Tunggu Persetujuan CFIUS, TikTok Pilih Oracle

Selasa, 15 September 2020 - 07:35 WIB
loading...
A A A
Chairman Oracle Larry Ellison merupakan salah satu pendukung Trump. Perusahaannya memang memiliki kekuatan dalam pengelolaan dan pengamanan data. Namun, Oracle tidak memiliki pengalaman dalam mengelola media sosial.

“Kepemimpinan Oracle dalam operasional TikTok di AS hanya mendapatkan akses, bukan kepemilikan,” ujar profesor investasi asal Universitas Peking, Jeffrey Towson. (Baca juga: Perdamaian Israel-Bahrain Tak Bantu Palestina)

Sebelumnya, Microsoft mendapatkan informasi dari ByteDance bahwa perusahaan China itu tidak akan menjual operasional TikTok di AS kepada mereka. Walmart Inch yang bergabung dalam konsorsium Microsoft, menyatakan masih tertarik berinvestasi di TikTok dan melanjutkan pembicaraan dengan ByteDance dan pihak lainnya.

“Ini kabar buruk bagi Walmart,” kata Towson. “Mengombinasikan hiburan TikTok dan pertautan pengguna dengan platform e-commerce merupakan pilihan terbaik untuk bisa menyaingi Amazon,”paparnya.

Belum jelas juga alasan TikTok menolak akuisisi dari Microsoft. Padahal, Microsoft merupakan konsorsium yang pertama kali mengonfirmasi rencana untuk mengakuisisi TikTok. Microsoft menyatakan telah lama menggelar perbincangan dengan perusahaan teknologi asal China, ByteDance.

Twitter juga pernah mendekati ByteDance untuk menyatakan ketertarikannya mengakuisisi aplikasi berbagai video tersebut. Namun, para pakar menyatakan keraguan terhadap kemampuan Twitter mampu menyukseskan kesepakatan tersebut. (Baca juga: Kenali Gejala Kanker Payudara Sejak Dini)

Twitter yang memiliki kapitalisasi pasar mendekati USD30 miliar harus menambah modal tambahan untuk menyukseskan kesepakatan akuisisi TikTok. “Twitter memiliki waktu yang sempit untuk bisa membiayai akuisisi tersebut. Mereka tidak memiliki waktu untuk meminjam dana,” kata Erik Gordon, profesor dari Universitas Michigan.

Aplikasi TikTok menarik perhatian global dan sejak saat itu TikTok telah menarik ratusan juta penonton yang bersemangat, kreatif, dan muda. Asal-usul TikTok berbeda dengan kisah start-up yang sering kita dengar sebelumnya. Perusahaan itu bukan kerajaan yang dibangun oleh beberapa orang dengan ide bagus di garasi rumah mereka.

Aplikasi itu sebenarnya bermula dari tiga aplikasi berbeda. Yang pertama adalah aplikasi AS bernama Musical.ly, yang diluncurkan pada 2014 dan memiliki sejumlah pengikut yang jumlahnya “sehat” di negara itu. Pada 2016, raksasa teknologi China ByteDance meluncurkan layanan serupa di China yang disebut Douyin. Aplikasi itu menarik 100 juta pengguna di China dan Thailand dalam kurun waktu setahun.

ByteDance melihat prospek yang cerah dan ingin memperluas bisnis dengan merek yang berbeda–TikTok. Jadi, pada 2018, perusahaan itu membeli Musical.ly dan memulai ekspansi global TikTok.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1438 seconds (0.1#10.140)