Temu: E-commerce dengan 850 Juta Pengguna Dilarang di Indonesia!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Temu, platform e-commerce yang dikenal dengan harga barang super murah, sedang naik daun di pasar global. Didukung oleh keberhasilan saudaranya, Pinduoduo, di China, Temu berhasil mencuri perhatian konsumen di Amerika Serikat dan berbagai negara lainnya.
Namun, perjalanan Temu tidak selalu mulus. Di Indonesia, Menkominfo Budi Arie Setiadi dengan tegas menolak kehadiran Temu, menganggapnya sebagai ancaman bagi UMKM lokal.
Selain itu, PDD juga menawarkan fitur “belanja kelompok” yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan potongan harga lebih besar dengan mengundang teman untuk membeli barang yang sama.
Strategi ini terbukti sangat efektif di China, di mana harga jadi faktor penentu utama dalam keputusan pembelian. Dalam waktu singkat, PDD berhasil menghimpun ratusan juta pengguna dan menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia.
Keberhasilan PDD di China mendorong perusahaan induknya, PDD Holdings, untuk melebarkan sayap ke pasar internasional dengan meluncurkan Temu pada 2022. Temu mengadopsi strategi serupa PDD, yaitu menawarkan harga sangat murah dan beragam promo menarik untuk memikat konsumen.
Dampak Temu di Berbagai Negara
Di Amerika Serikat, Temu dengan cepat menjadi fenomena. Aplikasi ini berhasil menduduki peringkat teratas di App Store dan Google Play Store, mengalahkan aplikasi-aplikasi populer lainnya seperti Amazon dan Shein. Keberhasilan Temu di AS didorong oleh beberapa faktor, antara lain:
• Harga sangat murah: Temu menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan e-commerce lainnya, bahkan untuk produk-produk yang sama.
• Beragam promo: Temu selalu menawarkan berbagai promo menarik, seperti diskon, gratis ongkir, dan cashback, untuk memikat konsumen.
• Pengalaman belanja mudah dan menyenangkan: Aplikasi Temu dirancang dengan antarmuka yang user-friendly dan mudah digunakan.
Namun, kehadiran Temu juga menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara. Di AS, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mencabut pembebasan pajak untuk paket impor bernilai rendah yang banyak dikirim oleh perusahaan seperti Temu dan Shein. Jika kebijakan ini diterapkan, maka harga barang di Temu bisa menjadi lebih mahal dan keunggulan kompetitifnya akan berkurang.
“Kita tetap larang (Temu beroperasi di Indonesia). Hancur UMKM kita kalau dibiarin," kata Budi Arie di Kantor Kominfo, Jakarta Pusat, Selasa (1/10/2024).
Budi menjelaskan bahwa Temu tidak akan bisa masuk ke pasar Indonesia karena mengancam ekosistem UMKM Indonesia. Sebab, platform belanja online ini menghubungkan langsung konsumen dengan produsen.
Baca Juga: Pemerintah Pastikan Aplikasi Temu Tidak Masuk Indonesia
"Temu nggak bisa, karena merusak ekosistem, terutama UMKM Indonesia. Kita nggak akan kasih kesempatan. Masyarakat rugi, kan kita mau jadi ruang digital itu untuk membuat masyarakat produktif dan lebih untung kalau membuat masyarakat rugi buat apa," ujarnya.
Penolakan ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk melindungi UMKM lokal dari ancaman persaingan yang tidak sehat. Namun, di sisi lain, penolakan ini juga membatasi pilihan konsumen Indonesia untuk mendapatkan barang dengan harga yang lebihterjangkau.
Namun, perjalanan Temu tidak selalu mulus. Di Indonesia, Menkominfo Budi Arie Setiadi dengan tegas menolak kehadiran Temu, menganggapnya sebagai ancaman bagi UMKM lokal.
Kisah Sukses Pinduoduo dan Temu
Pinduoduo (PDD), yang berdiri pada 2015, berhasil merajai pasar e-commerce di China dengan strategi "harga murah" dan “social commerce”. PDD menawarkan berbagai macam produk dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan para pesaingnya, seperti Alibaba dan JD.com.Selain itu, PDD juga menawarkan fitur “belanja kelompok” yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan potongan harga lebih besar dengan mengundang teman untuk membeli barang yang sama.
Strategi ini terbukti sangat efektif di China, di mana harga jadi faktor penentu utama dalam keputusan pembelian. Dalam waktu singkat, PDD berhasil menghimpun ratusan juta pengguna dan menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia.
Keberhasilan PDD di China mendorong perusahaan induknya, PDD Holdings, untuk melebarkan sayap ke pasar internasional dengan meluncurkan Temu pada 2022. Temu mengadopsi strategi serupa PDD, yaitu menawarkan harga sangat murah dan beragam promo menarik untuk memikat konsumen.
Dampak Temu di Berbagai Negara
Di Amerika Serikat, Temu dengan cepat menjadi fenomena. Aplikasi ini berhasil menduduki peringkat teratas di App Store dan Google Play Store, mengalahkan aplikasi-aplikasi populer lainnya seperti Amazon dan Shein. Keberhasilan Temu di AS didorong oleh beberapa faktor, antara lain:• Harga sangat murah: Temu menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan e-commerce lainnya, bahkan untuk produk-produk yang sama.
• Beragam promo: Temu selalu menawarkan berbagai promo menarik, seperti diskon, gratis ongkir, dan cashback, untuk memikat konsumen.
• Pengalaman belanja mudah dan menyenangkan: Aplikasi Temu dirancang dengan antarmuka yang user-friendly dan mudah digunakan.
Namun, kehadiran Temu juga menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara. Di AS, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mencabut pembebasan pajak untuk paket impor bernilai rendah yang banyak dikirim oleh perusahaan seperti Temu dan Shein. Jika kebijakan ini diterapkan, maka harga barang di Temu bisa menjadi lebih mahal dan keunggulan kompetitifnya akan berkurang.
Temu Ditolak Masuk Indonesia
Di Indonesia, Menkominfo Budi Arie Setiadi telah menyatakan dengan tegas bahwa pemerintah tidak akan memberikan izin bagi Temu untuk beroperasi di Indonesia. Alasannya, Temu dianggap dapat merusak ekosistem UMKM lokal karena model bisnisnya yang menghubungkan langsung konsumen dengan produsen di China.“Kita tetap larang (Temu beroperasi di Indonesia). Hancur UMKM kita kalau dibiarin," kata Budi Arie di Kantor Kominfo, Jakarta Pusat, Selasa (1/10/2024).
Budi menjelaskan bahwa Temu tidak akan bisa masuk ke pasar Indonesia karena mengancam ekosistem UMKM Indonesia. Sebab, platform belanja online ini menghubungkan langsung konsumen dengan produsen.
Baca Juga: Pemerintah Pastikan Aplikasi Temu Tidak Masuk Indonesia
"Temu nggak bisa, karena merusak ekosistem, terutama UMKM Indonesia. Kita nggak akan kasih kesempatan. Masyarakat rugi, kan kita mau jadi ruang digital itu untuk membuat masyarakat produktif dan lebih untung kalau membuat masyarakat rugi buat apa," ujarnya.
Penolakan ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk melindungi UMKM lokal dari ancaman persaingan yang tidak sehat. Namun, di sisi lain, penolakan ini juga membatasi pilihan konsumen Indonesia untuk mendapatkan barang dengan harga yang lebihterjangkau.
(dan)