Google Kembangkan Kecerdasan Buatan untuk Deteksi Banjir dan Kebakaran Hutan
Jum'at, 04 November 2022 - 09:00 WIB
JAKARTA - Bencana alam seperti kebakaran hutan dan banjir terus mengancam, salah satunya lewat adanya perubahan iklim (climate change). Karena itu, Google mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) agar bisa memprediksi banjir dan kebakaran hutan.
Menjelang konferensi iklim COP27 yang berlangsung pekan depan, Google mengumumkan akan memperluas sistem deteksi AI mereka untuk bisa memperkirakan banjir di aliran sungai di 18 negara. Antara lain adalah Brasil, Kolombia, Sri Lanka, Burkina Faso, Kamerun, Chad, Republik Demokratik Kongo, Pantai Gading, Ghana, Guinea, Malawi, Nigeria, Sierra Leone, Angola, Sudan Selatan, Namibia, Liberia, serta Afrika Selatan. Menyusul India dan Bangladesh.
Google juga membuat alat yang disebut Flood Hub, dan sudah tersedia di seluruh dunia. Flood Hub menampilkan perkiraan banjir di peta dan menunjukkan kapan dan di mana hal itu mungkin terjadi dengan pin berkode warna. Tujuannya adalah untuk membantu orang terhindar dari risiko banjir.
“Perluasan cakupan geografis ini dimungkinkan berkat terobosan terbaru kami dalam model prakiraan banjir berbasis AI, dan kami berkomitmen untuk memperluas ke lebih banyak negara,” Yossi Matias, wakil presiden Google untuk bidang teknik dan respons krisis.
Matias mencatat bahwa kerusakan bencana banjir mempengaruhi lebih dari 250 juta orang setiap tahun. Pemanasan global kemungkinan akan mengakibatkan lebih banyak banjir, yang membuat sistem deteksi seperti yang sedang dikerjakan Google menjadi kritis.
Dengan menggunakan data prakiraan cuaca, perusahaan dapat memberikan peringatan banjir hingga seminggu sebelumnya, kata manajer teknik staf senior Sella Nevo.
Sistem ini jauh lebih canggih dari yang sebelumnya hanya mampu memberi peringatan sekitar 48 jam sebelumnya. Adapun terkait kebakaran hutan, Matias menulis bahwa Google mendeteksi batas api menggunakan model AI baru berdasarkan citra satelit dan menunjukkan lokasi real-time mereka di Penelusuran dan Maps.
Perusahaan mengatakan tahun lalu bahwa mereka akan membuat alat pelacak kebakaran itu tersedia di seluruh dunia. Sistem baru menggunakan pembelajaran mesin yang lebih canggih untuk meningkatkan deteksi dan pemantauan kebakaran.
Menjelang konferensi iklim COP27 yang berlangsung pekan depan, Google mengumumkan akan memperluas sistem deteksi AI mereka untuk bisa memperkirakan banjir di aliran sungai di 18 negara. Antara lain adalah Brasil, Kolombia, Sri Lanka, Burkina Faso, Kamerun, Chad, Republik Demokratik Kongo, Pantai Gading, Ghana, Guinea, Malawi, Nigeria, Sierra Leone, Angola, Sudan Selatan, Namibia, Liberia, serta Afrika Selatan. Menyusul India dan Bangladesh.
Google juga membuat alat yang disebut Flood Hub, dan sudah tersedia di seluruh dunia. Flood Hub menampilkan perkiraan banjir di peta dan menunjukkan kapan dan di mana hal itu mungkin terjadi dengan pin berkode warna. Tujuannya adalah untuk membantu orang terhindar dari risiko banjir.
“Perluasan cakupan geografis ini dimungkinkan berkat terobosan terbaru kami dalam model prakiraan banjir berbasis AI, dan kami berkomitmen untuk memperluas ke lebih banyak negara,” Yossi Matias, wakil presiden Google untuk bidang teknik dan respons krisis.
Matias mencatat bahwa kerusakan bencana banjir mempengaruhi lebih dari 250 juta orang setiap tahun. Pemanasan global kemungkinan akan mengakibatkan lebih banyak banjir, yang membuat sistem deteksi seperti yang sedang dikerjakan Google menjadi kritis.
Dengan menggunakan data prakiraan cuaca, perusahaan dapat memberikan peringatan banjir hingga seminggu sebelumnya, kata manajer teknik staf senior Sella Nevo.
Sistem ini jauh lebih canggih dari yang sebelumnya hanya mampu memberi peringatan sekitar 48 jam sebelumnya. Adapun terkait kebakaran hutan, Matias menulis bahwa Google mendeteksi batas api menggunakan model AI baru berdasarkan citra satelit dan menunjukkan lokasi real-time mereka di Penelusuran dan Maps.
Perusahaan mengatakan tahun lalu bahwa mereka akan membuat alat pelacak kebakaran itu tersedia di seluruh dunia. Sistem baru menggunakan pembelajaran mesin yang lebih canggih untuk meningkatkan deteksi dan pemantauan kebakaran.
tulis komentar anda