Peluncuran Google User?? s Voice dengan Studi Penggunaan Kursi Roda di Negara Berkembang
A
A
A
JAKARTA - Pada tanggal 18 Maret 2017 United Cerebral Palsy (UCP) Roda Untuk Kemanusiaan pertama kali meluncurkan Google User’s Voice (GUV) di dunia pada studi awal yang mana akan mengambil data pada dampak kualitas hidup pengguna kursi roda yang sesuai dan bagaimana kursi roda digunakan oleh orang dengan disabilitas di negara berkembang.
Hal yang dipelajari dari projek GUV adalah bagaimana meningkatkan bentuk kursi roda dan bagaimana kursi roda disediakan untuk penggunanya. Ini merupakan projek yang didanai oleh Google.org sebagai salah satu dari ide hebat yang menggunakan teknologi untuk memperluas kesempatan dan kemandirian penyandang disabilitas. UCPWH menerima jutaan dolar dalam pembiayaan untuk GUV, di bawah Google Impact Challenge 2015-Disabilities.
Projek GUV akan membantu memenuhi data yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan mengenai jalan terbaik dalam membantu pengguna kursi roda mencapai tujuan mereka dan bagaimana menjadi aspirasi.
Sensor akan diletakkan di roda dengan enam jenis kursi roda yang berbeda di Bali. Sekali mereka bergerak maka akan mengaktifkan sensor, kemudian akan dilanjutkan pengambilan data dalam daya tahan, kinerja, jarak tempuh dan faktor lainnya.
Pengguna akan menerima pertanyaan setiap bulannya melalui pesan singkat (SMS) tentang seberapa sering mereka menggunakan kursi roda, kenyamanannya, dan kesehatannya.
Data dengan kualitas tinggi akan dikirim kembali ke GUV melalui sistem (clouds) dan tim akan melanjutkan jalur perubahan pengguna secara mandiri tentang kesehatan dan semua kualitas yang berdampak pada kehidupan penyandang disabilitas. Survei berkelanjutan juga akan dilakukan kepada pengguna kursi roda.
“Ini memberi kami kesempatan untuk menganalisa kondisi sosial, kesehatan, dan dampak ekonomi, tentunya kepada pengguna kursi roda dan kualitasnya,’’ ujar Dr. Karen Reyes, seorang pengguna kursi roda, dari UCP roda untuk kemanusiaan dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/1/2017).
The Canadian Wheelchair Foundation mensponsori kursi roda sebagai projek awal melalui Rotary Club Bali Taman. Sekelompok Rotarian dari Kanada juga telah menyediakan dana untuk kursi roda yang akan datang dari perusahaan sosial CLASP.
Indonesia merupakan urutan ke-4 di dunia untuk populasi terbesar dan 11 juta orang dengan disabilitas yang mana sama dengan 4,5 persen dari populasi.
Sejumlah 70 juta orang membutuhkan kursi roda, namun hanya diantara 5-15 persen yang memiliki akses. Penyandang disabilitas sulit untuk bisa masuk sekolah dibandingkan anak tanpa disabilitas, dan hal tersebut membuat tingkat pengangguran yang tinggi juga renta akan kemiskinan. Sementara satu miliar orang yang memiliki disabilitas di dunia, 80 persen dari mereka tinggal di negara berkembang dengan isu-isu mobilitas dan 1 persen dari mereka memerlukan kursi roda.
Projek ini bekerjasama dengan World Health Organization, Massachusetts Institute of Technology (MIT-CITE), Universitas Gadjah Mada, International Society of Wheelchair Professionals dan PUSPADI Bali.
Selama projek GUV, 150 orang akan menerima kursi roda yang sesuai di PUSPADI Bali, sebuah yayasan non-profit yang menyediakan rehabilitasi untuk warga lokal dengan disabilitas yang tinggal di pulau. Semua peserta projek ini berusia dari 16 tahun sampai lanjut usia.
Pada Agustus 2017, secara keseluruhan projek ini mencakup 300 kursi roda di Indonesia dan 300 di Nikaragua yang akan dimulai dan dilanjutkan dengan 15 bulan untuk pengumpulan data lebih lanjut.
Tujuan dari penelitian ini adalah membimbing yayasan, donor, dan pemerintah untuk menggunakan sumber daya yang ada, juga memperluas peluang serta memaksimalkan kemandirian dan partisipasi masyarakat bagi penyandang disabilitas di seluruh dunia.
“Pada akhirnya penelitian ini membawa wheelchair user’s voice di garis depan dalam kebijakan dan keputusan serta bergerak lebih jauh untuk sumbangan yang besar, satu pemikiran menjadi satu. Kami akan menunjukan fakta-fakta yang nyata bahwa sebuah kursi roda yang sesuai dapat membuat perubahan dengan meningkatnya partisipasi dan inklusi bagi penyandang disabilitas,” ujar Dr. Reyes.
“Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) diakui bahwa kemandirian mobilitas adalah hak asasi manusia, dan orang-orang dengan disabilitas berhak untuk menuntut kursi roda yang sesuai.” lanjutnya.
Dr. Reyes percaya bahwa perlu adanya pendekatan holistik untuk meningkatkan inklusi penyandang disabilitas di negara berkembang.
Hal yang dipelajari dari projek GUV adalah bagaimana meningkatkan bentuk kursi roda dan bagaimana kursi roda disediakan untuk penggunanya. Ini merupakan projek yang didanai oleh Google.org sebagai salah satu dari ide hebat yang menggunakan teknologi untuk memperluas kesempatan dan kemandirian penyandang disabilitas. UCPWH menerima jutaan dolar dalam pembiayaan untuk GUV, di bawah Google Impact Challenge 2015-Disabilities.
Projek GUV akan membantu memenuhi data yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan mengenai jalan terbaik dalam membantu pengguna kursi roda mencapai tujuan mereka dan bagaimana menjadi aspirasi.
Sensor akan diletakkan di roda dengan enam jenis kursi roda yang berbeda di Bali. Sekali mereka bergerak maka akan mengaktifkan sensor, kemudian akan dilanjutkan pengambilan data dalam daya tahan, kinerja, jarak tempuh dan faktor lainnya.
Pengguna akan menerima pertanyaan setiap bulannya melalui pesan singkat (SMS) tentang seberapa sering mereka menggunakan kursi roda, kenyamanannya, dan kesehatannya.
Data dengan kualitas tinggi akan dikirim kembali ke GUV melalui sistem (clouds) dan tim akan melanjutkan jalur perubahan pengguna secara mandiri tentang kesehatan dan semua kualitas yang berdampak pada kehidupan penyandang disabilitas. Survei berkelanjutan juga akan dilakukan kepada pengguna kursi roda.
“Ini memberi kami kesempatan untuk menganalisa kondisi sosial, kesehatan, dan dampak ekonomi, tentunya kepada pengguna kursi roda dan kualitasnya,’’ ujar Dr. Karen Reyes, seorang pengguna kursi roda, dari UCP roda untuk kemanusiaan dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/1/2017).
The Canadian Wheelchair Foundation mensponsori kursi roda sebagai projek awal melalui Rotary Club Bali Taman. Sekelompok Rotarian dari Kanada juga telah menyediakan dana untuk kursi roda yang akan datang dari perusahaan sosial CLASP.
Indonesia merupakan urutan ke-4 di dunia untuk populasi terbesar dan 11 juta orang dengan disabilitas yang mana sama dengan 4,5 persen dari populasi.
Sejumlah 70 juta orang membutuhkan kursi roda, namun hanya diantara 5-15 persen yang memiliki akses. Penyandang disabilitas sulit untuk bisa masuk sekolah dibandingkan anak tanpa disabilitas, dan hal tersebut membuat tingkat pengangguran yang tinggi juga renta akan kemiskinan. Sementara satu miliar orang yang memiliki disabilitas di dunia, 80 persen dari mereka tinggal di negara berkembang dengan isu-isu mobilitas dan 1 persen dari mereka memerlukan kursi roda.
Projek ini bekerjasama dengan World Health Organization, Massachusetts Institute of Technology (MIT-CITE), Universitas Gadjah Mada, International Society of Wheelchair Professionals dan PUSPADI Bali.
Selama projek GUV, 150 orang akan menerima kursi roda yang sesuai di PUSPADI Bali, sebuah yayasan non-profit yang menyediakan rehabilitasi untuk warga lokal dengan disabilitas yang tinggal di pulau. Semua peserta projek ini berusia dari 16 tahun sampai lanjut usia.
Pada Agustus 2017, secara keseluruhan projek ini mencakup 300 kursi roda di Indonesia dan 300 di Nikaragua yang akan dimulai dan dilanjutkan dengan 15 bulan untuk pengumpulan data lebih lanjut.
Tujuan dari penelitian ini adalah membimbing yayasan, donor, dan pemerintah untuk menggunakan sumber daya yang ada, juga memperluas peluang serta memaksimalkan kemandirian dan partisipasi masyarakat bagi penyandang disabilitas di seluruh dunia.
“Pada akhirnya penelitian ini membawa wheelchair user’s voice di garis depan dalam kebijakan dan keputusan serta bergerak lebih jauh untuk sumbangan yang besar, satu pemikiran menjadi satu. Kami akan menunjukan fakta-fakta yang nyata bahwa sebuah kursi roda yang sesuai dapat membuat perubahan dengan meningkatnya partisipasi dan inklusi bagi penyandang disabilitas,” ujar Dr. Reyes.
“Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) diakui bahwa kemandirian mobilitas adalah hak asasi manusia, dan orang-orang dengan disabilitas berhak untuk menuntut kursi roda yang sesuai.” lanjutnya.
Dr. Reyes percaya bahwa perlu adanya pendekatan holistik untuk meningkatkan inklusi penyandang disabilitas di negara berkembang.
(wbs)