Foxconn, Manufaktur Masa Depan Gunakan AI
A
A
A
FOXCONN memang tidak ingin hanya dikenal sebagai perusahaan manufaktur. Di bawah arahan Terry Gou, perusahaan tersebut ingin menjadi yang terdepan di bidang teknologi, termasuk artificial intelligence atau kecerdasan buatan.
“Kami akan berinvestasi sebesar USD342 juta dalam lima tahun ke depan untuk merekrut bakat-bakat teratas di kecerdasan buatan dan mengaplikasikan teknologinya ke industri manufaktur,” ungkap Terry Gou.
Gou mengatakan bahwa dia berambisi menjadikan perusahaan AI global yang inovatif, bukan hanya perusahaan manufaktur. Langkah ini masuk akal. Menurut data Strategy Analytics, pengiriman smartphone global pada Q4/2017 mengalami penurunan 9% pada Q4/2017. Ini adalah penurunan terbesar dalam sejarah smartphone dunia.
“Setiap tahun permintaan turun 16% karena tingkat penggantian yang lebih lama, juga kurangnya model baru yang wow ,” beber Lembaga riset tersebut. Belum lama ini Apple, pelanggan terbesar Foxconn, juga melaporkan penurunan penjualan iPhone.
Menurut Nikkei, Foxconn ingin merekrut hingga 100 ahli top AI secara global. Mereka juga mengatakan akan merekrut ribuan developer untuk membangun aplikasi yang menggunakan pembelajaran mesin dan teknologi. Diharapkan nantinya sensor dapat ditanamkan ke peralatan lini produksi untuk menangkap data dan menyinergikannya dalam proses automatisasi menggunakan AI.
Ke depannya, Foxconn juga menawarkan jasa layanan manufaktur yang canggih, bersaing dengan General Electric dan Cisco. Sejak Juli 2017, Foxconn juga telah bekerja sama dengan startup Landing.ai dalam upaya memasukkan AI ke industri yang belum memanfaatkan manfaat transformatif teknologi, dengan fokus pertama pada manufaktur.
Gou menegaskan bahwa startup akan menjadi mitra kunci ketika Foxconn bekerja menuju transformasi AI. Teknologi yang dibawa melalui Landing.ai penting untuk membantu mengubah proses manufaktur serta mengidentifikasi dan memprediksi cacat. Terkait keberadaan robot, Gou menyebut bahwa industri manufaktur memang akan menjadi sangat otomatis dan bergantung pada robot, meski demikian tetap membutuhkan manusia.
“Walaupun sudah sangat otomatis, Anda tetap butuh engineer untuk mengawasi, mengatur, dan menyupervisi,” ungkapnya. Kemudian, akan lebih banyak orang dibutuhkan untuk bekerja di bagian R&D yang mengerjakan dan mengembangkan software dari mesin-mesin tersebut.
“Misalnya, mencari analisis big data dari sebuah proses. Nantinya akan lebih banyak perkantoran yang berfokus pada R&D,” ungkapnya.
Salah satu Foxconn yang mengejutkan adalah pada kendaraan listrik. Mereka sudah membuat baterai di Republik Czechnya. Perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan Xiaopeng Motors dari Canton City, China. Xiaopeng Motors ingin bersaing dengan Tesla yang juga berencana membuka pabrik baru di China. (Danang)
“Kami akan berinvestasi sebesar USD342 juta dalam lima tahun ke depan untuk merekrut bakat-bakat teratas di kecerdasan buatan dan mengaplikasikan teknologinya ke industri manufaktur,” ungkap Terry Gou.
Gou mengatakan bahwa dia berambisi menjadikan perusahaan AI global yang inovatif, bukan hanya perusahaan manufaktur. Langkah ini masuk akal. Menurut data Strategy Analytics, pengiriman smartphone global pada Q4/2017 mengalami penurunan 9% pada Q4/2017. Ini adalah penurunan terbesar dalam sejarah smartphone dunia.
“Setiap tahun permintaan turun 16% karena tingkat penggantian yang lebih lama, juga kurangnya model baru yang wow ,” beber Lembaga riset tersebut. Belum lama ini Apple, pelanggan terbesar Foxconn, juga melaporkan penurunan penjualan iPhone.
Menurut Nikkei, Foxconn ingin merekrut hingga 100 ahli top AI secara global. Mereka juga mengatakan akan merekrut ribuan developer untuk membangun aplikasi yang menggunakan pembelajaran mesin dan teknologi. Diharapkan nantinya sensor dapat ditanamkan ke peralatan lini produksi untuk menangkap data dan menyinergikannya dalam proses automatisasi menggunakan AI.
Ke depannya, Foxconn juga menawarkan jasa layanan manufaktur yang canggih, bersaing dengan General Electric dan Cisco. Sejak Juli 2017, Foxconn juga telah bekerja sama dengan startup Landing.ai dalam upaya memasukkan AI ke industri yang belum memanfaatkan manfaat transformatif teknologi, dengan fokus pertama pada manufaktur.
Gou menegaskan bahwa startup akan menjadi mitra kunci ketika Foxconn bekerja menuju transformasi AI. Teknologi yang dibawa melalui Landing.ai penting untuk membantu mengubah proses manufaktur serta mengidentifikasi dan memprediksi cacat. Terkait keberadaan robot, Gou menyebut bahwa industri manufaktur memang akan menjadi sangat otomatis dan bergantung pada robot, meski demikian tetap membutuhkan manusia.
“Walaupun sudah sangat otomatis, Anda tetap butuh engineer untuk mengawasi, mengatur, dan menyupervisi,” ungkapnya. Kemudian, akan lebih banyak orang dibutuhkan untuk bekerja di bagian R&D yang mengerjakan dan mengembangkan software dari mesin-mesin tersebut.
“Misalnya, mencari analisis big data dari sebuah proses. Nantinya akan lebih banyak perkantoran yang berfokus pada R&D,” ungkapnya.
Salah satu Foxconn yang mengejutkan adalah pada kendaraan listrik. Mereka sudah membuat baterai di Republik Czechnya. Perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan Xiaopeng Motors dari Canton City, China. Xiaopeng Motors ingin bersaing dengan Tesla yang juga berencana membuka pabrik baru di China. (Danang)
(nfl)