Masuk Australia, Taxify Disambut Positif
A
A
A
DARI Eropa, Afrika, kini ke Australia. Bagaimana CEO Markus Villig melebarkan sayap perusahaannya seolah tidak terhenti.
Dalam 100 hari pertama di pasar Australia, Taxify disebut mendapat sambutan positif. Country Manager Taxify Australia Sam Raciti menyebut bahwa pelun curan Taxify sukses, banyak konsumen yang ingin berpindah dari Uber. Saat ini layanan Taxify memang baru ada di dua kota di Australia, yakni Sydney dan Melbourne.
Namun, startup yang didirikan di Estonia ini mengatakan telah memikat lebih dari 350.000 pengendara dalam tiga bulan pertama operasi setelah peluncuran resminya pada Desember 2017. Di sisi pengemudi, Taxify memiliki lebih dari 4.000 pengemudi di Sydney dan lebih dari 10.000 yang terdaftar di Melbourne.
Ini jauh dari sekitar 85.000 pengemudi aktif Uber. Untuk pendatang baru di pasar, ini luar biasa. Raciti mengatakan, debut Taxify di Melbourne adalah peluncuran kota paling sukses untuk perusahaan yang didirikan pada 2013, yang beroperasi di lebih dari 20 negara itu.
“Setelah diluncurkan di Sydney, kami berhasil meyakinkan pengemudi untuk berpindah ke Taxify. Di Melbourne, kami yakinkan mereka apa saja benefit Taxify. Karena itu, kami sudah memiliki banyak pengemudi sebelum launching ,” bebernya.
Namun, di Australia, Taxify tidak hanya bersaing dengan Uber. Sebab, startup India, Ola, juga baru saja meluncur di Melbourne dan memiliki 15.000 registrasi pengemudi, meski Raciti percaya bahwa ada cukup ruang di pasar Australia untuk tiga penyedia layanan ride hailing.
Terpenting, menurutnya, adalah bagaimana peru sahaan merangkul pengendara maupun pengemudi. “Terpenting adalah mengedukasi pasar tentang apa yang kami tawarkan kepada pengendara dan pengemudi. Yang membuat kami unik, kami memberikan tarif 5% lebih murah daripada Uber,” katanya.
Di sisi startup, sudah banyak perusahaan ride sharing di Australia. Ada GoCatch yang asli Australia, tetapi barubaru ini justru beralih ke pasar korporasi. Lalu, ada Shebah, aplikasi khusus wanita.
Dalam 100 hari pertama di pasar Australia, Taxify disebut mendapat sambutan positif. Country Manager Taxify Australia Sam Raciti menyebut bahwa pelun curan Taxify sukses, banyak konsumen yang ingin berpindah dari Uber. Saat ini layanan Taxify memang baru ada di dua kota di Australia, yakni Sydney dan Melbourne.
Namun, startup yang didirikan di Estonia ini mengatakan telah memikat lebih dari 350.000 pengendara dalam tiga bulan pertama operasi setelah peluncuran resminya pada Desember 2017. Di sisi pengemudi, Taxify memiliki lebih dari 4.000 pengemudi di Sydney dan lebih dari 10.000 yang terdaftar di Melbourne.
Ini jauh dari sekitar 85.000 pengemudi aktif Uber. Untuk pendatang baru di pasar, ini luar biasa. Raciti mengatakan, debut Taxify di Melbourne adalah peluncuran kota paling sukses untuk perusahaan yang didirikan pada 2013, yang beroperasi di lebih dari 20 negara itu.
“Setelah diluncurkan di Sydney, kami berhasil meyakinkan pengemudi untuk berpindah ke Taxify. Di Melbourne, kami yakinkan mereka apa saja benefit Taxify. Karena itu, kami sudah memiliki banyak pengemudi sebelum launching ,” bebernya.
Namun, di Australia, Taxify tidak hanya bersaing dengan Uber. Sebab, startup India, Ola, juga baru saja meluncur di Melbourne dan memiliki 15.000 registrasi pengemudi, meski Raciti percaya bahwa ada cukup ruang di pasar Australia untuk tiga penyedia layanan ride hailing.
Terpenting, menurutnya, adalah bagaimana peru sahaan merangkul pengendara maupun pengemudi. “Terpenting adalah mengedukasi pasar tentang apa yang kami tawarkan kepada pengendara dan pengemudi. Yang membuat kami unik, kami memberikan tarif 5% lebih murah daripada Uber,” katanya.
Di sisi startup, sudah banyak perusahaan ride sharing di Australia. Ada GoCatch yang asli Australia, tetapi barubaru ini justru beralih ke pasar korporasi. Lalu, ada Shebah, aplikasi khusus wanita.
(don)