Selama Pandemi, Pendapatan Indosat Ooredoo Justru Meroket Hingga Rp27,9 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam laporan kinerja tahunannya, Indosat Ooredoo catatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 6,9% (YoY) menjadi Rp27,9 triliun, dan pendapatan seluler tumbuh sebesar 11,6% (YoY) menjadi Rp23,1 triliun, per 31 Desember 2020.
Sementara itu, EBITDA perusahaan juga tumbuh 16% YoY yang mencapai Rp11,4 triliun, akibat pertumbuhan pendapatan yang baik serta fokus perusahaan atas efisiensi operasional.
"Marjin EBITDA tercatat sebesar 40,9%, tumbuh sebesar 3,2 bps dibandingkan dengan tahun sebelumnya," jelas President Director and CEO Indosat Ooredoo, Ahmad Al-Neama, dalam keterangan resminya.
Jumlah pelanggan seluler Indosat Ooredoo juga mengalami pertumbuhan 1,7% YoY menjadi 60,3 juta pelangan per akhir tahun 2020, serta Pendapatan Rata-rata per Pelanggan (ARPU) meningkat menjadi Rp31,9 ribu dari sebelumnya Rp27,9 ribu. Angka tersebut didorong oleh peningkatan trafik data yang signifikan sebesar 52,8% YoY.
Indosat Ooredoo juga membukukan kinerja operasional yang kuat dengan meningkatkan pengalaman video sebanyak 55,8% YoY, serta meningkatkan kecepatan 4G hingga dua kali lipat, sehingga meningkatkan kecepatan unggah sebanyak 88,4% YoY.
Selama tahun 2020, Indosat Ooredoo berhasil menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan digital global seperti Facebook, Google, Cisco, dan Ericsson, sebagai upaya menghadirkan teknologi yang dapat mempercepat digitalisasi pengalaman pelanggan, serta meningkatkan jaringan internet di Indonesia.
“Meskipun menghadapi berbagai tantangan pandemi Covid-19 dan kompetisi harga dari operator lain, Indosat Ooredoo terus menjalankan strategi tiga-tahun perusahaan, serta mampu menjaga momentum pertumbuhan," tambah Ahmad.
Pada tahun 2021, Ahmad memaparkan pihaknya akan melanjutkan peningkatan dan perluasan jaringan perusahaan, dengan fokus pada pengembangan 4G/LTE dan Jaringan Video Grade. Ahmad juga yakin bahwa momentum pertumbuhan ini akan berlanjut pada tahun 2021.
"Namun, karena ketidakpastian pemulihan ekonomi dari pandemi, dengan penuh pertimbangan kami optimis untuk mencapai pertumbuhan pendapatan sesuai dengan industri, marjin EBITDA di kisaran batas bawah level 40%, serta belanja modal di kisaran 8 triliun rupiah," tandasnya.
Sementara itu, EBITDA perusahaan juga tumbuh 16% YoY yang mencapai Rp11,4 triliun, akibat pertumbuhan pendapatan yang baik serta fokus perusahaan atas efisiensi operasional.
"Marjin EBITDA tercatat sebesar 40,9%, tumbuh sebesar 3,2 bps dibandingkan dengan tahun sebelumnya," jelas President Director and CEO Indosat Ooredoo, Ahmad Al-Neama, dalam keterangan resminya.
Jumlah pelanggan seluler Indosat Ooredoo juga mengalami pertumbuhan 1,7% YoY menjadi 60,3 juta pelangan per akhir tahun 2020, serta Pendapatan Rata-rata per Pelanggan (ARPU) meningkat menjadi Rp31,9 ribu dari sebelumnya Rp27,9 ribu. Angka tersebut didorong oleh peningkatan trafik data yang signifikan sebesar 52,8% YoY.
Indosat Ooredoo juga membukukan kinerja operasional yang kuat dengan meningkatkan pengalaman video sebanyak 55,8% YoY, serta meningkatkan kecepatan 4G hingga dua kali lipat, sehingga meningkatkan kecepatan unggah sebanyak 88,4% YoY.
Selama tahun 2020, Indosat Ooredoo berhasil menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan digital global seperti Facebook, Google, Cisco, dan Ericsson, sebagai upaya menghadirkan teknologi yang dapat mempercepat digitalisasi pengalaman pelanggan, serta meningkatkan jaringan internet di Indonesia.
“Meskipun menghadapi berbagai tantangan pandemi Covid-19 dan kompetisi harga dari operator lain, Indosat Ooredoo terus menjalankan strategi tiga-tahun perusahaan, serta mampu menjaga momentum pertumbuhan," tambah Ahmad.
Pada tahun 2021, Ahmad memaparkan pihaknya akan melanjutkan peningkatan dan perluasan jaringan perusahaan, dengan fokus pada pengembangan 4G/LTE dan Jaringan Video Grade. Ahmad juga yakin bahwa momentum pertumbuhan ini akan berlanjut pada tahun 2021.
"Namun, karena ketidakpastian pemulihan ekonomi dari pandemi, dengan penuh pertimbangan kami optimis untuk mencapai pertumbuhan pendapatan sesuai dengan industri, marjin EBITDA di kisaran batas bawah level 40%, serta belanja modal di kisaran 8 triliun rupiah," tandasnya.
(dan)