah satu itikad baik untuk membantu para angkatan kerja Indonesia agar memiliki kompetensi baik dalam berbahasa Inggris. Neo Study memberikan kemudahan untuk belajar bahasa Inggris tanpa mengorbankan waktu dan tenaga karena bisa digunakan kapanpun dan dimanapun tanpa mengurangi kualitas pembelajaran.
Neo Study menawarkan beberapa fitur yaitu kecerdasan buatan (AI) yang mampu menganalisa prilaku dan data pengguna agar kualitas konten pembelajaran tetap relevan bagi kemampuan pengguna. Fitur penting lainnya adalah fitur pengenal suara canggih (Advanced Speech Recogition) bertujuan untuk melatih kemampuan dan keakuratan pengucapan dalam bahasa Inggris, dan bila para pengguna ingin diajar langsung oleh native speaker maka mereka dapat menggunakan fitur Neo Live.
Pada dasarnya, kesempatan untuk mengembangkan karir selalu terbuka. Tapi memang harus ada upaya lebih untuk menembusnya, salah satunya dengan cakap berbahasa Inggris. Hadirnya Neo Study di Indonesia memberikan sebuah solusi bagi angkatan kerja untuk mempersenjatai diri dengan kemampuan berbahasa Inggris agar dapat memanjat karir demi masa depan yang lebih baik.
“Alasan utama hadirnya Neo Study sesungguhnya untuk membantu orang-orang belajar bahasa Inggris agar dapat bersaing di Industry 4.0 seperti sekarang ini, hasil akhirnya tentu angkatan tenaga kerja dengan kemampuan dan daya saing yang tinggi.” Tutup Artnandia
Indonesia sendiri belum memfokuskan diri kepada revolusi Industry 4.0 sampai April tahun ini, saat presiden Joko Widodo meluncurkan “Making Indonesia 4.0”. Secara keseluruhan ada 3 pondasi yang menopang Industry 4.0, di antaranya Internet of Things, Artificial Intelligence, dan Human-Machine Interface. Di dalam era Industy 4.0, selain kerja keras, angkatan kerja juga diharapkan melek teknologi dan fasih berbahasa Inggris mengingat bahasa ini telah ditetapkan sebagai bahasa internasional, bahasa bisnis dan bahasa teknologi.
Praktisi Human Resource yang kini bekerja di salah satu fintech company di Indonesia, Krisna Parapat, mengatakan hal yang senada. Menurutnya meskipun tidak berdampak langsung ke pendapatan, kemampuan bahasa Inggris yang baik dapat memudahkan para angkatan kerja untuk memanjat karir dan juga membuka lebih banyak peluang karir di multinational company dan startup.
Selain digunakan oleh 1.75 miliar orang di seluruh dunia, semakin banyak multinational company menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi utama dalam menjalankan bisnis. Tujuannya adalah membangun komunikasi yang kuat antar tim di berbagai negara. Hal juga jadi peringatan bagi angkatan kerja Indonesia, bila kemampuan bahasa Inggris tidak memadai maka mereka akan kalah persaingan dengan angkatan kerja dari negara lain.
Indonesia Chief Representative Officer for nexgen English online. Co, Artnandia Priaji ikut menanggapi hal ini. Ia mengambil contoh Hiroshi Mikitani, seorang CEO di perusahaan online market place terbesar di Jepang bernama Rakuten. “Dalam satu malam Hiroshi Mikitani menerapakan bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari dan memaksa para karyawannya untuk belajar bahasa Inggris. Saat itu media menilainya keputusannya adalah hal yang bodoh. Namun keputusan itu membuat perusahaannya semakin kuat dengan tim yang beraneka ragam.”
Artnandia Priaji juga menambahkan bahwa hadirnya Neo Study di Indonesia merupakan salah satu itikad baik untuk membantu para angkatan kerja Indonesia agar memiliki kompetensi baik dalam berbahasa Inggris. Neo Study memberikan kemudahan untuk belajar bahasa Inggris tanpa mengorbankan waktu dan tenaga karena bisa digunakan kapanpun dan dimanapun tanpa mengurangi kualitas pembelajaran.
Neo Study menawarkan beberapa fitur yaitu kecerdasan buatan (AI) yang mampu menganalisa prilaku dan data pengguna agar kualitas konten pembelajaran tetap relevan bagi kemampuan pengguna. Fitur penting lainnya adalah fitur pengenal suara canggih (Advanced Speech Recogition) bertujuan untuk melatih kemampuan dan keakuratan pengucapan dalam bahasa Inggris, dan bila para pengguna ingin diajar langsung oleh native speaker maka mereka dapat menggunakan fitur Neo Live.
Pada dasarnya, kesempatan untuk mengembangkan karir selalu terbuka. Tapi memang harus ada upaya lebih untuk menembusnya, salah satunya dengan cakap berbahasa Inggris. Hadirnya Neo Study di Indonesia memberikan sebuah solusi bagi angkatan kerja untuk mempersenjatai diri dengan kemampuan berbahasa Inggris agar dapat memanjat karir demi masa depan yang lebih baik.
“Alasan utama hadirnya Neo Study sesungguhnya untuk membantu orang-orang belajar bahasa Inggris agar dapat bersaing di Industry 4.0 seperti sekarang ini, hasil akhirnya tentu angkatan tenaga kerja dengan kemampuan dan daya saing yang tinggi.” Tutup Artnandia
(wbs)