Jony Ive, si Guru Desain APPLE
A
A
A
INILAH arsitek hampir semua produk Apple; Jony Ive, 51, desainer asal Inggris yang dianggap sebagai superstar atau guru di bidang desain di dunia. Ive bergabung dengan Apple pada 1992 sebelum menjadi chief design officer pada 2015.
Pada 1997, dia nyaris keluar, mengira Steve Jobs yang saat itu menjabat lagi sebagai CEO Apple akan mendepaknya. Di luar dugaan, dia justru menjadi sangat akrab dengan Jobs. Ive adalah kepanjangan tangan Jobs dalam mewujudkan ide-ide pada semua produk Apple, mulai dari iPod, iPhone, iPad, hingga MacBook.
Ive dan mendiang Steve Jobs tidak selalu sepakat. Mereka sering berdebat soal produk. Ketika berdebat pun bisa berjam-jam untuk membahas hal-hal yang mungkin dianggap remeh oleh konsumen, seperti bentuk desain logo aplikasi di iPhone. Namun, Ive jugalah yang mendorong Steve Jobs untuk membuat produk dengan warna putih, membuat layar yang sensitif terhadap sentuhan, dan memiliki mata brilian terhadap setiap detail produk Apple.
“Sedari kecil, saya suka menggambar dan membuat sesuatu. Saya memang menggambar untuk membuat sesuatu, yang saya ketahui belakangan bernama mendesain,” katanya. Namun, darah seni memang mengalir dari ayahnya yang seorang perajin perak. “Jadi, saya tumbuh mengetahui bagaimana sesuatu itu dirancang dan dibuat. Semua produk harus dipikirkan, didesain,” beber Ive.
Di sekolah, Ive mengaku payah di hampir semua mata pelajaran, kecuali menggambar karena di hatinya benar-benar ada di seni. Dia tidak bisa berfokus pada hal lain kecuali seni. Bahkan, Ive mengakui, selama di sekolah, dia termasuk figur pendiam. Dia lebih banyak menyendiri dan menggambar, aktivitas yangmembuatnya tenang dan bahagia. Ini wajar melihat jarangnya Ive tampil di berbagai event Apple.
Steve Jobs bahkan memberi kompensasi bagi Ive untuk tidak terlalu banyak tampil di publik. Ive adalah seorang introvert sejati. Ive menyebut proses kerja sama kreatifnya dengan Ive sebagai hal terbaik dalam hidupnya.
“Saya dan Steve melihat dunia dengan cara yang sama. Kami selalu mempertanyakan banyak hal dan mendebatkan banyak hal,” ungkapnya. Sejak bekerja sama pada 1997, keduanya seolah tidak terpisahkan. “Steve memahami proses kreatif dalam tahap yang jarang dicapai oleh orang biasa. Tetapi, dia juga mampu mengontrol perusahaan dengan banyak sekali orang,” katanya. Ive bercerita bagaimana saat mendesain iPhone pertama harus tidur di lantai pabrik di China.
“Cara kami bekerja adalah terlibat langsung dalam setiap detail produksi. Anda tidak bisa membuat desain abstrak dan meminta orang lain membuatnya. Seperti Anda merancang sebuah baju, penjahit harus ada setiap saat hingga baju itu selesai,” ungkapnya. Ive mengaku tinggal selama berbulan-bulan di China untuk memastikan iPhone yang diproduksi sudah sesuai.
Pada 1997, dia nyaris keluar, mengira Steve Jobs yang saat itu menjabat lagi sebagai CEO Apple akan mendepaknya. Di luar dugaan, dia justru menjadi sangat akrab dengan Jobs. Ive adalah kepanjangan tangan Jobs dalam mewujudkan ide-ide pada semua produk Apple, mulai dari iPod, iPhone, iPad, hingga MacBook.
Ive dan mendiang Steve Jobs tidak selalu sepakat. Mereka sering berdebat soal produk. Ketika berdebat pun bisa berjam-jam untuk membahas hal-hal yang mungkin dianggap remeh oleh konsumen, seperti bentuk desain logo aplikasi di iPhone. Namun, Ive jugalah yang mendorong Steve Jobs untuk membuat produk dengan warna putih, membuat layar yang sensitif terhadap sentuhan, dan memiliki mata brilian terhadap setiap detail produk Apple.
“Sedari kecil, saya suka menggambar dan membuat sesuatu. Saya memang menggambar untuk membuat sesuatu, yang saya ketahui belakangan bernama mendesain,” katanya. Namun, darah seni memang mengalir dari ayahnya yang seorang perajin perak. “Jadi, saya tumbuh mengetahui bagaimana sesuatu itu dirancang dan dibuat. Semua produk harus dipikirkan, didesain,” beber Ive.
Di sekolah, Ive mengaku payah di hampir semua mata pelajaran, kecuali menggambar karena di hatinya benar-benar ada di seni. Dia tidak bisa berfokus pada hal lain kecuali seni. Bahkan, Ive mengakui, selama di sekolah, dia termasuk figur pendiam. Dia lebih banyak menyendiri dan menggambar, aktivitas yangmembuatnya tenang dan bahagia. Ini wajar melihat jarangnya Ive tampil di berbagai event Apple.
Steve Jobs bahkan memberi kompensasi bagi Ive untuk tidak terlalu banyak tampil di publik. Ive adalah seorang introvert sejati. Ive menyebut proses kerja sama kreatifnya dengan Ive sebagai hal terbaik dalam hidupnya.
“Saya dan Steve melihat dunia dengan cara yang sama. Kami selalu mempertanyakan banyak hal dan mendebatkan banyak hal,” ungkapnya. Sejak bekerja sama pada 1997, keduanya seolah tidak terpisahkan. “Steve memahami proses kreatif dalam tahap yang jarang dicapai oleh orang biasa. Tetapi, dia juga mampu mengontrol perusahaan dengan banyak sekali orang,” katanya. Ive bercerita bagaimana saat mendesain iPhone pertama harus tidur di lantai pabrik di China.
“Cara kami bekerja adalah terlibat langsung dalam setiap detail produksi. Anda tidak bisa membuat desain abstrak dan meminta orang lain membuatnya. Seperti Anda merancang sebuah baju, penjahit harus ada setiap saat hingga baju itu selesai,” ungkapnya. Ive mengaku tinggal selama berbulan-bulan di China untuk memastikan iPhone yang diproduksi sudah sesuai.
(don)