Trump Masih Galak di Akhir Kekuasaan, 2 Raksasa Teknologi China Kena Gebuk

Selasa, 22 Desember 2020 - 15:40 WIB
loading...
Trump Masih Galak di Akhir Kekuasaan, 2 Raksasa Teknologi China Kena Gebuk
Presiden AS, Donald Trump, di masa akhir kekuasaannya memasukan DJI dan SMIC ke dalam daftar hitam dagang. Foto/Ist
A A A
WASHINGTON - Aksi Presiden AS , Donald Trump , melindungi pasar dalam negeri Amerika Serikat dari serbuan produk teknologi China terus berlanjut. Di masa akhir kekuasaannya, dia kembali memasukkan banyak perusahaan, termasuk dua raksasa teknologi China, ke dalam daftar larangan dagang. (Baca juga: Biden Menang, Perang Dagang Bakal Senggang atau Tambah Tegang? )

Dalam daftar teratas, Otoritas Perdagangan Amerika Serikat memasukan pabrikan chip top China, SMIC, ke daftar hitam perdagangan pada akhir pekan kemarin. Menteri Perdagangan Wilbur Ross, mengonfirmasi pertanyaan Reuters tentang daftar terbaru perusahan China yang masuk larangan dagang.

Saat wawancara dengan Fox Business Network, Departemen itu juga menambahkan 11 afiliasi SMIC. Tindakan itu dilakukan guna mencegah mereka mengakses teknologi AS yang dianggap lebih maju.

Bukan hanya SMIC, Trump menambahkan perusahaan drone ternama China, DJI, ke daftar hitam ekonominya. Untuk diketahui, China's SZ DJI Technology Co tercatat sebagai pembuat drone terbesar di dunia.

Wilbur Ross mengkritik apa yang disebutnya pengawasan di mana-mana oleh Pemerintah Komunis China guna menindas warganya di Xinjiang. Bukan hanya Xinjiang yang sebagian besar masyarakatnya adalah Muslim, tapi juga di tempat lain.

Departemen Perdagangan menganggap DJI, AGCU Scientech, dan Grup Kuang-Chi memungkinkan pelanggaran hak asasi manusia berskala luas di China. Mereka membantu pengumpulan dan melakukan analisis genetik yang kejam dan juga pengawasan berteknologi tinggi.

Sayangnya perusahaan-perusahaan China tersebut tidak memberikan berkomentar tentang sanksi yang diberikan Presiden Donald Trump.

Departemen Perdagangan juga, menyatakan, dalam beberapa kasus, perusahaan di atas telah memfasilitasi ekspor barang oleh China yang membantu rezim yang represif di seluruh dunia. Ini bertentangan dengan kepentingan kebijakan luar negeri AS.

Pemerintah Amerika Serikat sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan tentang DJI dan pembuat drone China lainnya. Pada bulan Januari, Departemen Dalam Negeri AS berencana menghentikan armada yang terdiri dari 800 drone buatan China. Mereka sebelumnya sudah memutuskan menghentikan pembelian tambahan drone.

Sekadar pengingat, pada Mei 2019, Departemen Dalam Negeri AS memperingatkan perusahaan-perusahaan AS tentang risiko data perusahaan dari drone buatan China. (Baca juga: Ford Mustang Bekas Uji Tabrak Dijual Seharga Honda Beat, Mau? )
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1992 seconds (0.1#10.140)