Setelah Singapura, Amerika Izinkan Penjualan Daging Hasil Laboratorium
loading...

Amerika Serikat menjadi negara kedua di dunia yang mengizinkan penjualan daging hasil laboratorium. FOTO/Aljazeera
A
A
A
AMERIKA SERIKAT - Amerika Serikat menjadi negara kedua di dunia yang mengizinkan penjualan daging hasil laboratorium. Sebelumnya Singapura juga telah mengizinkan penjualan daging tersebut.
Dua perusahaan, Upside Foods dan Good Meat, mengatakan mereka telah menerima persetujuan akhir dari Departemen Pertanian AS (USDA) untuk menjual daging yang ditanam di laboratorium. Hal itu membuka jalan bagi penjualan produk yang pertama kali di negara tersebut.
Perusahaan tersebut adalah yang pertama menyelesaikan proses persetujuan multi-langkah untuk apa yang disebut daging budidaya, yang berasal dari sampel sel ternak yang diberi makan dan ditanam di tong baja. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menetapkan bahwa makanan tersebut aman untuk dimakan.
Dengan persetujuan tersebut, Amerika Serikat akan menjadi negara kedua setelah Singapura yang mengizinkan penjualan daging budidaya.
“Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Ini adalah era baru,” kata Uma Valeti, CEO Upside, dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
Dua perusahaan, Upside Foods dan Good Meat, mengatakan mereka telah menerima persetujuan akhir dari Departemen Pertanian AS (USDA) untuk menjual daging yang ditanam di laboratorium. Hal itu membuka jalan bagi penjualan produk yang pertama kali di negara tersebut.
Perusahaan tersebut adalah yang pertama menyelesaikan proses persetujuan multi-langkah untuk apa yang disebut daging budidaya, yang berasal dari sampel sel ternak yang diberi makan dan ditanam di tong baja. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menetapkan bahwa makanan tersebut aman untuk dimakan.
Dengan persetujuan tersebut, Amerika Serikat akan menjadi negara kedua setelah Singapura yang mengizinkan penjualan daging budidaya.
“Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Ini adalah era baru,” kata Uma Valeti, CEO Upside, dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
Lihat Juga :