Gedung Putih Khawatir Kecerdasan Buatan Perbudak dan Ganggu Mental Pekerja
loading...

Amazon merupakan perusahaan yang telah menggunakan kecerdasan buatan untuk menilai performa pekerja mereka. Ilustrasi/FBA Helps
A
A
A
JAKARTA - White House atau Gedung Putih Kepresidenan Amerika Serikat meminta agar pekerja memberikan informasi utuh terkait kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Mereka berharap masukan dari para pekerja dan masyarakat bisa jadi bahan pertimbangan dalam membentuk regulasi mengenai penggunaan kecerdasan buatan dalam lingkup pekerjaan.
Gedung Putih khawatir kantor-kantor sengaja menggunakan kecerdasan buatan untuk memonitor dan menilai kinerja dari para pekerja. Dikhawatirkan cara itu akan membuat pekerja merasa diperbudak karena terus dipaksa bekerja dan mengganggu mental atau psikologis. Kondisi itu justru akan sangat berbahaya tidak hanya buat pekerja tapi juga lingkungan sekitarnya.
“Meskipun teknologi ini dapat menguntungkan pekerja dan pemberi kerja dalam beberapa kasus, teknologi ini juga dapat menimbulkan risiko serius bagi pekerja,” tulis keterangan resmi Gedung Putih dikutip Bloomberg.
Baca juga : Kemahalan, Warga Amerika Nekat Ogah Lakukan Perawatan Mobil Berkala
![Gedung Putih Khawatir Kecerdasan Buatan Perbudak dan Ganggu Mental Pekerja]()
Lebih lanjut mereka mengatakan masukan tidak hanya diminta dari para pekerja tapi juga berbagai pemangku kepentingan, peneliti, kelompok advokasi, dan bahkan pemberi kerja. Masukan itu diharapokan bisa memberikan gambaran tindakan penegakan apa yang harus diterapkan pemerintah federal untuk mengatasi dampak ekonomi, keselamatan, fisik, mental, dan emosional dari teknologi pengawasan tempat kerja.
Diketahui Amerika Serikat sejauh ini belum memiliki undang-undang yang mengatur kecerdasan buatan secara komprehensif. Tahun lalu Gedung Putih memang pernah mengusulkan RUU Hak Kecerdasan Buatan yang tidak mengikat dengan tujuan mencegah bahaya yang disebabkan oleh sistem kecerdasan buatan.
Gedung Putih khawatir kantor-kantor sengaja menggunakan kecerdasan buatan untuk memonitor dan menilai kinerja dari para pekerja. Dikhawatirkan cara itu akan membuat pekerja merasa diperbudak karena terus dipaksa bekerja dan mengganggu mental atau psikologis. Kondisi itu justru akan sangat berbahaya tidak hanya buat pekerja tapi juga lingkungan sekitarnya.
“Meskipun teknologi ini dapat menguntungkan pekerja dan pemberi kerja dalam beberapa kasus, teknologi ini juga dapat menimbulkan risiko serius bagi pekerja,” tulis keterangan resmi Gedung Putih dikutip Bloomberg.
Baca juga : Kemahalan, Warga Amerika Nekat Ogah Lakukan Perawatan Mobil Berkala
.jpg)
Lebih lanjut mereka mengatakan masukan tidak hanya diminta dari para pekerja tapi juga berbagai pemangku kepentingan, peneliti, kelompok advokasi, dan bahkan pemberi kerja. Masukan itu diharapokan bisa memberikan gambaran tindakan penegakan apa yang harus diterapkan pemerintah federal untuk mengatasi dampak ekonomi, keselamatan, fisik, mental, dan emosional dari teknologi pengawasan tempat kerja.
Diketahui Amerika Serikat sejauh ini belum memiliki undang-undang yang mengatur kecerdasan buatan secara komprehensif. Tahun lalu Gedung Putih memang pernah mengusulkan RUU Hak Kecerdasan Buatan yang tidak mengikat dengan tujuan mencegah bahaya yang disebabkan oleh sistem kecerdasan buatan.
Lihat Juga :