Jepang Teliti Dampak Kadar CO2 dan Penyebaran COVID-19 dalam Kereta, Hasilnya Mengejutkan
loading...

Jepang melakukan penelitian dampak kadar karbon dioksida (CO2) dalam gerbong kereta dengan tingkat infeksi virus Corona. Foto/asahi
A
A
A
TOKYO - Untuk menekan angka kasus COVID-19, Jepang melakukan penelitian dampak kadar karbondioksida (CO2) dalam gerbong kereta dengan tingkat infeksi virus Corona. Jepang sudah menetapkan batas maksimal kadar CO2 yang aman dalam suatu ruangan untuk mencegah penularan COVID-19.
Dikutip SINDOnews dari laman asahi.com, Selasa (4/1/2022), penelitian ini dilakukan pada 21 dan 22 Oktober 2021 oleh Institut Nasional Sains dan Teknologi Industri Lanjutan (AIST), yang berbasis di Tsukuba, Prefektur Ibaraki, atas permintaan kementerian transportasi. Para peneliti menggunakan kereta delapan gerbong dari Jalur Fukutoshin Tokyo Metro Co.
Dalam penelitian kereta ekspres tidak berhenti di beberapa stasiun dan bergerak sekitar 9 menit tanpa membuka atau menutup pintu. Salah satu gerbong kereta di bagian tengah kosong dibiarkan kosong dan melepaskan CO2 ke gerbong itu melalui tabung. (Baca juga; Jepang Luncurkan Mobil yang Bisa Jalan di Aspal dan Rel Kereta )
Levelnya sama dengan jumlah CO2 yang dihembuskan jika penumpang telah mengisi mobil hingga 150 persen dari kapasitasnya. Ada 21 indikator di dalam mobil menemukan bahwa konsentrasi CO2 naik menjadi rata-rata 3.200 bagian per juta (ppm) atau 0,32 persen, ketika jendela ditutup.
Jika dua jendela terbuka sekitar 10 sentimeter, konsentrasi CO2 menjadi rata-rata 2.700 ppm atau 0,27 persen. Atau, sekitar 15 persen lebih rendah jika jendela tertutup. Begitu juga jika membuka jendela di kereta yang penuh sesak dapat mengurangi tingkat karbondioksida sekitar 15 persen.
Dikutip SINDOnews dari laman asahi.com, Selasa (4/1/2022), penelitian ini dilakukan pada 21 dan 22 Oktober 2021 oleh Institut Nasional Sains dan Teknologi Industri Lanjutan (AIST), yang berbasis di Tsukuba, Prefektur Ibaraki, atas permintaan kementerian transportasi. Para peneliti menggunakan kereta delapan gerbong dari Jalur Fukutoshin Tokyo Metro Co.
Dalam penelitian kereta ekspres tidak berhenti di beberapa stasiun dan bergerak sekitar 9 menit tanpa membuka atau menutup pintu. Salah satu gerbong kereta di bagian tengah kosong dibiarkan kosong dan melepaskan CO2 ke gerbong itu melalui tabung. (Baca juga; Jepang Luncurkan Mobil yang Bisa Jalan di Aspal dan Rel Kereta )
Levelnya sama dengan jumlah CO2 yang dihembuskan jika penumpang telah mengisi mobil hingga 150 persen dari kapasitasnya. Ada 21 indikator di dalam mobil menemukan bahwa konsentrasi CO2 naik menjadi rata-rata 3.200 bagian per juta (ppm) atau 0,32 persen, ketika jendela ditutup.
Jika dua jendela terbuka sekitar 10 sentimeter, konsentrasi CO2 menjadi rata-rata 2.700 ppm atau 0,27 persen. Atau, sekitar 15 persen lebih rendah jika jendela tertutup. Begitu juga jika membuka jendela di kereta yang penuh sesak dapat mengurangi tingkat karbondioksida sekitar 15 persen.
Lihat Juga :