Impor Chip Capai USD306 Miliar Bukti Teknologi China Belum Mandiri

Selasa, 09 Maret 2021 - 07:49 WIB
loading...
Impor Chip Capai USD306 Miliar Bukti Teknologi China Belum Mandiri
China mengimpor chip dari AS senilai USD306 miliar atau 15% dari nilai total impornya untuk memproduksi smartphone dan gadget lainnya. Foto/Ist
A A A
HONG KONG - Presiden China , Xi Jinping, bisa jadi marah karena negaranya secara teknologi belum bisa mandiri dari Amerika Serikat (AS). Hal ini bisa dilihat dari nilai impor chip yang mencapai USD306 miliar.

China sendiri saat ini tengah menggelar pertemuan "Dua Sesi" -acara tahunan terpenting dalam kalender politik China. Dilatarbelakangi perang dagang yang memanas dengan Amerika Serikat, China menyebut kemandirian teknologi sebagai tujuan utama.

Ketergantungan pada Teknologi Asing
Salah satu tujuan utama yang telah diuraikan Xi adalah keinginan agar China melepaskan ketergantungannya pada Amerika Serikat untuk teknologi utama. Seperti suku cadang yang menggerakkan smartphone, komputer, peralatan telekomunikasi, dan gadget generasi berikutnya.

Perdana Menteri China, Li Keqiang, menekankan pentingnya perkembangan teknologi dan inovasi dalam pidatonya pada hari Jumat kemarin. Dia mengatakan, China akan meningkatkan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan lebih dari 7% setiap tahun. Pemerintah China sebelumnya telah mengidentifikasi semikonduktor, jaringan 5G, dan komputasi awan sebagai area kritis, antara lain.

Namun, jalan panjang China harus ditempuh untuk mengakhiri ketergantungannya pada teknologi asing. Pada 2019, negara itu mengimpor chip senilai USD306 miliar, atau 15% dari nilai total impornya. Dan Washington telah sangat menghambat beberapa ambisi Beijing dalam beberapa bulan terakhir dengan memberlakukan pembatasan pada perusahaan China, termasuk Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC).

Sektor Negara vs Swasta
Perusahaan milik negara seperti SMIC adalah pusat dari dorongan Beijing untuk swasembada. Tetapi perusahaan swasta juga memiliki peran penting untuk dimainkan. Bagaimanapun, raksasa teknologi dari Alibaba hingga Tencent telah mendorong banyak inovasi China di bidang ini dalam beberapa dekade terakhir.

Pemerintah telah menjelaskan dalam beberapa bulan terakhir -dan dalam rencana lima tahun yang baru- bahwa perusahaan semacam itu diharapkan mengikuti garis Partai Komunis China jika mereka ingin berhasil.

"Saat Xi mengejar ambisi untuk China di ujung tombak teknologi, Beijing mengakui bahwa pendekatan dari atas ke bawah memiliki batas," tulis analis Grup Eurasia dalam laporan penelitian baru-baru ini. "Tapi kesediaan Beijing untuk menyerahkan lebih banyak ke pasar akan ditantang oleh rasa urgensi Xi dan preferensi yang sering untuk tangan yang kuat untuk (Partai) dan negara."

Beijing terus memperluas kontrolnya atas perusahaan teknologi dalam beberapa bulan terakhir. Regulator China tidak hanya memaksa afiliasi keuangan Alibaba, Ant Group, untuk membatalkan IPO yang memecahkan rekor pada November, mereka juga telah memerintahkan perusahaan untuk merombak bisnisnya. Pihak berwenang juga meluncurkan penyelidikan antitrust ke Alibaba, menanyai eksekutif di Tencent dan Pinduoduo (PDD), dan mengeluarkan aturan baru.

Pemerintah juga telah menunjukkan keinginan untuk memperkuat pengaruhnya terhadap ekonomi dengan menciptakan mata uang digitalnya sendiri. Mereka juga memperluas versi uji coba ke kota-kota besar termasuk Beijing dan Shanghai.

Rencana lima tahun yang baru memberikan lebih banyak wawasan tentang bagaimana pihak berwenang ingin memperluas jangkauan mereka. Perusahaan teknologi "didorong" untuk berbagi data yang terkait dengan penelitian, e-commerce, dan jejaring sosial.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2478 seconds (0.1#10.140)