Anti-Monopoli, China Selidiki Merger Didi dan Uber
A
A
A
BEIJING - Kementerian Perdagangan China sedang menyelidiki langkah penggabungan perusahaan aplikasi angkutan (merger) Didi ChuXing dengan pesaingnya Uber Technologies Inc (UBER.UL). Hal ini menyusul keprihatinan atas aturan anti-monopoli.
Dilansir dari Reuters, Jumat (2/9/2016), juru bicara kementerian Shen Danyang mengatakan, Kementerian Perdagangan akan melindungi persaingan pasar yang adil dan kepentingan konsumen atas kesepakatan yang akan membentuk unit raksasa senilai USD35 miliar.
Bulan lalu, kementerian menyebutkan, belum menerima aplikasi yang atas penggabungan dua perusahaan tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Uber disebutkan mengalami kerugian USD1,27 miliar atau sekitar Rp16,77 triliun pada semester I 2016. Bloomberg mencatat kerugian terjadi dari subsidi perusahaan terhadap driver-nya yang beroperasi di China. Di mana Uber terkunci dalam pertempuran gila-gilaan dengan aplikasi lokal, Didi ChuXing.
Menyadari mereka tidak akan bisa mengalahkan Didi, Uber mengurangi kerugian dengan menjual operasinya di China. Melalui langkah tersebut, Uber berharap tidak akan mengalami kerugian lagi yang berhubungan dengan China pada neraca setelah Agustus 2016.
Dilansir dari Reuters, Jumat (2/9/2016), juru bicara kementerian Shen Danyang mengatakan, Kementerian Perdagangan akan melindungi persaingan pasar yang adil dan kepentingan konsumen atas kesepakatan yang akan membentuk unit raksasa senilai USD35 miliar.
Bulan lalu, kementerian menyebutkan, belum menerima aplikasi yang atas penggabungan dua perusahaan tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Uber disebutkan mengalami kerugian USD1,27 miliar atau sekitar Rp16,77 triliun pada semester I 2016. Bloomberg mencatat kerugian terjadi dari subsidi perusahaan terhadap driver-nya yang beroperasi di China. Di mana Uber terkunci dalam pertempuran gila-gilaan dengan aplikasi lokal, Didi ChuXing.
Menyadari mereka tidak akan bisa mengalahkan Didi, Uber mengurangi kerugian dengan menjual operasinya di China. Melalui langkah tersebut, Uber berharap tidak akan mengalami kerugian lagi yang berhubungan dengan China pada neraca setelah Agustus 2016.
(dmd)