Headphone Entry Level Merek Premium
A
A
A
JAKARTA - Setiap orang pasti ingin memiliki perangkat dari merek premium yang sudah terkenal nama dan kualitas produknya, namun bertolak belakang dengan isi dompet Anda. Oleh sebab itu vendor berkelas premium turut menghadirkan lini produk segmen entry level.
Seperti Sennheiser yang pamornya sudah melegenda dikalangan audiophile, mereka bahkan menghadirkan perangkat headphone yang sesuai dengan budget konsumen yang tetap percaya bahwa merek terkenal selalu jaminan kualitas.
Sennheiser HD 231i misalnya, headphone dengan harga Rp 1,3 juta-an berdesain on-ear ini masih menyajikan kualitas suara terbaik khas Sennheiser dengan desain yang terbilang sederhana sekali.
Ya berhubung harganya terbilang murah untuk sebuah perangkat Sennheiser makanya desainnya tidak muluk muluk berkesan ‘wah’, justru saya melihatnya biasa saja. Iya, sebab desainnya sudah umum dijumpai pada headphone dengan segmen yang sama namun beda merek.
Material yang dipergunakan seluruhnya dari bahan plastik dengan wana hitam, memang headphone ini jadi ringan sehingga enak jika dikalungkan pada leher saat tidak digunakan, tidak akan membuat leher dan pundak pegel.
Namun disisi lain kesan yang muncul adalah ringkih dan justru jika ditaruh di tas bisa saja patah, apalagi untuk perangkat ini Sennhesier tidak menyediakan hard case dalam paket penjualannya.
Meskipun desainnya terlihat biasa saja Sennheiser jelas tidak lupa soal kenyamanan dan problem dimana menggunakan headphone terlalu lama akan membuat tubuh bagian kepala terasa pegal.
Pada beberapa bagian seperti earpad dan lengkung gagang headphone diberikan busan dengan lapisan kulit sehingga telinga kita tetap nyaman dan ketika dikalungkan di leher bantalannya mencegah leher menjadi pegal.
Bagaimana soal kualitas suaranya? Sudah jadi ciri khas bahkan standar dari Sennheiser bahwa kualitas audionya jernih dan detil, dengan desain on-ear bukan over-ear kenyataannya suara yang dihasilkan berhasil menangkis bising dari ambience di sekitar saya. Desain back closed pada bagian belakang earpad juga membuat audio tidak ‘bocor’ ke orang sebelah.
Untuk urusan audio yang disayangkan adalah tidak adanya kemampuan menebalkan dentuman bass, namun dengan kualitas suara yang jernih dan detil rasanya sudah cukup untuk sebuah headphone merek premium dengan harga yang tadi ditawarkan.
Oh iya berhubung seri HD 231i ditujukan kompatibel hanya dengan perangkat pabrikan Apple jadi ketika dipergunakan pada perangkat Android dan lainnya kualitas suaranya akan jadi flat.
Selain itu karena merupakan budget headphone maka tersedia fitur yang umum ada pada perangkat headphone non audiophile, yakni tombol volume dan in-line microphone sehingga saya tetap dapat menerima telepon menggunakan headphone.
Seperti Sennheiser yang pamornya sudah melegenda dikalangan audiophile, mereka bahkan menghadirkan perangkat headphone yang sesuai dengan budget konsumen yang tetap percaya bahwa merek terkenal selalu jaminan kualitas.
Sennheiser HD 231i misalnya, headphone dengan harga Rp 1,3 juta-an berdesain on-ear ini masih menyajikan kualitas suara terbaik khas Sennheiser dengan desain yang terbilang sederhana sekali.
Ya berhubung harganya terbilang murah untuk sebuah perangkat Sennheiser makanya desainnya tidak muluk muluk berkesan ‘wah’, justru saya melihatnya biasa saja. Iya, sebab desainnya sudah umum dijumpai pada headphone dengan segmen yang sama namun beda merek.
Material yang dipergunakan seluruhnya dari bahan plastik dengan wana hitam, memang headphone ini jadi ringan sehingga enak jika dikalungkan pada leher saat tidak digunakan, tidak akan membuat leher dan pundak pegel.
Namun disisi lain kesan yang muncul adalah ringkih dan justru jika ditaruh di tas bisa saja patah, apalagi untuk perangkat ini Sennhesier tidak menyediakan hard case dalam paket penjualannya.
Meskipun desainnya terlihat biasa saja Sennheiser jelas tidak lupa soal kenyamanan dan problem dimana menggunakan headphone terlalu lama akan membuat tubuh bagian kepala terasa pegal.
Pada beberapa bagian seperti earpad dan lengkung gagang headphone diberikan busan dengan lapisan kulit sehingga telinga kita tetap nyaman dan ketika dikalungkan di leher bantalannya mencegah leher menjadi pegal.
Bagaimana soal kualitas suaranya? Sudah jadi ciri khas bahkan standar dari Sennheiser bahwa kualitas audionya jernih dan detil, dengan desain on-ear bukan over-ear kenyataannya suara yang dihasilkan berhasil menangkis bising dari ambience di sekitar saya. Desain back closed pada bagian belakang earpad juga membuat audio tidak ‘bocor’ ke orang sebelah.
Untuk urusan audio yang disayangkan adalah tidak adanya kemampuan menebalkan dentuman bass, namun dengan kualitas suara yang jernih dan detil rasanya sudah cukup untuk sebuah headphone merek premium dengan harga yang tadi ditawarkan.
Oh iya berhubung seri HD 231i ditujukan kompatibel hanya dengan perangkat pabrikan Apple jadi ketika dipergunakan pada perangkat Android dan lainnya kualitas suaranya akan jadi flat.
Selain itu karena merupakan budget headphone maka tersedia fitur yang umum ada pada perangkat headphone non audiophile, yakni tombol volume dan in-line microphone sehingga saya tetap dapat menerima telepon menggunakan headphone.
(dol)