6 Penyebab Nokia Bangkrut, Terlalu Percaya Diri dan Enggan Berinovasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penyebab Nokia bangkrut penting untuk diketahui. Sebab, Nokia menjadi contoh bagimana pentingnya perusahaan teknologi menyesuaikan perkembangan zaman, juga berinovasi.
Dari pabrikan ponsel nomor 1 dunia yang seolah tidak akan bisa tergeser, Nokia hancur dengan kehadiran iPhone serta sistem operasi baru Android .
Nokia terlena dengan sukses mereka selama puluhan tahun. Sehingga gagal melakukan inovasi. Ketika zaman berubah dan kebutuhan konsumen juga berubah, Nokia terlambat menyadari. Nah, berikut adalah 6 penyebab Nokia bangkrut:
1. Lambat Bergerak
Sistem operasi Symbian merupakan OS tertutup yang membuat Nokia besar. Tapi, OS itu tidak bisa bersaing dengan Android yang lebih canggih. Nokia ngotot mempertahankan OS tersebut karena eksklusifitas. Namun, Android lebih diterima oleh konsumen. Nokia yang lambat beralih ke Android berlahan ditinggalkan oleh konsumen mereka.
Petinggi Nokia tetap bertahan bahwa Android tidak akan besar dan tetap pede dengan keypad QWERTY. Sejak awal Nokia tidak mau menerima Android, dan tetap merasa bisa mengontrol tren pasar. Walau sudah melakukan upgrade Symbian semaksimal mungkin, tetap tidak bisa melawan Android.
2. Tidak Peduli Konsumen
Seiring kehadiran Android, platform Symbian sudah tidak lagi menarik perhatian konsumen. Karena terlihat lebih kuno, lebih berat, dan ketinggalan. Tapi, Nokia tidak peduli itu dan tetap menjejalkan ponsel dengan OS Symbian ke konsumen mereka.
Faktanya, konsumen ingin mendapat smartphone yang user friendly. Yakni Nokia, merek kesayangan mereka yang sudah menggunakan OS Android. Tapi, mereka tidak mendapatkan hal tersebut.
3. Tidak Mau Inovasi
Dengan sukses puluhan tahun, Nokia merasa langkah dan keputusan mereka selalu berhasil. Mereka puas dengan keberhasilan yang sudah dimiliki. Namun, gagal dalam merencanakan perkembangan selanjutnya. Ini karena mereka tidak mau berinovasi dan menyambut platform baru yang memang dibutuhkan konsumen.
4. Tidak Mendengar Masukan
Perusahaan seharusnya terbuka dengan saran dan kritik dengan tujuan untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik lagi. Ada yang menyebutkan C-level Nokia mendapatkan laporan yang baik-baik saja dari bawahannya. Tapi, ada juga yang mengatakan bahwa para direksi Nokia saat itu keras kepala.
5. Terlalu Fokus di Hardware
Nokia terkenal dengan kualitas perangkat kerasnya, tapi tidak terlalu memperhatikan jajaran perangkat lunaknya. Padahal, software sama pentingnya dengan hardware.
6. Melebih-lebihkan Kekuatan Merek
Nokia melebih-lebihkan nilai mereknya. Mereka percaya bahwa orang masih akan berbondong-bondong ke toko dan membeli ponsel buatan Nokia. Sayangnya, mereka terjebak dengan software yang tidak bisa bersaing.
Mereka mencoba bertahan lewat seri Lumia, tapi gagal karena kurangnya inovasi. Fiturnya tidak menarik dan membosankan. Di era 4G, Nokia bahkan belum memiliki ponsel berkemampuan 3G. Nokia juga datang dengan seri Asha untuk entry level, tapi lagi-lagi kurang bisa bersaing.
Dari pabrikan ponsel nomor 1 dunia yang seolah tidak akan bisa tergeser, Nokia hancur dengan kehadiran iPhone serta sistem operasi baru Android .
Nokia terlena dengan sukses mereka selama puluhan tahun. Sehingga gagal melakukan inovasi. Ketika zaman berubah dan kebutuhan konsumen juga berubah, Nokia terlambat menyadari. Nah, berikut adalah 6 penyebab Nokia bangkrut:
1. Lambat Bergerak
Sistem operasi Symbian merupakan OS tertutup yang membuat Nokia besar. Tapi, OS itu tidak bisa bersaing dengan Android yang lebih canggih. Nokia ngotot mempertahankan OS tersebut karena eksklusifitas. Namun, Android lebih diterima oleh konsumen. Nokia yang lambat beralih ke Android berlahan ditinggalkan oleh konsumen mereka.
Petinggi Nokia tetap bertahan bahwa Android tidak akan besar dan tetap pede dengan keypad QWERTY. Sejak awal Nokia tidak mau menerima Android, dan tetap merasa bisa mengontrol tren pasar. Walau sudah melakukan upgrade Symbian semaksimal mungkin, tetap tidak bisa melawan Android.
2. Tidak Peduli Konsumen
Seiring kehadiran Android, platform Symbian sudah tidak lagi menarik perhatian konsumen. Karena terlihat lebih kuno, lebih berat, dan ketinggalan. Tapi, Nokia tidak peduli itu dan tetap menjejalkan ponsel dengan OS Symbian ke konsumen mereka.
Faktanya, konsumen ingin mendapat smartphone yang user friendly. Yakni Nokia, merek kesayangan mereka yang sudah menggunakan OS Android. Tapi, mereka tidak mendapatkan hal tersebut.
3. Tidak Mau Inovasi
Dengan sukses puluhan tahun, Nokia merasa langkah dan keputusan mereka selalu berhasil. Mereka puas dengan keberhasilan yang sudah dimiliki. Namun, gagal dalam merencanakan perkembangan selanjutnya. Ini karena mereka tidak mau berinovasi dan menyambut platform baru yang memang dibutuhkan konsumen.
4. Tidak Mendengar Masukan
Perusahaan seharusnya terbuka dengan saran dan kritik dengan tujuan untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik lagi. Ada yang menyebutkan C-level Nokia mendapatkan laporan yang baik-baik saja dari bawahannya. Tapi, ada juga yang mengatakan bahwa para direksi Nokia saat itu keras kepala.
5. Terlalu Fokus di Hardware
Nokia terkenal dengan kualitas perangkat kerasnya, tapi tidak terlalu memperhatikan jajaran perangkat lunaknya. Padahal, software sama pentingnya dengan hardware.
6. Melebih-lebihkan Kekuatan Merek
Nokia melebih-lebihkan nilai mereknya. Mereka percaya bahwa orang masih akan berbondong-bondong ke toko dan membeli ponsel buatan Nokia. Sayangnya, mereka terjebak dengan software yang tidak bisa bersaing.
Mereka mencoba bertahan lewat seri Lumia, tapi gagal karena kurangnya inovasi. Fiturnya tidak menarik dan membosankan. Di era 4G, Nokia bahkan belum memiliki ponsel berkemampuan 3G. Nokia juga datang dengan seri Asha untuk entry level, tapi lagi-lagi kurang bisa bersaing.
(dan)