GoPro Rilis Hero 10 Black Bones untuk Drone FPV
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memang sedikit terlambat, tapi GoPro akhirnya merilis kamera untuk drone First Person View (FPV) . Mengapa? Pertama, walaupun cukup niche, pasar drone FPV dan Cinewhoop terus tumbuh. Kedua, bisa jadi karena GoPro mendengar permintaan dari fans mereka.
Drone FPV memang berbeda dengan drone pada umumnya. Umumnya drone FPV dirakit sendiri, memiliki beragam variasi ukuran, dan ditujukan untuk terbang dengan kecepatan tinggi dan manuver dramatis.
Mulanya, drone FPV digunakan untuk balap atau terbang bebas (freestyle). Namun, sekarang mulai melebar ke pembuatan video sinematik.
Disinilah peran kamera action seperti GoPro. Namun, drone FPV butuh kecepatan tinggi dan manuver tajam, pilot butuh kamera yang lebih ringan dan ringkas. GoPro yang ada sekarang, dianggap terlalu berat lantaran setiap gram di drone FPV sangat berpengaruh.
Sadar akan kebutuhan tersebut, GoPro lantas mengenalkan Hero 10 Black Bones. Fiturnya mirip dengan Hero 10 Black. Sudah dibekali fitur video HyperSmooth 4.0 dan 5.3K yang sulit disaingi kompetitornya. Tapi, dengan bodi yang jauh lebih ringkas dan ringan. Cukup ringan untuk dipasang pada drone kelas 3 inci atau lebih besar.
”Bones adalah langkah penting dalam strategi GoPro untuk menghasilkan produk turunan yang menjawab kebutuhan audiens pelanggan secara spesifik,” ujar pendiri dan CEO GoPro, Nicholas Woodman. ”GoPro Bones memberikan kualitas visual dan performa ala Hero 10 Black, tapi dengan bodi sangat ringan, yang ideal untuk sinematografi udara,” katanya.
GoPro Hero 10 Black Bones memiliki berat hanya 54 gram atau lebih ringan 100 gram dibanding Hero 10 Black standar. Ini adalah GoPro paling ringan yang pernah diciptakan.
Salah satu alasan mengapa bisa sangat ringan, karena tidak memiliki baterainya sendiri. Tapi, “numpang” dari baterai yang biasa digunakan drone FPV. Mulai tipe 2S hingga 6S atau 5V-27V.
Bobotnya yang sangat kecil dan ringan membuat GoPro Bones cocok untuk mengabadikan rekaman udara yang cepat dan bahkan “gila”.
Bodi GoPro Bones dirancang lebih durable atau tahan benturan. Juga, memiliki ventilasi untuk mendorong pendinginan udara terus menerus agar prosesor tidak panas saat dipakai merekam video dalam durasi panjang.
Kalaupun crash atau menabrak, GoPro Bones sudah dibekali housing atau casing yang juga ringan. Termasuk kover lensa yang bisa diganti-ganti dengan ND Hero 10 Black dan Hero 9 Black pihak ketiga.
Adapun GoPro Bones juga memakai prosesor GP2 yang sama dengan Hero 10 Black. Sehingga tidak penurunan kualitas atau fitur.
Pengguna bisa merekam video HyperSmooth 4.0 terbaru untuk mendapat video resolusi tinggi yang sangat stabil saat terbang. Atau, mereka bisa tetap terbang memakai mode normal, lalu menyeimbangkannya saat editing lewat software ReelSteady di aplikasi Player + ReelSteady baru GoPro yang diluncurkan.
Atau bahkan para pilot bisa menggabungkan stabilisasi HyperSmooth dan ReelSteady untuk membuat rekaman yang benar-benar halus.
Untuk kualitas video, GoPro Bones bisa merekam 5,3K-60fps, 4K-120 fps, dan 2,7K-240 fps dalam rasio 16:9. Adapun rekaman HyperSmooth memakai rasio aspek 4:3. Pengguna bisa mendapat resolusi 5,3K pada 30fps, 4K pada 60 fps, dan 2,7K hingga 120fps.
Keunikan lain adalah cara kontrol GoPro Bones. Ada sepasang tombol fisik, aplikasi Quik, Kode QR GoPro Labs, juga Remote GoPro pemancar drone.
Dalam pembelian, pengguna mendapat satu sekrup untuk dipasang di drone, konektor FPV, serta in-box adapter.
GoPro Bones dipasarkan seharga USD400 (Rp5,7 juta) dengan langganan solusi software/cloud GoPro selama setahun. Pengguna akan mendapatkan garansi penggantian (tanpa syarat), diskon aksesoris, salinan penyimpanan cloud tak terbatas). Atau, USD500 (Rp7,1 juta) tanpa layanan berlangganan. Opsi tambahan lain adalah software GoPro Player + aplikasi PC ReelSteady seharga USD100 (Rp1,4 juta).
Drone FPV memang berbeda dengan drone pada umumnya. Umumnya drone FPV dirakit sendiri, memiliki beragam variasi ukuran, dan ditujukan untuk terbang dengan kecepatan tinggi dan manuver dramatis.
Mulanya, drone FPV digunakan untuk balap atau terbang bebas (freestyle). Namun, sekarang mulai melebar ke pembuatan video sinematik.
Disinilah peran kamera action seperti GoPro. Namun, drone FPV butuh kecepatan tinggi dan manuver tajam, pilot butuh kamera yang lebih ringan dan ringkas. GoPro yang ada sekarang, dianggap terlalu berat lantaran setiap gram di drone FPV sangat berpengaruh.
Sadar akan kebutuhan tersebut, GoPro lantas mengenalkan Hero 10 Black Bones. Fiturnya mirip dengan Hero 10 Black. Sudah dibekali fitur video HyperSmooth 4.0 dan 5.3K yang sulit disaingi kompetitornya. Tapi, dengan bodi yang jauh lebih ringkas dan ringan. Cukup ringan untuk dipasang pada drone kelas 3 inci atau lebih besar.
”Bones adalah langkah penting dalam strategi GoPro untuk menghasilkan produk turunan yang menjawab kebutuhan audiens pelanggan secara spesifik,” ujar pendiri dan CEO GoPro, Nicholas Woodman. ”GoPro Bones memberikan kualitas visual dan performa ala Hero 10 Black, tapi dengan bodi sangat ringan, yang ideal untuk sinematografi udara,” katanya.
GoPro Hero 10 Black Bones memiliki berat hanya 54 gram atau lebih ringan 100 gram dibanding Hero 10 Black standar. Ini adalah GoPro paling ringan yang pernah diciptakan.
Salah satu alasan mengapa bisa sangat ringan, karena tidak memiliki baterainya sendiri. Tapi, “numpang” dari baterai yang biasa digunakan drone FPV. Mulai tipe 2S hingga 6S atau 5V-27V.
Bobotnya yang sangat kecil dan ringan membuat GoPro Bones cocok untuk mengabadikan rekaman udara yang cepat dan bahkan “gila”.
Bodi GoPro Bones dirancang lebih durable atau tahan benturan. Juga, memiliki ventilasi untuk mendorong pendinginan udara terus menerus agar prosesor tidak panas saat dipakai merekam video dalam durasi panjang.
Kalaupun crash atau menabrak, GoPro Bones sudah dibekali housing atau casing yang juga ringan. Termasuk kover lensa yang bisa diganti-ganti dengan ND Hero 10 Black dan Hero 9 Black pihak ketiga.
Adapun GoPro Bones juga memakai prosesor GP2 yang sama dengan Hero 10 Black. Sehingga tidak penurunan kualitas atau fitur.
Pengguna bisa merekam video HyperSmooth 4.0 terbaru untuk mendapat video resolusi tinggi yang sangat stabil saat terbang. Atau, mereka bisa tetap terbang memakai mode normal, lalu menyeimbangkannya saat editing lewat software ReelSteady di aplikasi Player + ReelSteady baru GoPro yang diluncurkan.
Atau bahkan para pilot bisa menggabungkan stabilisasi HyperSmooth dan ReelSteady untuk membuat rekaman yang benar-benar halus.
Untuk kualitas video, GoPro Bones bisa merekam 5,3K-60fps, 4K-120 fps, dan 2,7K-240 fps dalam rasio 16:9. Adapun rekaman HyperSmooth memakai rasio aspek 4:3. Pengguna bisa mendapat resolusi 5,3K pada 30fps, 4K pada 60 fps, dan 2,7K hingga 120fps.
Keunikan lain adalah cara kontrol GoPro Bones. Ada sepasang tombol fisik, aplikasi Quik, Kode QR GoPro Labs, juga Remote GoPro pemancar drone.
Dalam pembelian, pengguna mendapat satu sekrup untuk dipasang di drone, konektor FPV, serta in-box adapter.
GoPro Bones dipasarkan seharga USD400 (Rp5,7 juta) dengan langganan solusi software/cloud GoPro selama setahun. Pengguna akan mendapatkan garansi penggantian (tanpa syarat), diskon aksesoris, salinan penyimpanan cloud tak terbatas). Atau, USD500 (Rp7,1 juta) tanpa layanan berlangganan. Opsi tambahan lain adalah software GoPro Player + aplikasi PC ReelSteady seharga USD100 (Rp1,4 juta).
(dan)