Piala Dunia 2022 Qatar Banyak Dibekali Teknologi Tak Biasa

Selasa, 29 November 2022 - 09:00 WIB
loading...
Piala Dunia 2022 Qatar Banyak Dibekali Teknologi Tak Biasa
Teknologi kecerdasan buatan digunakan di Piala Dunia 2022 Qatar. Foto/IST
A A A
JAKARTA - Piala Dunia tidak pernah lepas dari tragedi. Tragedi bahkan membuat Piala Dunia selalu jadi cerita yang tidak biasa. Seperti halnya saat pesepakbola legendaris Argentina, Diego Armando Maradona menggunakan tangannya saat mengalahkan tim nasional Inggris di perempat final Piala Dunia 1968.

Saat itu di menit ke-51 Maradona mencetak gol yang kontroversial karena menggunakan tangan dalam menaklukkan kiper Inggris Peter Shilton. Saat itu Maradona tidak hanya berhasil mengalahkan Peter Shilton tapi juga mengalahkan seluruh negara Inggris.

Kekecewaan membuat Inggris murka. Sampai-sampai media Inggris, Mirror menulis judul besar-besaran di halaman pertama tentang aksi Maradona. "Tangan sang bandit Maradona memberikan kemenangan buat Argentina," tulis Mirror.

Tangan tuhan Maradona bukanlah satu-satunya tragedi yang jadi cerita di semua perhelatan Piala Dunia. Setiap masanya ada cerita yang tidak biasa. Mulai dari tersingkirnya Italia di

Piala Dunia 2022 Qatar justru mencoba menghadirkan sebuah cerita yang berbeda. Penggunaan teknologi yang tidak biasa diberikan agar tidak ada lagi negara yang jadi korban tragedi. Penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) diharapkan mampu melampaui kelemahan-kelemahan yang terjadi saat pertandingan sepak bola dimainkan.



Piala Dunia 2022 Qatar Banyak Dibekali Teknologi Tak Biasa


Misalnya saja teknologi garis gawang terbaru yang diperkenalkan di Piala Dunia 2022 Qatar tahun ini. Teknologi tersebut sudah dibekali dengan kecerdasan buatan yang bisa dengan sangat detail memastikan sebuah bola telah melewati garis gawang secara keseluruhan atau tidak.

Begitu juga dengan teknologi offside semi otomatis yang telah banyak memakan korban di Piala Dunia Qatar 2022. Teknologi ini menggunakan 12 kamera pelacak khusus yang dipasang di bawah atap stadion untuk melacak bola dan hingga 29 titik data dari setiap pemain.

Teknologi akan melakukannya sebnyak 50 kali per detik dan menghitung posisi tepat mereka di lapangan. 29 poin data yang dikumpulkan mencakup semua anggota tubuh dan ekstremitas yang relevan untuk melakukan panggilan offside.

Untuk mendeteksi insiden offside yang ketat, sensor unit pengukuran inersia (IMU) juga ditempatkan di dalam bola. Sensor ini, diposisikan di tengah bola, mengirimkan data bola ke ruang operasi video 500 kali per detik, memungkinkan pendeteksian titik tendangan yang sangat tepat.

Dengan menggabungkan data pelacakan tungkai dan bola serta menerapkan kecerdasan buatan, teknologi baru ini memberikan peringatan offside otomatis kepada ofisial pertandingan video di dalam ruang operasi video. Jadi setiap kali bola diterima oleh penyerang yang berada dalam posisi offside saat ini akan langsung terdeteksi dengan cepat.



Piala Dunia 2022 Qatar Banyak Dibekali Teknologi Tak Biasa


Penggunaan teknologi kecerdasan buatan tidak hanya diterapkan di lapangan hijau saja. Di luar lapangan panitia pelaksana Piala Dunia 2022 Qatar juga berupaya menerapkan teknologi yang sama buat mengendalikan suporter dari masing-masing negara yang berkompetisi di Piala Dunia.

Untuk mencegah kerumunan orang dan perkelahian antar suporter, digunakan pengenalan wajah atau face recognition berbasis AI. Teknologi itu dipasang di ribuan kamera yang terpasang di seiap stasdion dan pusat-pusat keramaian.

CNN Menyebutkan terdapat lebih dari 200.000 unit kamera terintegrasi yang tersebar merata di 8 stadion Piala Dunia guna memantau perilaku dan mengendalikan penonton”.

Teknologi kecerdasan buatan juga dilakukan guna memberikan rasa nyaman buat para penonton saat berada di dalam stadion. Dinamika penonton dan suhu stadion secara otomatis diukur dengan teliti guna memnberikan suasana yang nyaman. Jadi sekali pun suporter marah besar, setidaknya suasana stadion bisa diharapkan meredam rasa amarah yang memuncak.

Jadi Maradona beruntung aksi tangan tuhannya dilakukan di Piala Dunia 1968. Kalau sekarang, ceritanya bakalan beda lagi.
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.9796 seconds (0.1#10.140)