Rekor, Internet di Jalur Gaza Padam Selama 7 Hari

Sabtu, 20 Januari 2024 - 17:57 WIB
loading...
Rekor, Internet di Jalur Gaza Padam Selama 7 Hari
Akses telekomunikasi Jalur Gaza terputus selama tujuh hari berturut-turut. (Foto: AFP)
A A A
JAKARTA - Konflik di Jalur Gaza saat ini kian berkembang menjadi pemblokiran akses internet dan saluran telekomunikasi.

Situs pemantau internet NetBlocks menyoroti sebuah unggahan di X bahwa akses telekomunikasi Jalur Gaza telah diblokir selama tujuh hari berturut-turut. Kondisi ini melebihi batas pemadaman akses hingga maksimal 144 jam. Aksi ini dimulai sejak 12 Januari 2024 lalu.

Insiden ini menandai pemadaman telekomunikasi berkelanjutan terpanjang sejak dimulainya konflik Palestina dengan Israel.

Arab News melansir detailnya, Sabtu (20/1/2024). Sebelumnya, raksasa telekomunikasi Palestina, Paltel menyatakan kehilangan semua layanan telekomunikasi di Jalur Gaza akibat konflik yang berlanjut.



Paltel, pemilik penyedia layanan telekomunikasi Palestina Jawwal menilai serangan bombardir Israel merusak infrastruktur di Khan Younis, sebuah kota di bagian selatan Jalur Gaza. Sepanjang perang yang berlangsung selama empat bulan, layanan Internet Gaza mengalami gangguan yang konsisten.

Israel sebelumnya dihadapkan pada tuduhan sengaja memutus komunikasi Gaza, tuduhan yang belum secara resmi dijawab.

Pemimpin organisasi kemanusiaan menyatakan kekhawatiran bahwa pemadaman komunikasi menghambat pengiriman bantuan, menyebabkan keterlambatan di perbatasan, suatu jalur kehidupan penting bagi banyak orang di dalam Jalur Gaza.

Access Now, sebuah organisasi hak digital yang berjuang melawan pemadaman Internet secara global, menyatakan dalam rilis pers bahwa mendokumentasikan dan berbagi informasi tentang apa yang terjadi di lapangan semakin sulit, jika tidak sama sekali tidak mungkin karena pemadaman tersebut.



Pengawas media International Media Support mengatakan di X bahwa pemadaman tersebut membuat akses informasi tentang serangan Israel dan mengarah ke bentuk bencana kemanusiaan.

Para jurnalis melaporkan bahwa pemadaman internet memaksa mereka untuk menggunakan metode pelaporan konvensional. Mereka menjelajahi daerah yang terkena bom, berinteraksi dengan korban dan saksi untuk memastikan jumlah korban serta mengandalkan komunikasi radio satelit. Mereka pun beralih menggunakan kartu SIM internasional atau elektronik di dekat perbatasan Israel dan Mesir.

Namun, solusi ini membuat komunikasi eksternal semakin sulit bagi mereka di dalam Gaza karena risiko yang terkait dengan meninggalkan area aman yang ditentukan.

Unggahan di media sosial membuat beberapa layanan internet mulai dipulihkan di Jalur Gaza."Kami mengumumkan secara bertahap kembalinya layanan komunikasi di berbagai wilayah Jalur Gaza," ujar Paltel dalam sebuah pernyataan, Jumat (19/1/2024).



Pemulihan layanan internet kemudian dikonfirmasi oleh kementerian telekomunikasi wilayah tersebut. PBB telah memperingatkan bahwa pemadaman ini memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat buruk di wilayah Palestina. "Pemadaman telekomunikasi menghentikan penduduk Gaza dari mengakses informasi penyelamatan nyawa atau memanggil bantuan pertama dan menghambat bentuk tanggapan kemanusiaan lainnya," kata agensi kemanusiaan PBB OCHA.

Pertempuran telah melanda Gaza sejak serangan Hamas yang belum pernah terjadi pada 7 Oktober terhadap Israel yang menyebabkan kematian sekitar 1.140 orang, sebagian besar warga sipil, menurut perhitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

Hamas dan kelompok militan lainnya menawan sekitar 250 orang tawanan dan sekitar 132 masih berada di Gaza, termasuk setidaknya 27 yang diyakini tewas. Setidaknya 24.762 warga Palestina, sekitar 70 persen dari mereka perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan bombardir dan serangan darat Israel, menurut data terbaru kementerian kesehatan Gaza.
(msf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2572 seconds (0.1#10.140)