Senasib dengan Uni Soviet , Lockheed U-2 AS Kembali Bikin Mata-mata China Tak Berkutik

Selasa, 14 Februari 2023 - 11:14 WIB
loading...
Senasib dengan Uni Soviet...
Pesawat pengintai Lockheed U-2 telah beroperasi selama 68 tahun masih paling diandalkan untuk terbang dalam misi dan lingkungan yang tak bisa dilakukan oleh pesawat lain. FOTO/ mirror
A A A
NEW YORK - Sebelum ditembak jatuh oleh jet tempur F-22 milik Amerika Serikat, balon mata-mata milik China telah diintai pesawat pengintai Lockheed U-2 .


Seperti dilansir dari Airandspaceforce, disebutkan AS telah menggunakan U-2 untuk mengumpulkan intelijen dari balon mata-mata China, khususnya saat U-2 tengah berada di atas daratan AS.

Penerbangan pengintaian di ketinggian memungkinkan AS untuk memverifikasi paket pengawasan balon yang terlihat dilengkapi dengan beberapa antena yang menurut badan intelijen AS, seperti dimaksudkan untuk mengumpulkan dan melakukan geolokasi komunikasi.

“Citra beresolusi tinggi dari U-2 pada lintasan balon mengungkapkan bahwa balon di ketinggian tinggi mampu melakukan operasi pengumpulan sinyal intelijen,” kata seorang pejabat senior di Departemen Pertahanan AS.

Pesawat pengintai Lockheed U-2 telah beroperasi selama 68 tahun masih paling diandalkan untuk terbang dalam misi dan lingkungan yang tak bisa dilakukan oleh pesawat lain.

Dengan bentuk pesawat yang lebar, dua kali panjangnya, Lockheed U-2 adalah pesawat mata-mata paling khas milik Angkatan Udara Amerika Serikat.

Juga pesawat yang paling sulit diterbangkan. Karena alasan inilah ia diberi julukan "The Dragon Lady".

U-2 memiliki badan pesawat sepanjang 19m, dua aspek ketinggian, sayap yang berfungsi untuk meluncur alih-alih menyapu udara, dan mesin kuat yang dirancang untuk membuat pesawat terbang lebih tinggi dari 70.000 kaki (21km) - dan, yang terpenting, bertahan terbang di sana.

U-2 dirancang untuk beroperasi di ketinggian itu, sekaligus dengan kecepatan yang nyaris maksimal sepanjang misi, yang bisa bertahan hingga berjam-jam. Para pilot menyebut ketinggian jelajahnya sebagai "sudut peti mati".

Pada ketinggian 70.000 kaki ke atas, "Dragon Lady" menguasai sebagian besar angkasa sendirian, keadaannya masih sama saat ini seperti 65 tahun lalu ketika U-2 pertama kali lepas landas.

Di ketinggian ini, peran pilot tak ubahnya astronot ketimbang penerbang. Di dalam kokpit bertekanan udara U-2 yang seperti kepompong, pilot harus memakai pakaian dan helm khusus yang dilengkapi dengan oksigen 100%. Beberapa perlengkapan ini bahkan bisa ditemukan di pakaian antariksa yang digunakan saat ini.

Di era otomatisasi dan algoritma, mudah membayangkan bahwa pesawat mata-mata ini, dengan pilot dan "kemampuan khusus" mereka adalah sisa-sisa peninggalan dari Perang Dingin. Salah.

Selama 31 tahun setelah Tembok Berlin runtuh, U-2 telah berhasil mencuri dengar percakapan atau tulisan, mendapatkan sinyal-sinyal elektronik, mengambil foto-foto, dan menggunakan radar khusus untuk menangkap citra digital.

U-2 bahkan memiliki sejumlah peran baru, seperti menyiarkan data. Kemampuannya untuk terbang tinggi di angkasa berarti ia memiliki posisi sempurna untuk menyiarkan informasi dari medan perang ke markas.

Dalam perjalanannya, U-2 terbukti bertahan lebih lama ketimbang pesawat-pesawat pengintai yang lebih baru dan mengambil alih fungsi satelit yang sebenarnya dibuat untuk menggantikannya.

Meski bukan barang peninggalan, pesawat U-2 identik dengan Perang Dingin. Pada 1950-an, pemerintahan Presiden Dwight D Eisenhower menerima beberapa kejutan tentang kemampuan nuklir Soviet.

Amerika tak tahu-menahu karena ada kegagalan intelijen. Uni Soviet adalah negara tertutup yang sulit ditembus oleh Badan Intelijen Pusat (CIA).

Kurangnya mata-mata di tempat yang tepat berarti presiden membutuhkan pesawat mata-mata yang bisa terbang di ketinggian dan memberi tahu apa yang sedang direncanakan Uni Soviet. Dan ia membutuhkannya dengan cepat.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Teleskop Hubble Tangkap...
Teleskop Hubble Tangkap Struktur Tersembunyi Berjuluk Pilar Penciptaan
Terumbu Karang Purba...
Terumbu Karang Purba Berusia 800 Tahun Ditemukan di Laut Merah
Piramida Bawah Air Diklaim...
Piramida Bawah Air Diklaim Lebih Tua dari yang Ada di Mesir
Kambing Misterius Ini...
Kambing Misterius Ini Mampu Hidup di Area Vulkanik selama 2 Abad Lebih
Ilmuwan Temukan Olo...
Ilmuwan Temukan Olo Warna Baru yang Belum Dilihat oleh Manusia
Lempeng Tektonik Berubah...
Lempeng Tektonik Berubah Drastis, Riset Klaim India Mulai Terbagi Jadi Dua
Jepang Kenalkan Rudal...
Jepang Kenalkan Rudal dengan Kecepatan Lebih dari 9.000 Km per-Jam
Hasil Riset Ungkap Tumbuhan...
Hasil Riset Ungkap Tumbuhan Bisa Menjerit saat Tersakiti
China Siap Lanjutkan...
China Siap Lanjutkan Misi Luar Angkasa Minggu ini
Rekomendasi
Pemukim Israel Bangun...
Pemukim Israel Bangun Jalan Baru saat Tentara Curi Uang di Rumah-rumah Warga Palestina
Angkatan Udara Rusia...
Angkatan Udara Rusia Tembak Jatuh Jet Tempur Su-27 Ukraina
Womens Inspiration Awards...
Women's Inspiration Awards 2025, Deretan Pejabat Wanita Tampilkan Pesona dan Prestasi
Berita Terkini
Teleskop Hubble Tangkap...
Teleskop Hubble Tangkap Struktur Tersembunyi Berjuluk Pilar Penciptaan
2 jam yang lalu
ChatGPT Rebut Popularitas...
ChatGPT Rebut Popularitas Karier Prom Engineer
7 jam yang lalu
Susah Sinyal saat Konser?...
Susah Sinyal saat Konser? Wujudkan Koneksi Internet Lancar dengan Hypernet Technologies
8 jam yang lalu
AI Bisa Antisipasi Kecurangan...
AI Bisa Antisipasi Kecurangan Tes Rekrutmen Karyawan
11 jam yang lalu
Google Bayar Rp11 Miliar...
Google Bayar Rp11 Miliar Per Bulan untuk Mengamankan CEO Sundar Pichai
13 jam yang lalu
Lebih Akurat dan Efisien,...
Lebih Akurat dan Efisien, SNDWAY Dorong Penggunaan Pengukuran Digital
13 jam yang lalu
Infografis
Kehebatan Rudal Balistik...
Kehebatan Rudal Balistik DF-31 China yang Bikin AS Ketar-ketir
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved