Teknologi Kecerdasan Buatan Samsung Semakin Jauh Tertinggal

Jum'at, 08 November 2024 - 20:41 WIB
loading...
Teknologi Kecerdasan...
Teknologi Kecerdasan Buatan Samsung. FOTO/ CNET
A A A
SEOUL - Samsung Electronics pernah menjadi pemain dominan dalam jenis semikonduktor, menempatkannya posisi teratas dalam inovasia kecerdasan buatan.


Namun, raksasa elektronik Korea Selatan itu kini tertinggal dari pesaing lamanya, SK Hynix, dalam chip generasi berikutnya yang telah menjadi komponen utama bagi pemimpin silikon AI Nvidia.

Hal ini mengakibatkan laba Samsung menurun, sekitar USD126 miliar telah hilang dari nilai pasarnya, menurut data dari S&P Capital IQ, dan seorang eksekutif mengeluarkan permintaan maaf publik yang langka tentang kinerja keuangan perusahaan baru-baru ini.

Memori adalah jenis chip penting yang digunakan untuk menyimpan data, dan dapat ditemukan di banyak perangkat mulai dari telepon pintar hingga laptop.

Selama bertahun-tahun, Samsung merupakan pemimpin yang tak terbantahkan dalam teknologi ini, mengungguli pesaingnya dari Korea Selatan, SK Hynix, dan pesaingnya dari AS, Micron.

Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas aplikasi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT milik OpenAI, infrastruktur dasar yang dibutuhkan untuk melatih model besar yang menjadi andalannya menjadi fokus yang lebih besar.

Nvidia telah muncul sebagai pemain teratas di bidang ini dengan unit pemrosesan grafis (GPU) yang telah menjadi standar emas yang digunakan oleh para raksasa teknologi untuk pelatihan AI.

Bagian penting dari arsitektur semikonduktor tersebut adalah memori pita lebar tinggi atau HBM. Memori generasi berikutnya ini melibatkan penumpukan beberapa chip memori akses acak dinamis (DRAM), tetapi pasarnya kecil sebelum ledakan AI, di situlah Samsung terjebak dan gagal berinvestasi, laporan CNBC menjelaskan lebih lanjut.

"HBM telah menjadi produk yang sangat khusus ... untuk waktu yang lama dan Samsung tidak memfokuskan sumber dayanya pada pengembangannya," kata Kazunori Ito, direktur riset ekuitas di Morningstar seperti dilansir dari Wion News, Jumat (8/11/2024).

"Karena sulitnya teknologi yang terlibat dalam penumpukan DRAM dan kecilnya ukuran pasar yang dapat dituju, diyakini bahwa biaya pengembangan yang tinggi tidak dapat dibenarkan."
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2275 seconds (0.1#10.140)