Demi Percakapan Lebih Sehat, Twitter Rangkul Akademisi

Selasa, 31 Juli 2018 - 13:13 WIB
Demi Percakapan Lebih...
Demi Percakapan Lebih Sehat, Twitter Rangkul Akademisi
A A A
JAKARTA - Twitter rupanya sangat serius dalam menangani kesehatan percakapan di platformnya. Kini Twitter beralih ke akademisi dengan dua kelompok peneliti untuk mencari tahu cara mengukur kesehatan percakapan yang terjadi di platform.

Pada bulan Maret lalu, Twitter meminta proposal dari para peneliti untuk melihat bagaimana cara mereka untuk mendekati masalah analitik seputar jenis dan cara percakapan di Twitter.

Selanjutnya proposal ini ditinjau oleh karyawan Twitter dari berbagai departemen termasuk teknik, produk, ilmundata, keamanan, hukum dan research.

Twitter juga mengatakan bahwa komite peninjau diorganisir untuk memasukkan perwakilan dari beragam kelompok di seluruh perusahaan.

Dilansir Techcrunch, selasa (31/7/2018) kini proses peninjauan telah selesai dan Twitter telah memutuskan dua tim peneliti yang akan fokus pada dua masalah berbeda.

Tim pertama, dari Universitas Leiden, akan melihat bagaimana ruang gema terbentuk dan pengaruhnya, serta perbedaan antara ketidaksopanan dan intoleransi dalam percakapan Twitter.

Kumpulan metrik pertama yang dipusatkan pada tim ini akan melihat sejauh mana orang-orang mengakui dan terlibat dengan beragam sudut pandang di Twitter. Set kedua metrik akan melihat perbedaan antara ketidaksopanan dan intoleransi.

Penelitian sebelumnya oleh kelompok ini menunjukkan bahwa ketidaksopanan dapat berfungsi penting dalam dialog politik, meskipun tidak tanpa memicunya sendiri. Di sisi lain, pidato intoleransi (pidato kebencian, rasisme, xenophobia) mengancam demokrasi.

Profesor Miles Hewstone dan John Gallacher di The University of Oxford, dalam kemitraan dengan Marc Heerdink di Universitas Amsterdam, akan memimpin proyek penelitian kedua.

Pekerjaan ini akan menjadi perpanjangan dari pekerjaan lama Hewstone untuk mempelajari konflik antarkelompok.

Temuan saat ini dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketika percakapan mengandung lebih banyak sentimen positif, emosi kooperatif, dan pemikiran serta penalaran yang lebih kompleks dari berbagai perspektif, prasangka akan turun dan kualitas hubungan akan naik.

"Sebagai bagian dari proyek, pengklasifikasi teks untuk bahasa yang umumnya terkait dengan sentimen positif, emosionalitas kooperatif, dan kompleksitas integratif akan disesuaikan dengan struktur komunikasi di Twitter," kata Twitter melalui blog resmi.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1983 seconds (0.1#10.140)