Gadis Asal Kebumen Ciptakan Aplikasi Tandingan WhatsApp

Rabu, 20 September 2017 - 18:59 WIB
Gadis Asal Kebumen Ciptakan...
Gadis Asal Kebumen Ciptakan Aplikasi Tandingan WhatsApp
A A A
KEBUMEN - Berkenalan sekilas dengan Novi Wahyuningsih tidak akan mengira bahwa gadis asal Kebumen itu adalah seorang pengusaha sekaligus programer handal. Penampilannya yang tidak neko-neko dan sikapnya yang ramah lebih menunjukkan dia seperti perempuan desa pada umumnya.

Di usia 25 tahun, Novi merupakan Direktur Utama di sejumlah perusahaan IT (Teknologi Informasi) yang didirikannya. Sebut saja PT Wahyu Global Abadi, PT Rise Solution International, dan PT Callind Network International. Sejumlah produk IT telah ditelurkan, salah satunya adalah Callind. Aplikasi media sosial ini hampir mirip dengan WhatsApp, BBM, dan Telegram yang memungkinkan kita melakukan chat privat, broadcast message, kirim foto, telepon, hingga video call.

Meski belum diluncurkan secara resmi, tapi aplikasi ini sudah dapat diunduh di Play Store. "Aplikasi ini akan resmi diluncurkan berbarengan dengan peresmian kantor di Jakarta pada November mendatang," kata Novi Wahyuningsih saat berbincang dengan SINDONews.com, Selasa (19/9/2017).

Callind sebenarnya bukan aplikasi chatting pertama yang dibuat Novi. Di bawah perusahaan Global Century Limited yang berbasis di Malaysia, Novi mengembangkan MeoTalk pada awal 2015. Layaknya media sosial lain, seperti WhatApp dan BBM, pengguna aplikasi ini juga bisa mengobrol dengan tulisan, suara, dan video. Aplikasi ini juga menawarkan uang virtual, G-Point yang bisa dibelanjakan di toko yang telah bekerja sama.

Menyusul keberhasilan aplikasi pesan ini di Negeri Jiran, pada Desember 2015 Novi kemudian ditunjuk sebagai CEO MeoTal Indonesia yang bertugas mengembangkan aplikasi chatting itu di Tanah Air. Waktu itu, peluncuran digelar di Yogyakarta dan diikuti oleh beberapa perwakilan MeoTalk dari negara lain.

Gadis kelahiran Kebumen tersebut ingin mengembangkan diri tanpa terikat dengan pihak lain. Aplikasi MeoTalk ciptaannya telah dilepaskan kepada perusahaan yang menaunginya terdahulu. Kini dia fokus pada Callind yang diklaimnya sebagai aplikasi chatting buatan asli Indonesia. Dia berharap, Callind bisa diterima oleh masyarakat Indonesia dan dunia.

Spekulatif


Kesuksesan Novi tidak didapat begitu saja. Sejak kuliah semester 2 D3 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, anak pasangan Darman,52, dan Rasmi,45, ini mulai mengikuti bisnis Multi Level Marketing (MLM). Motor kesayangannya dijual Rp3 juta untuk menjalankan bisnis tersebut. Berkat ketekunannya, Novi berada di jajaran atas MLM tersebut hanya dalam waktu delapan bulan. Namun setelah itu, gadis berhijab ini memutuskan berhenti karena sistem bisnis MLM tersebut tidak sesuai dengan hati nuraninya.

"Tapi saya akui dari sini pertama kali belajar bisnis. Saya yang tadinya pendiam dan hanya fokus nilai cumlaude di kampus akhirnya mulai belajar leadership dan marketing,” tutur Novi yang menyesaikan pendidikan sarjananya di STIE Putra Bangsa Bekasi.

Novi kembali fokus kuliah setelah sempat berantakan gara-gara mengikuti bisnis MLM. Dia tekun belajar sambil bekerja untuk menutupi kekurangan kiriman orang tua yang hanya Rp200.000 per bulan. "Pagi sampai sore kuliah, malamnya saya kerja di warnet,” tuturnya tersenyum. Dari kerja menjadi penjaga warnet inilah Novi mulai belajar trading, membuat blog, website, dan sedikit menjadi hacker.

Gadis warga Tepakyang, Kecamatan Adimulyo, Kebumen ini cukup spekulatif. Dia lagi-lagi berani menjual laptopnya Rp3 juta untuk bermain trading forex dan valas secara online. Namun berkat ilmu yang telah dikuasai, modalnya berkembang menjadi Rp25 juta.

Kehidupan Novi bukan tak pernah mengalami kegagalan. Peraih gelar Magister Manajemen dari Universitas Bina Nusantara Jakarta ini tak terpilih menjadi anggota DPR pada Pemilihan Legislatif 2014 lalu. Salah satu caleg termuda waktu itu gagal mendapatkan suara maksimal dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah VII (Kebumen, Purbalingga, Banjarnegara). Apakah Novi kapok? Menurutnya, untuk saat ini dia nyaman dengan bisnis yang sedang digeluti. “Setelah perusahaan bagus, baru masuk politik,” ujarnya
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1084 seconds (0.1#10.140)