Peneliti Ciptakan Kacamata VR Khusus untuk Tikus Laboratorium
loading...
A
A
A
LONDON - Sekelompok peneliti berhasil menciptakan kacamata virtual reality (VR) khusus untuk tikus laboratorium. Alat ini nantinya akan digunakan untuk mempelajari bagaimana tikus merespons hal-hal yang biasa ditemui di alam liar.
Menurut para peneliti, VR sangat bisa diandalkan untuk mensimulasikan lingkungan naturalistik tikus dalam kondisi yang lebih terkendali. Dengan VR, tidak perlu lagi repot-repot menciptakan lingkungan yang kompleks untuk penelitian.
Para peneliti yang berasal dari Northwestern University itu mengungkapkan bahwa mereka kini telah merancang struktur VR yang seharusnya lebih mirip kehidupan tikus laboratorium, yang disebut sistem iMRSIV.
Pengaturannya berfungsi seperti Oculus Rift dan kacamata VR populer lainnya. Saat digunakan kacamata dipasangkan ke dasar sistem, dan tikus ditempatkan cukup dekat sehingga menutupi seluruh bidang penglihatannya.
Di sini kacamata VR tidak benar-benar di pasangkan hanya di bagian mata tikus saja layaknya VR yang digunakan oleh manusia, mengingat mata tikus yang kecil. Meski demikian tikus tetap bisa merasakan sensasi VR dan bisa berlari karena disertakan juga treadmill.
"Kami menggunakan paradigma pelatihan yang sama seperti yang kami lakukan di masa lalu, tetapi tikus berkacamata belajar lebih cepat,” kata penulis studi senior Daniel Dombeck seperti dikutip dari Gizmodo, Minggu (10/12/2023).
“Setelah sesi pertama, mereka sudah bisa menyelesaikan tugasnya. Mereka tahu ke mana harus lari dan mencari tempat yang tepat untuk mendapatkan hadiah. Mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang lebih alami," lanjutnya.
Dombeck dan timnya juga menguji apakah kacamata tersebut dapat secara akurat menyimulasikan ancaman alam di atas kepala seperti burung. Ini merupakan sesuatu yang belum mungkin dilakukan di masa lalu.
Untuk melakukan hal ini, mereka membuat proyeksi cakram gelap yang meluas dan muncul dari atas kacamata. Ketika tikus melihat proyeksi ini, mereka cenderung membeku atau berlari lebih cepat seperti saat mereka berada di alam liar.
Para peneliti selanjutnya berharap untuk mensimulasikan kejadian umum lainnya di alam, seperti skenario di mana tikus mengejar mangsa kecil. Meskipun masih ada beberapa hal yang ingin mereka kerjakan, tim merasa bahwa pengaturan mereka dapat menawarkan banyak keuntungan dibandingkan sistem lain yang tersedia saat ini.
"Sistem VR tradisional cukup rumit, harganya mahal, dan besar. Mereka membutuhkan laboratorium besar dengan banyak ruang. kacamata kami berukuran kecil, relatif murah, dan cukup ramah pengguna. Hal ini dapat membuat teknologi VR lebih tersedia untuk laboratorium lain," tutup Dombeck.
Menurut para peneliti, VR sangat bisa diandalkan untuk mensimulasikan lingkungan naturalistik tikus dalam kondisi yang lebih terkendali. Dengan VR, tidak perlu lagi repot-repot menciptakan lingkungan yang kompleks untuk penelitian.
Para peneliti yang berasal dari Northwestern University itu mengungkapkan bahwa mereka kini telah merancang struktur VR yang seharusnya lebih mirip kehidupan tikus laboratorium, yang disebut sistem iMRSIV.
Pengaturannya berfungsi seperti Oculus Rift dan kacamata VR populer lainnya. Saat digunakan kacamata dipasangkan ke dasar sistem, dan tikus ditempatkan cukup dekat sehingga menutupi seluruh bidang penglihatannya.
Di sini kacamata VR tidak benar-benar di pasangkan hanya di bagian mata tikus saja layaknya VR yang digunakan oleh manusia, mengingat mata tikus yang kecil. Meski demikian tikus tetap bisa merasakan sensasi VR dan bisa berlari karena disertakan juga treadmill.
"Kami menggunakan paradigma pelatihan yang sama seperti yang kami lakukan di masa lalu, tetapi tikus berkacamata belajar lebih cepat,” kata penulis studi senior Daniel Dombeck seperti dikutip dari Gizmodo, Minggu (10/12/2023).
“Setelah sesi pertama, mereka sudah bisa menyelesaikan tugasnya. Mereka tahu ke mana harus lari dan mencari tempat yang tepat untuk mendapatkan hadiah. Mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang lebih alami," lanjutnya.
Dombeck dan timnya juga menguji apakah kacamata tersebut dapat secara akurat menyimulasikan ancaman alam di atas kepala seperti burung. Ini merupakan sesuatu yang belum mungkin dilakukan di masa lalu.
Untuk melakukan hal ini, mereka membuat proyeksi cakram gelap yang meluas dan muncul dari atas kacamata. Ketika tikus melihat proyeksi ini, mereka cenderung membeku atau berlari lebih cepat seperti saat mereka berada di alam liar.
Para peneliti selanjutnya berharap untuk mensimulasikan kejadian umum lainnya di alam, seperti skenario di mana tikus mengejar mangsa kecil. Meskipun masih ada beberapa hal yang ingin mereka kerjakan, tim merasa bahwa pengaturan mereka dapat menawarkan banyak keuntungan dibandingkan sistem lain yang tersedia saat ini.
"Sistem VR tradisional cukup rumit, harganya mahal, dan besar. Mereka membutuhkan laboratorium besar dengan banyak ruang. kacamata kami berukuran kecil, relatif murah, dan cukup ramah pengguna. Hal ini dapat membuat teknologi VR lebih tersedia untuk laboratorium lain," tutup Dombeck.
(wbs)