Rusia Luncurkan 3 Ribu Serangan Siber terhadap Ukraina Sepanjang 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perang Rusia dan Ukraina tak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga sengit di dunia maya. Invasi yang dimulai sejak Februari 2022 itu mengakibatkan kerusakan di berbagai sektor.
Tercatat Rusia telah melancarkan 3.000 serangan siber terhadap Ukraina sepanjang 2023. Sebelumnya juga terdeteksi 4.500 serangan serupa.
Hal ini disampaikan kepala keamanan siber untuk Dinas Keamanan Ukraina (SBU) Illia Vitiuk pada pertemuan siber di Washington, beberapa waktu lalu. “Rusia terus-menerus berevolusi dan mencari cara-cara baru (untuk menyerang),” ujarnya dikutip dari VoA, Sabtu (9/9/2023).
Operasi siber Rusia hingga kini memang belum berhasil memberikan pukulan telak ke Ukraina. Namun, mereka tak pantang menyerah dan terus menyempurnakan taktiknya serta menjadikan operasi siber sebagai bagian dari doktrin perang.
Vitiuk mengklaim Rusia melancarkan antara 10 dan 15 serangan siber serius setiap hari dan banyak di antaranya menunjukkan tanda-tanda diluncurkan melalui koordinasi dengan serangan rudal dan manuver militer lainnya.
Bulan lalu, misalnya, Ukraina mengungkap dan memblokir plot malware Rusia yang berusaha menyusup ke sistem penting Ukraina dengan menggunakan perangkat seluler Android yang diambil dari pasukan Ukraina di medan perang.
Para pejabat Rusia selalu menyangkal keterlibatan dalam serangan siber, terutama yang ditujukan pada infrastruktur sipil. Namun klaim ini ditanggapi skeptis oleh Ukraina dan negara-negara Barat, khususnya Amerika.
“Rusia meningkatkan kemampuan dan upaya mereka di dunia maya. Ini adalah pertarungan sengit setiap hari,” kata Wakil Direktur CIA David Cohen, yang berbicara pada konferensi yang sama di Washington.
Tak hanya Ukraina, Rusia juga mendapat banyak serangan siber. "Ada serangan terhadap pemerintah Rusia, beberapa serangan peretasan dan kebocoran. Ada serangan ruang informasi pada siaran TV dan radio," kata Cohen.
Hingga kini pertahanan siber Ukraina memang masih kokoh. Namun Vitiuk menyatakan kewaspadaannya.
“Perang ini bukan lari cepat, ini maraton. Musuh kita sedang berkembang, dan ada banyak hal yang masih perlu kita lakukan, dan banyak hal yang masih perlu kita adopsi agar kemenangan ini bisa diraih lebih cepat,” tuturnya.
Vitiuk juga memperingatkan bahwa tekad Rusia tidak boleh dianggap enteng, mengingat intelijen Ukraina menunjukkan bahwa Moskow sedang mencari cara untuk memperluas jangkauan operasi sibernya terhadap Kyiv.
“Kami dengan jelas melihat adanya program serangan siber nasional,” kata Vitiuk.
Tercatat Rusia telah melancarkan 3.000 serangan siber terhadap Ukraina sepanjang 2023. Sebelumnya juga terdeteksi 4.500 serangan serupa.
Hal ini disampaikan kepala keamanan siber untuk Dinas Keamanan Ukraina (SBU) Illia Vitiuk pada pertemuan siber di Washington, beberapa waktu lalu. “Rusia terus-menerus berevolusi dan mencari cara-cara baru (untuk menyerang),” ujarnya dikutip dari VoA, Sabtu (9/9/2023).
Operasi siber Rusia hingga kini memang belum berhasil memberikan pukulan telak ke Ukraina. Namun, mereka tak pantang menyerah dan terus menyempurnakan taktiknya serta menjadikan operasi siber sebagai bagian dari doktrin perang.
Vitiuk mengklaim Rusia melancarkan antara 10 dan 15 serangan siber serius setiap hari dan banyak di antaranya menunjukkan tanda-tanda diluncurkan melalui koordinasi dengan serangan rudal dan manuver militer lainnya.
Bulan lalu, misalnya, Ukraina mengungkap dan memblokir plot malware Rusia yang berusaha menyusup ke sistem penting Ukraina dengan menggunakan perangkat seluler Android yang diambil dari pasukan Ukraina di medan perang.
Para pejabat Rusia selalu menyangkal keterlibatan dalam serangan siber, terutama yang ditujukan pada infrastruktur sipil. Namun klaim ini ditanggapi skeptis oleh Ukraina dan negara-negara Barat, khususnya Amerika.
“Rusia meningkatkan kemampuan dan upaya mereka di dunia maya. Ini adalah pertarungan sengit setiap hari,” kata Wakil Direktur CIA David Cohen, yang berbicara pada konferensi yang sama di Washington.
Tak hanya Ukraina, Rusia juga mendapat banyak serangan siber. "Ada serangan terhadap pemerintah Rusia, beberapa serangan peretasan dan kebocoran. Ada serangan ruang informasi pada siaran TV dan radio," kata Cohen.
Hingga kini pertahanan siber Ukraina memang masih kokoh. Namun Vitiuk menyatakan kewaspadaannya.
“Perang ini bukan lari cepat, ini maraton. Musuh kita sedang berkembang, dan ada banyak hal yang masih perlu kita lakukan, dan banyak hal yang masih perlu kita adopsi agar kemenangan ini bisa diraih lebih cepat,” tuturnya.
Vitiuk juga memperingatkan bahwa tekad Rusia tidak boleh dianggap enteng, mengingat intelijen Ukraina menunjukkan bahwa Moskow sedang mencari cara untuk memperluas jangkauan operasi sibernya terhadap Kyiv.
“Kami dengan jelas melihat adanya program serangan siber nasional,” kata Vitiuk.
(msf)