Pakar Sebut Maraknya Penipuan Online Adalah Dampak Banyaknya Kebocoran Data

Jum'at, 23 Juni 2023 - 09:18 WIB
loading...
Pakar Sebut Maraknya Penipuan Online Adalah Dampak Banyaknya Kebocoran Data
Contoh penipuan berkedok freelance (kiri) dan iklan jual beli rekening (kanan). Foto: dok Vaksincom
A A A
JAKARTA - Maraknya kasus scam dan penipuan hari ini adalah badai yang diakibatkan oleh kebocoran data bertahun-tahun. Ini karena kecerobohan pengelola data tidak melindungi dengan baik data masyarakat yang dikelolanya.

Hal tersebut disampaikan oleh pengamat keamanan siber Alfons Tanujaya. Menurut Alfons, kebocoran data kependudukan yang masif memberikan amunisi kepada penipu sehingga mereka mendapatkan database yang sangat berharga. “Di tangan orang yang mengerti mengeksploitasi data, database adalah tambang emas,” ujarnya.

Database, menurut Alfons, dapat digunakan untuk profiling, mencari korban penipuan. Selain itu, database juga digunakan untuk membuat “KTP aspal” yang sakti. “Sebab meskipun blanko KTPnya palsu tetapi data kependudukan yang terkandung di dalamnya adalah data asli,” ujarnya.

Salah satu faktor utama yang menentukan suburnya aktivitas penipuan adalah kemudahan untuk mendapatkan uang hasil menipunya dengan aman dan sulit diidentifikasi pihak berwenang. Dalam aksi scam dan tipu-tipu di Indonesia, Alfons mengatakan, korbannya mayoritas orang awam namun memiliki akses ke sistem perbankan. Sehingga akses monetisasi hasil penipuan di Indonesia masih memanfaatkan akun bank dan dompet digital.

“Tentunya penipu tidak bodoh menggunakan identitasnya sendiri untuk membuka rekening penampungan hasil tipu-tipunya dan akan menggunakan rekening yang aman,” ungkapnya.

Pucuk dicinta ulam tiba, kebocoran data kependudukan yang masif membuka jalan bagi penipu untuk menjalankan aksinya karena menyediakan ratusan juta database kependudukan asli. “Hanya berbekal blanko KTP ia bisa membuat KTP palsu dengan data asli,” ujar Alfons.

Ketika KTP tersebut digunakan untuk membuka rekening bank, maka akan sangat sulit bagi bank untuk mengidentifikasi keabsahan KTP secara fisik karena sekalipun blankonya palsu tetapi data NIK, Nama, alamat dan lainnya adalah data asli dan fotonya tinggal digantikan dengan foto si penipu.

Maraknya Penipuan Berkedok Tawaran Kerja Freelance

Kebocoran data kependudukan yang masif memungkinkan rekening penampungan hasil kejahatan yang bisa didapat dengan mudah.
Penipu tinggal mengeluarkan uang sekitar Rp500.000 untuk membeli rekening bodong yang telah dipersiapkan lengkap dengan kartu ATM dan siap untuk menampung hasil kejahatannya dan informasi ini dengan mudah.

Adanya sarana mudah menguangkan hasil penipuan ini kontan menjadi faktor yang sangat memudahkan komplotan penipu dalam menarik uang hasil kejahatan mereka. “Jadi komplotan penipu tinggal konsentrasi merancang rekayasa sosial yang sempurna untuk mengelabui korbannya,” ungkap Alfons.


Badai scam nyata yang hari ini sedang dituai oleh masyarakat Indonesia adalah tawaran kerja Freelance dan korban bisa mendapatkan penghasilan besar cukup hanya like dan subscribe akun media sosial.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Vaksincom, korban penipuan kerja Freelance ini sudah mencapai ribuan orang dengan kerugian mencapai ratusan miliar rupiah. “Seharusnya kasus ini mendapatkan perhatian serius dari pihak penegak hukum dan pihak terkait seperti Kominfo dan OJK,”beberAlfons.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1697 seconds (0.1#10.140)