Nebeng Pakai GrabCar Sekarang Bisa Antar Kota
A
A
A
JAKARTA - Grab, platform aplikasi pemesanan kendaraan hari ini meluncurkan layanan carpooling sosial roda empat pertamanya di Indonesia, GrabHitch (Nebeng) Mobil. Layanan ini dirancang untuk para komuter reguler mulai dari kalangan profesional, manajer, eksekutif, yang memiliki tempat duduk ekstra di mobilnya untuk menjemput teman seperjalanan dengan tujuan yang sama antar kota, seperti rute Jakarta - Bandung atau Surabaya - Malang.
Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengemukakan, peluncuran GrabHitch (Nebeng) Mobil sendiri didorong oleh proyeksi kepemilikan mobil di Tanah Air yang diperkirakan meningkat 10,5% per tahun hingga 2020. Sementara itu, sebagian pemilik sepeda motor di negara ini juga diperkirakan akan beralih ke kendaraan roda empat yang mencerminkan besarnya kelompok pembeli mobil kali pertama. Sehingga, GrabHitch dapat menjadi pilihan perjalanan antar kota yang terjangkau sekaligus alternatif perjalanan harian.
“Jumlah kendaraan, khususnya di kota-kota besar di Indonesia, terbilang cukup tinggi. Sebagai contoh, di Jakarta terdapat lebih dari 3 juta mobil penumpang pada 2014 dengan pertumbuhan sekitar 8,75% per tahun. Bayangkan betapa signifikannya jumlah kendaraan dengan tempat duduk ekstra yang dapat digabungkan untuk memuat lebih banyak teman seperjalanan," ujarnya, saat memperkenalkan layanan GrabHitch di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (24/5/2017).
"Setiap mobil berpotensi untuk turut serta dalam upaya mengurangi masalah kemacetan dan polusi udara di kota-kota besar di Indonesia, serta memenuhi permintaan akan tumpangan yang terus meningkat setiap harinya," lanjut Ridzki.
Dia menerangkan, GrabHitch (Nebeng) Mobil menjadi bagian dari tindak lanjut atas kesuksesan dari peluncuran GrabShare dan GrabHitch (Nebeng) Motor, serta dipacu oleh kenyataan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan layanan carpooling, seiring dengan upaya bersama untuk saling membantu mengurangi jumlah kendaraan yang melintasi jalan.
“Bepergian memiliki dampak psikologis dan sosial. Hal ini dapat menjadi penyebab utama stres akibat dari ketidakpastian dan perasaan kehilangan kendali yang ditimbulkannya. Para komuter dapat mengalami kebosanan, isolasi sosial, kemarahan, bahkan frustasi karena kemacetan atau keterlambatan," jelas Ridzki.
"Karena itu, kami di Grab berpikir bagaimana dapat memberikan solusi yang lebih baik kepada para komuter. Seiring dengan konsep ekonomi berbagi yang semakin akrab di masyarakat, Grab yakin ada ruang bagi komuter untuk berkembang. Di mana bagi mereka transportasi tak lagi sekadar transaksi," tandasnya.
Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengemukakan, peluncuran GrabHitch (Nebeng) Mobil sendiri didorong oleh proyeksi kepemilikan mobil di Tanah Air yang diperkirakan meningkat 10,5% per tahun hingga 2020. Sementara itu, sebagian pemilik sepeda motor di negara ini juga diperkirakan akan beralih ke kendaraan roda empat yang mencerminkan besarnya kelompok pembeli mobil kali pertama. Sehingga, GrabHitch dapat menjadi pilihan perjalanan antar kota yang terjangkau sekaligus alternatif perjalanan harian.
“Jumlah kendaraan, khususnya di kota-kota besar di Indonesia, terbilang cukup tinggi. Sebagai contoh, di Jakarta terdapat lebih dari 3 juta mobil penumpang pada 2014 dengan pertumbuhan sekitar 8,75% per tahun. Bayangkan betapa signifikannya jumlah kendaraan dengan tempat duduk ekstra yang dapat digabungkan untuk memuat lebih banyak teman seperjalanan," ujarnya, saat memperkenalkan layanan GrabHitch di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (24/5/2017).
"Setiap mobil berpotensi untuk turut serta dalam upaya mengurangi masalah kemacetan dan polusi udara di kota-kota besar di Indonesia, serta memenuhi permintaan akan tumpangan yang terus meningkat setiap harinya," lanjut Ridzki.
Dia menerangkan, GrabHitch (Nebeng) Mobil menjadi bagian dari tindak lanjut atas kesuksesan dari peluncuran GrabShare dan GrabHitch (Nebeng) Motor, serta dipacu oleh kenyataan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan layanan carpooling, seiring dengan upaya bersama untuk saling membantu mengurangi jumlah kendaraan yang melintasi jalan.
“Bepergian memiliki dampak psikologis dan sosial. Hal ini dapat menjadi penyebab utama stres akibat dari ketidakpastian dan perasaan kehilangan kendali yang ditimbulkannya. Para komuter dapat mengalami kebosanan, isolasi sosial, kemarahan, bahkan frustasi karena kemacetan atau keterlambatan," jelas Ridzki.
"Karena itu, kami di Grab berpikir bagaimana dapat memberikan solusi yang lebih baik kepada para komuter. Seiring dengan konsep ekonomi berbagi yang semakin akrab di masyarakat, Grab yakin ada ruang bagi komuter untuk berkembang. Di mana bagi mereka transportasi tak lagi sekadar transaksi," tandasnya.
(dmd)