Turunnya Tarif Interkoneksi Bisa Hambat Pembangunan Jaringan di Daerah
A
A
A
JAKARTA - Penurunan tarif interkoneksi dianggap beberapa pihak akan menghambat pembangunan jaringan telekomunikasi di daerah. Ketua Program Studi Telekomunikasi di Institut Teknologi Bandung, Ian Yosef sebelumnya mengatakan bahwa keinginan pemerintah untuk menurunkan tarif interkoneksi secara signifikan, jangan sampai membuat operator berkurang kemampuannya untuk membangun jaringan ke daerah baru dan memperbaiki kualitas layanannya yang hanya bisa dicapai apabila kebijakan tersebut betul-betul berdasarkan biaya masing-masing operator.
Sementara itu, pengamat telekomunikasi Kalamullah Ramli berpendapat bahwa tarif interkoneksi dihitung berdasarkan biaya jaringan masing-masing operator yang terdiri dari beberapa variabel seperti coverage operator, pelanggan, trafik bicara, trafik internet dan investasi elemen jaringan.
“Oleh karena itu biaya interkoneksi masing-masing operator akan berbeda tergantung dari jangkauan dan kapasitas jaringan,” ujar mantan Dirjen Penyelenggara Pos dan Informatika Kemkominfo tersebut.
Kalamullah menerangkan, sesuai dengan Peraturan Menkominfo Nomor 8 Tahun 2006, perhitungan biaya interkoneksi yang disesuaikan dengan masing-masing akan membuat operator tetap dapat membangun karena basisnya adalah biaya investasi masing-masing operator.
“Selama diimplementasikan sesuai biaya jaringan yang dihitung untuk masing-masing operator maka akan adil bagi semua pihak, sesuai prinsip dalam interkoneksi di mana tidak boleh ada operator yang diuntungkan maupun dirugikan demi kepentingan pelanggan,” jelasnya.
“Biaya interkoneksi selalu akan turun jika operator tidak memperluas jangkauan jaringan melalui pembangunan BTS baru,” kata Kalamullah.
Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa biaya interkoneksi merupakan hak operator, jadi tidak bisa diturunkan maupun dinaikkan, karena semua operator dihitung dengan cara yang sama berdasarkan data input masing-masing. Selama data inputnya benar maka hasil perhitungan akan menjamin pengembalian investasi operator. Biaya interkoneksi pun bukan untuk pelanggan, namun merupakan tarif jaringan antar operator yang dibayar dalam berinterkoneksi.
Menanggapi anggapan-anggapan bahwa penurunan tariff interkoneksi akan berdampak pada turunnya tariff ritel, sehingga pelanggan bisa menikmati harga ya murah, Kalamullah berpendapat bahwa kondisi ini apabila memang terjadi hanya akan baik untuk masyarakat secara jangka pendek.
Namun sebaliknya, secara jangka panjang hal tersebut akan berdampak buruk, dikarenakan operator akan berkurang kemampuannya untuk memperluas cakupan jaringan dan mempertahankan kualitas layanan yang baik.
Sementara itu, pengamat telekomunikasi Kalamullah Ramli berpendapat bahwa tarif interkoneksi dihitung berdasarkan biaya jaringan masing-masing operator yang terdiri dari beberapa variabel seperti coverage operator, pelanggan, trafik bicara, trafik internet dan investasi elemen jaringan.
“Oleh karena itu biaya interkoneksi masing-masing operator akan berbeda tergantung dari jangkauan dan kapasitas jaringan,” ujar mantan Dirjen Penyelenggara Pos dan Informatika Kemkominfo tersebut.
Kalamullah menerangkan, sesuai dengan Peraturan Menkominfo Nomor 8 Tahun 2006, perhitungan biaya interkoneksi yang disesuaikan dengan masing-masing akan membuat operator tetap dapat membangun karena basisnya adalah biaya investasi masing-masing operator.
“Selama diimplementasikan sesuai biaya jaringan yang dihitung untuk masing-masing operator maka akan adil bagi semua pihak, sesuai prinsip dalam interkoneksi di mana tidak boleh ada operator yang diuntungkan maupun dirugikan demi kepentingan pelanggan,” jelasnya.
“Biaya interkoneksi selalu akan turun jika operator tidak memperluas jangkauan jaringan melalui pembangunan BTS baru,” kata Kalamullah.
Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa biaya interkoneksi merupakan hak operator, jadi tidak bisa diturunkan maupun dinaikkan, karena semua operator dihitung dengan cara yang sama berdasarkan data input masing-masing. Selama data inputnya benar maka hasil perhitungan akan menjamin pengembalian investasi operator. Biaya interkoneksi pun bukan untuk pelanggan, namun merupakan tarif jaringan antar operator yang dibayar dalam berinterkoneksi.
Menanggapi anggapan-anggapan bahwa penurunan tariff interkoneksi akan berdampak pada turunnya tariff ritel, sehingga pelanggan bisa menikmati harga ya murah, Kalamullah berpendapat bahwa kondisi ini apabila memang terjadi hanya akan baik untuk masyarakat secara jangka pendek.
Namun sebaliknya, secara jangka panjang hal tersebut akan berdampak buruk, dikarenakan operator akan berkurang kemampuannya untuk memperluas cakupan jaringan dan mempertahankan kualitas layanan yang baik.
(dol)