Microsoft: Serangan Ransomware di 2022 Semakin Mengkhawatirkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Raksasa teknologi asal Amerika Serikat Microsoft berhasil mengidentifikasi 35 kelompok ransomware dan lebih dari 250 pelaku ancaman siber yang bermarkas di berbagai negara di dunia.
Para penjahat siber itu disebut siap melakukan aktivitas kriminal yang merugikan dan berpotensi mengumpulkan dana dari aktivitas tersebut untuk membiayai serangan siber yang lebih berbahaya lagi.
Menurut Microsoft , lansekap keamanan siber saat ini semakin menantang dan kompleks. Berbagai ancaman tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan selama setahun terakhir. Sementara kerugiannya diprediksi sangat besar.
Dikatakan bahwa kejahatan siber akan merugikan dunia sebesar USD10,5 triliun per tahun pada 2025. Angka ini meningkat dari USD3 triliun pada satu dekade sebelumnya dan USD6 triliun pada 2021.
Vasu Jakkal, Vice President, Security, Compliance and Identity Microsoft dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa saat ini diperlukan sistem keamanan terkelola yang lebih baik untuk menangkal serangan yang dilancarkan.
“Seiring meningkatnya skala serangan, pertahanan kita juga perlu ditingkatkan. Semakin hari, semakin sulit bagi organisasi untuk membangun dan mengelola tim keamanan secara penuh,” kata Jakkal.
”Apalagi dengan terus berkembangnya keahlian yang dibutuhkan untuk memenuhi berbagai tuntutan keamanan saat ini. Untuk itu perlu layanan keamanan terkelola untuk menjalankan sistem keamanan dan mendukung pertahanan internal perusahaan,” tambahnya.
Microsoft sendiri mengklaim telah memblokir lebih dari 9,6 miliar ancaman malware dan lebih dari 35,7 miliar serangan phishing serta email berbahaya lainnya. Pemblokiran ini dilakukan pada 2021 silam.
Para penjahat siber itu disebut siap melakukan aktivitas kriminal yang merugikan dan berpotensi mengumpulkan dana dari aktivitas tersebut untuk membiayai serangan siber yang lebih berbahaya lagi.
Menurut Microsoft , lansekap keamanan siber saat ini semakin menantang dan kompleks. Berbagai ancaman tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan selama setahun terakhir. Sementara kerugiannya diprediksi sangat besar.
Dikatakan bahwa kejahatan siber akan merugikan dunia sebesar USD10,5 triliun per tahun pada 2025. Angka ini meningkat dari USD3 triliun pada satu dekade sebelumnya dan USD6 triliun pada 2021.
Vasu Jakkal, Vice President, Security, Compliance and Identity Microsoft dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa saat ini diperlukan sistem keamanan terkelola yang lebih baik untuk menangkal serangan yang dilancarkan.
“Seiring meningkatnya skala serangan, pertahanan kita juga perlu ditingkatkan. Semakin hari, semakin sulit bagi organisasi untuk membangun dan mengelola tim keamanan secara penuh,” kata Jakkal.
”Apalagi dengan terus berkembangnya keahlian yang dibutuhkan untuk memenuhi berbagai tuntutan keamanan saat ini. Untuk itu perlu layanan keamanan terkelola untuk menjalankan sistem keamanan dan mendukung pertahanan internal perusahaan,” tambahnya.
Microsoft sendiri mengklaim telah memblokir lebih dari 9,6 miliar ancaman malware dan lebih dari 35,7 miliar serangan phishing serta email berbahaya lainnya. Pemblokiran ini dilakukan pada 2021 silam.
(dan)