Meta Tutup 4.800 Akun Palsu di China yang Membahayakan Amerika
loading...
A
A
A
Nimmo, penyelidik utama Meta, mengatakan mengubah opini melawan Ukraina kemungkinan akan menjadi fokus dari setiap disinformasi yang ingin disuntikkan Rusia dalam perdebatan politik AS menjelang pemilihan tahun depan.
Meta seringkali menunjukkan upayanya untuk menutup jaringan media sosial palsu sebagai bukti komitmennya melindungi integritas pemilihan dan demokrasi. Tetapi para kritikus mengatakan fokus platform ini pada akun palsu mengalihkan dari kegagalan untuk menangani tanggung jawabnya terhadap disinformasi yang sudah ada di situsnya.
"Ini adalah perusahaan yang tidak bisa dianggap serius dan tidak bisa dipercaya," kata Zamaan Qureshi, penasihat kebijakan di Real Facebook Oversight Board, organisasi pimpinan hak-hak sipil dan pakar teknologi yang telah kritis terhadap pendekatan Meta terhadap disinformasi dan ujaran kebencian. "Pantau apa yang dilakukan Meta, bukan apa yang mereka katakan."
Ketika ditanya tentang kebijakan iklannya, Meta mengatakan fokusnya adalah pada pemilihan mendatang, bukan pemilihan yang sudah berlalu, dan akan menolak iklan yang melemparkan keraguan tidak beralasan pada kontestasi mendatang.
Tetapi tahun 2024 membawa tantangan baru, menurut para ahli yang mempelajari hubungan antara media sosial dan disinformasi. Tidak hanya banyak negara besar akan mengadakan pemilihan nasional, tetapi munculnya program kecerdasan buatan yang canggih membuat lebih mudah dari sebelumnya untuk membuat audio dan video yang sangat mirip yang bisa menyesatkan pemilih. "Platform-platform ini masih belum serius mengambil peran mereka di ranah publik," kata Jennifer Stromer-Galley, profesor di Syracuse University yang mempelajari media digital.
Meta seringkali menunjukkan upayanya untuk menutup jaringan media sosial palsu sebagai bukti komitmennya melindungi integritas pemilihan dan demokrasi. Tetapi para kritikus mengatakan fokus platform ini pada akun palsu mengalihkan dari kegagalan untuk menangani tanggung jawabnya terhadap disinformasi yang sudah ada di situsnya.
"Ini adalah perusahaan yang tidak bisa dianggap serius dan tidak bisa dipercaya," kata Zamaan Qureshi, penasihat kebijakan di Real Facebook Oversight Board, organisasi pimpinan hak-hak sipil dan pakar teknologi yang telah kritis terhadap pendekatan Meta terhadap disinformasi dan ujaran kebencian. "Pantau apa yang dilakukan Meta, bukan apa yang mereka katakan."
Ketika ditanya tentang kebijakan iklannya, Meta mengatakan fokusnya adalah pada pemilihan mendatang, bukan pemilihan yang sudah berlalu, dan akan menolak iklan yang melemparkan keraguan tidak beralasan pada kontestasi mendatang.
Tetapi tahun 2024 membawa tantangan baru, menurut para ahli yang mempelajari hubungan antara media sosial dan disinformasi. Tidak hanya banyak negara besar akan mengadakan pemilihan nasional, tetapi munculnya program kecerdasan buatan yang canggih membuat lebih mudah dari sebelumnya untuk membuat audio dan video yang sangat mirip yang bisa menyesatkan pemilih. "Platform-platform ini masih belum serius mengambil peran mereka di ranah publik," kata Jennifer Stromer-Galley, profesor di Syracuse University yang mempelajari media digital.
(msf)