CEO Google Akui Artificial Intelligence Ancam Banyak Pekerjaan
A
A
A
MOUNTAIN VIEW - Banyak raksasa teknologi yang tengah mengembangkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk diterapkan di berbagai sektor kehidupan. Hal ini pun langsung menimbulkan pro-kontra di tengah masyarakat.
Ada kekhawatiran bahwa AI akan mengambil alih peran manusia, sehingga pada akhirnya bisa membahayakan kehidupan. Namun kecerdasan buatan adalah perkembangan teknologi yang harus diadopsi, karena bisa digunakan untuk membantu kehidupan manusia lebih baik lagi.
Bos Tesla, perusahaan mobil listrik pertama di dunia, Elon Musk adalah satu di antara orang yang percaya dengan kekhawatiran dari dampak negatif AI. Dia menilai Artificial Intelligence merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan karena melihat kecerdasan buatan bisa menjadi ancaman bagi publik secara keseluruhan.
Lebih tegas dikatakan, kecerdasan buatan kelak bisa menghancurkan manusia jika tidak bisa lagi dikontrol perusahaan teknologi. Musk berpendapat, umat manusia memiliki kesempatan yang kecil untuk "selamat" jika kecerdasan buatan bisa menguasai dunia.
"Mungkin cuma ada 10% saja kesempatan manusia bisa menciptakan teknologi kecerdasan buatan yang aman," ungkap Musk baru-baru ini.
Tetapi hal berbeda disampaikan CEO Google, Sundar Pichai. Saat wawancara dengan televisi beberapa hari lalu, dia mengatakan, AI adalah salah satu hal terpenting yang sedang dikerjakan manusia. "AI dapat membantu manusia menemukan obat kanker, atau solusi untuk masalah perubahan iklim di dunia," kata Sundar Pinchai seperti disitat Phone Arena, Senin (22/1/2018).
Disinggung dampak teknologi terhadap pekerjaan, Sundar Pichai mengakui bahwa beberapa orang memang diharuskan khawatir karena bisa tersaingi. Namun secara umum, dunia memang perlu menerima perubahan tersebut.
Tahun lalu, chipset A11 Bionic Apple dan Huawei's Kirin 970 SoC menampilkan prosesor AI yang terpasang tepat di komponennya. Dia menegaskan, manfaat kecerdasan buatan sebenarnya bagi konsumen bukan menghancurkan bumi.
Dia mencontohkan, pada Apple iPhone X, Neural Processing Unit (NPU) yang memiliki kecerdasan buatan membuat perangkat itu bisa memiliki fitur Face ID dan Animoji. Pada seri Huawei P10, NPU juga membantu mengotomatisasi pengaturan kamera dan memungkinkan fitur penerjemah Bing berfungsi secara offline.
Lebih lanjut dikatakan, sejauh menyangkut dampak AI masih sangat dini untuk disampaikan. Terlebih banyak perusahaan seperti Samsung yang tengah merancang AI untuk dibenamkan di chip-nya. Dengan NPU ini pula jumlah fitur yang dimiliki sebuah smartphone akan berlipat ganda.
Ada kekhawatiran bahwa AI akan mengambil alih peran manusia, sehingga pada akhirnya bisa membahayakan kehidupan. Namun kecerdasan buatan adalah perkembangan teknologi yang harus diadopsi, karena bisa digunakan untuk membantu kehidupan manusia lebih baik lagi.
Bos Tesla, perusahaan mobil listrik pertama di dunia, Elon Musk adalah satu di antara orang yang percaya dengan kekhawatiran dari dampak negatif AI. Dia menilai Artificial Intelligence merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan karena melihat kecerdasan buatan bisa menjadi ancaman bagi publik secara keseluruhan.
Lebih tegas dikatakan, kecerdasan buatan kelak bisa menghancurkan manusia jika tidak bisa lagi dikontrol perusahaan teknologi. Musk berpendapat, umat manusia memiliki kesempatan yang kecil untuk "selamat" jika kecerdasan buatan bisa menguasai dunia.
"Mungkin cuma ada 10% saja kesempatan manusia bisa menciptakan teknologi kecerdasan buatan yang aman," ungkap Musk baru-baru ini.
Tetapi hal berbeda disampaikan CEO Google, Sundar Pichai. Saat wawancara dengan televisi beberapa hari lalu, dia mengatakan, AI adalah salah satu hal terpenting yang sedang dikerjakan manusia. "AI dapat membantu manusia menemukan obat kanker, atau solusi untuk masalah perubahan iklim di dunia," kata Sundar Pinchai seperti disitat Phone Arena, Senin (22/1/2018).
Disinggung dampak teknologi terhadap pekerjaan, Sundar Pichai mengakui bahwa beberapa orang memang diharuskan khawatir karena bisa tersaingi. Namun secara umum, dunia memang perlu menerima perubahan tersebut.
Tahun lalu, chipset A11 Bionic Apple dan Huawei's Kirin 970 SoC menampilkan prosesor AI yang terpasang tepat di komponennya. Dia menegaskan, manfaat kecerdasan buatan sebenarnya bagi konsumen bukan menghancurkan bumi.
Dia mencontohkan, pada Apple iPhone X, Neural Processing Unit (NPU) yang memiliki kecerdasan buatan membuat perangkat itu bisa memiliki fitur Face ID dan Animoji. Pada seri Huawei P10, NPU juga membantu mengotomatisasi pengaturan kamera dan memungkinkan fitur penerjemah Bing berfungsi secara offline.
Lebih lanjut dikatakan, sejauh menyangkut dampak AI masih sangat dini untuk disampaikan. Terlebih banyak perusahaan seperti Samsung yang tengah merancang AI untuk dibenamkan di chip-nya. Dengan NPU ini pula jumlah fitur yang dimiliki sebuah smartphone akan berlipat ganda.
(mim)