Wajah Muram Gunung Everest, Dijuluki Kuburan Massal Tertinggi di Dunia
loading...

Gunung Everest yang menyandang sebagai tertinggi di dunia (8.848 meter dpl), juga mendapat julukan tidak resmi sebagai kuburan massal tertinggi dunia. Foto/skyaboveus
A
A
A
SETELAH Edmund Hillary dan Tenzing Norgay berhasil mendaki puncak Gunung Everest untuk pertama kalinya pada tahun 1953, sejak itu lebih dari 4.000 orang mengikuti jejak mereka. Namun, tidak semua menorehkan catatan harum, selama 80 tahun terakhir sekitar 300 pendaki gagal kembali dalam kondisi hidup setelah mendaki Gunung Everest.
Gunung Everest yang menyandang sebagai tertinggi di dunia (8.848 meter dpl), juga mendapat julukan tidak resmi sebagai kuburan massal tertinggi dunia. Zona kematian yang terkenal di Gunung Everest, lokasinya sekitar di atas 25.000 kaki, adalah tempat bagi sebagian besar pendaki menemui ajalnya dan mayatnya dibiarkan di sana.
Di zona kematian, dkutip SINDOnews dari laman allthatsinteresting, kadar oksigen hanya sepertiga dibandingkan dengan di permukaan laut. Tekanan barometrik menyebabkan berat badan terasa sepuluh kali lebih berat. Kombinasi dua tantangan ini membuat para pendaki cepat mengalami kelelahan, disorientasi, dan menyebabkan tekanan ekstrim pada organ tubuh.
Untuk alasan ini, para pendaki biasanya tidak bertahan lebih dari 48 jam di area ini. Bila gagal melewati zona ini, bahkan menemui kematian, protokol standar adalah membiarkan dan meninggal pendaki yang meninggal di tempat mereka mengembuskan napas terakhirnya.
![Wajah Muram Gunung Everest, Dijuluki Kuburan Massal Tertinggi di Dunia]()
Mayat para pendaki yang meninggal dibiarkan kekal di puncak gunung yang dingin, dan berfungsi sebagai peringatan bagi pendaki serta penanda jarak yang sudah ditempuh. Tentu ini merupakan tanda yang tak lumrah, bahkan cenderung mengerikan. (Baca juga; Ini Gawat, Status Gunung Everest Sebagai yang Tertinggi di Dunia Diragukan )
Gunung Everest yang menyandang sebagai tertinggi di dunia (8.848 meter dpl), juga mendapat julukan tidak resmi sebagai kuburan massal tertinggi dunia. Zona kematian yang terkenal di Gunung Everest, lokasinya sekitar di atas 25.000 kaki, adalah tempat bagi sebagian besar pendaki menemui ajalnya dan mayatnya dibiarkan di sana.
Di zona kematian, dkutip SINDOnews dari laman allthatsinteresting, kadar oksigen hanya sepertiga dibandingkan dengan di permukaan laut. Tekanan barometrik menyebabkan berat badan terasa sepuluh kali lebih berat. Kombinasi dua tantangan ini membuat para pendaki cepat mengalami kelelahan, disorientasi, dan menyebabkan tekanan ekstrim pada organ tubuh.
Untuk alasan ini, para pendaki biasanya tidak bertahan lebih dari 48 jam di area ini. Bila gagal melewati zona ini, bahkan menemui kematian, protokol standar adalah membiarkan dan meninggal pendaki yang meninggal di tempat mereka mengembuskan napas terakhirnya.

Mayat para pendaki yang meninggal dibiarkan kekal di puncak gunung yang dingin, dan berfungsi sebagai peringatan bagi pendaki serta penanda jarak yang sudah ditempuh. Tentu ini merupakan tanda yang tak lumrah, bahkan cenderung mengerikan. (Baca juga; Ini Gawat, Status Gunung Everest Sebagai yang Tertinggi di Dunia Diragukan )
Lihat Juga :