Detoks Medsos Kurangi Ketergantungan Media Sosial
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di era digital saat ini, media sosial (medsos) memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Medsos selalu dijadikan tempat untuk mengekspresikan diri, terhubung dengan teman dan keluarga, mencari informasi, hingga menghabiskan waktu luang.
Di satu sisi medsos memberikan banyak keuntungan dan kemudahan bagi penggunanya. Namun di sisi lain, media sosial justru memiliki segudang dampak buruk, yang salah satunya adalah dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. (Baca: Hikmah Menatap Langit, Ibadah Sunna yang Terlupakan)
Psikolog sosial Lisa Djapri mengatakan, dampak buruk yang dimakud yaitu dapat menimbulkan rasa insecure, cemas, dan overthinking terhadap apa pun yang didapat dari media sosial. Oleh karena itu, muncul sebuah tren yang disebut sebagai detoks medsos atau puasa "media sosial". Ini salah satu upaya untuk menjauhkan diri dari ketergantungan akan media sosial dengan tujuan untuk menjaga kesehatan psikologis mereka.
"Detoks medsos perlu dilakukan apabila seseorang sudah terlalu kecanduan media sosial, hingga bisa mengganggu aktivitas sehari-hari mereka," jelas Lisa
Lantas, bagaimana cara melakukan pembatasan diri terhadap penggunaan medsos? Detoks media sosial harus diawali dengan niat yang diciptakan dari diri setiap orang. "Sadar diri dulu kalau medsos itu benar-benar media yang seharusnya tidak membuat hidup kita lebih terpuruk. Hal-hal yang seperti itu harus dibiasakan dulu dipikiran kita," tambahnya.
Kesadaran yang dimaksud berkaitan dengan niat awal seseorang untuk memulai detoks medsos . Misalnya, memikirkan apa sebenarnya fungsi media sosial dan kerugian apa yang akan diterima ketika kita terlalu menghabiskan banyak waktu di dunia maya. (Baca juga: Ini Manfaat Mengonsumsi Dua Pisang Dalam Sehari)
"Sadar kalau medsos itu banyak ruginya, bikin jadi insecure, atau kita bisa recall pengalaman dan hal-hal yang tidak enak. Atau membandingkan diri kita dengan orang lain. Nah, kita harus sadar dahulu, karena kalau tidak sadar itu susah," tutur Lisa.
Dalam hal ini, sebelum menggunakan medsos ada baiknya untuk mengetahui dahulu apa tujuaannya menggunakan medsos. Apakah hanya sebatas mencari informasi, atau dijadikan untuk mencari tahu hal-hal lain yang bertujuan untuk menghibur diri. Di luar itu juga harus ada kontrol diri yang lebih lagi.
Durasi yang digunakan untuk memantau medsos juga harus dijaga, terkadang hal ini membuat seseorang lupa dengan apa yang ada di sekitar. "Kita juga harus memimpin diri sendiri untuk menahan niat tidak 'kepo' pada orang lain," tambahnya.
Pentingnya melakukan pembatasan waktu akses medsos dirasa penting, karena setiap orang ?memiliki batasan maksimal masing-masing. Lisa pun mengingatkan, misalnya main medsos tiga kali sehari, ini harus diubah. Atau kita bisa menentukan kapan waktu untuk berhenti menggunakan smartphone. (Baca juga: Kriminolog: Hoaks Masuk Kategori Kejahatan karena Menimbulkan Dampak Buruk)
Di satu sisi medsos memberikan banyak keuntungan dan kemudahan bagi penggunanya. Namun di sisi lain, media sosial justru memiliki segudang dampak buruk, yang salah satunya adalah dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. (Baca: Hikmah Menatap Langit, Ibadah Sunna yang Terlupakan)
Psikolog sosial Lisa Djapri mengatakan, dampak buruk yang dimakud yaitu dapat menimbulkan rasa insecure, cemas, dan overthinking terhadap apa pun yang didapat dari media sosial. Oleh karena itu, muncul sebuah tren yang disebut sebagai detoks medsos atau puasa "media sosial". Ini salah satu upaya untuk menjauhkan diri dari ketergantungan akan media sosial dengan tujuan untuk menjaga kesehatan psikologis mereka.
"Detoks medsos perlu dilakukan apabila seseorang sudah terlalu kecanduan media sosial, hingga bisa mengganggu aktivitas sehari-hari mereka," jelas Lisa
Lantas, bagaimana cara melakukan pembatasan diri terhadap penggunaan medsos? Detoks media sosial harus diawali dengan niat yang diciptakan dari diri setiap orang. "Sadar diri dulu kalau medsos itu benar-benar media yang seharusnya tidak membuat hidup kita lebih terpuruk. Hal-hal yang seperti itu harus dibiasakan dulu dipikiran kita," tambahnya.
Kesadaran yang dimaksud berkaitan dengan niat awal seseorang untuk memulai detoks medsos . Misalnya, memikirkan apa sebenarnya fungsi media sosial dan kerugian apa yang akan diterima ketika kita terlalu menghabiskan banyak waktu di dunia maya. (Baca juga: Ini Manfaat Mengonsumsi Dua Pisang Dalam Sehari)
"Sadar kalau medsos itu banyak ruginya, bikin jadi insecure, atau kita bisa recall pengalaman dan hal-hal yang tidak enak. Atau membandingkan diri kita dengan orang lain. Nah, kita harus sadar dahulu, karena kalau tidak sadar itu susah," tutur Lisa.
Dalam hal ini, sebelum menggunakan medsos ada baiknya untuk mengetahui dahulu apa tujuaannya menggunakan medsos. Apakah hanya sebatas mencari informasi, atau dijadikan untuk mencari tahu hal-hal lain yang bertujuan untuk menghibur diri. Di luar itu juga harus ada kontrol diri yang lebih lagi.
Durasi yang digunakan untuk memantau medsos juga harus dijaga, terkadang hal ini membuat seseorang lupa dengan apa yang ada di sekitar. "Kita juga harus memimpin diri sendiri untuk menahan niat tidak 'kepo' pada orang lain," tambahnya.
Pentingnya melakukan pembatasan waktu akses medsos dirasa penting, karena setiap orang ?memiliki batasan maksimal masing-masing. Lisa pun mengingatkan, misalnya main medsos tiga kali sehari, ini harus diubah. Atau kita bisa menentukan kapan waktu untuk berhenti menggunakan smartphone. (Baca juga: Kriminolog: Hoaks Masuk Kategori Kejahatan karena Menimbulkan Dampak Buruk)