Facebook dan Mozilla Kucurkan Rp186 Miliar untuk Tangkal Hoax
A
A
A
NEW YORK - Facebook dan Mozilla bertekad mereduksi berita palsu atau hoax, dengan mempromosikan berita yang berintegritas demi meningkatkan kepercayaan publik kepada jurnalisme. Keduanya bahkan mengucurkan dana USD14 juta atau setara Rp186 miliar (estimasi kurs Rp13.324/USD) demi mempromosikan berita yang berintegritas.
Melansir dari CNBC, Senin (3/4/2017), berita berintegritas ini bersifat nirlaba dan merupakan inisiatif dari City University of New York (CUNY). Dan ini merupakan proyek independen dari alumnus sekolah jurnalistik di CUNY.
Selain itu, pihak lainnya yang berkontribusi dalam berita berintegritas adalah pendiri Craiglist, Craig Newmark dan Ford Foundation. Latar belakang pendirian berita berintegritas adalah jajak pendapat terbaru, yang menunjukkan rendahnya kepercayaan masyarakat kepada industri media.
Maraknya berita palsu dan informasi menyesatkan, yang sering menyamar sebagai berita yang dapat dipercaya serta menyebar massif di media sosial, telah menjatuhkan industri media massa. Apalagi kasus ini kian marak sejak pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016. Adanya berita berintegritas akan meningkatkan pemahaman publik tentang jurnalistik.
Mengutip dari Normangee Star, Senin (3/4), Dan Gillmor, ahli komunikasi massa di Arizona State University menyatakan, dua pertiga dari pengguna Facebook (665) mendapatkan berita dari Facebook dan enam dari sepuluh pengguna Twitter (59%) membaca berita dari Twittter. Tujuh dari sepuluh pengguna Reddit mendapatkan berita dari platform tersebut.
Sehingga adanya konsorsium dari media sosial dan perusahaan internet untuk mempromosikan berita yang berintegritas sangat penting. “Media sosial harus membekali masyarakat dengan alat yang lebih baik dan diskusi yang lebih baik. Caranya membuat berita yang berintegritas yang dapat dipercaya masyarakat,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, Facebook, Google, Twitter dan koleganya disorot atas maraknya peredaran hoax. CEO WPP Martin Sorrell mengatakan, Facebook dan kawan-kawan terancam kehilangan pendapatan dari iklan, bila mereka gagal mengatasi peredaran hoax. Kini, Facebook mencoba mengatasi masalah ini dengan mempromosikan berita berintegritas.
Melansir dari CNBC, Senin (3/4/2017), berita berintegritas ini bersifat nirlaba dan merupakan inisiatif dari City University of New York (CUNY). Dan ini merupakan proyek independen dari alumnus sekolah jurnalistik di CUNY.
Selain itu, pihak lainnya yang berkontribusi dalam berita berintegritas adalah pendiri Craiglist, Craig Newmark dan Ford Foundation. Latar belakang pendirian berita berintegritas adalah jajak pendapat terbaru, yang menunjukkan rendahnya kepercayaan masyarakat kepada industri media.
Maraknya berita palsu dan informasi menyesatkan, yang sering menyamar sebagai berita yang dapat dipercaya serta menyebar massif di media sosial, telah menjatuhkan industri media massa. Apalagi kasus ini kian marak sejak pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016. Adanya berita berintegritas akan meningkatkan pemahaman publik tentang jurnalistik.
Mengutip dari Normangee Star, Senin (3/4), Dan Gillmor, ahli komunikasi massa di Arizona State University menyatakan, dua pertiga dari pengguna Facebook (665) mendapatkan berita dari Facebook dan enam dari sepuluh pengguna Twitter (59%) membaca berita dari Twittter. Tujuh dari sepuluh pengguna Reddit mendapatkan berita dari platform tersebut.
Sehingga adanya konsorsium dari media sosial dan perusahaan internet untuk mempromosikan berita yang berintegritas sangat penting. “Media sosial harus membekali masyarakat dengan alat yang lebih baik dan diskusi yang lebih baik. Caranya membuat berita yang berintegritas yang dapat dipercaya masyarakat,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, Facebook, Google, Twitter dan koleganya disorot atas maraknya peredaran hoax. CEO WPP Martin Sorrell mengatakan, Facebook dan kawan-kawan terancam kehilangan pendapatan dari iklan, bila mereka gagal mengatasi peredaran hoax. Kini, Facebook mencoba mengatasi masalah ini dengan mempromosikan berita berintegritas.
(ven)