Pertumbuhan Social Commerce di Indonesia dengan Memanfaatkan Beragam Teknologi

Kamis, 23 Februari 2023 - 21:48 WIB
merek-merek telah menjalankan upaya baru dengan mengoptimalkan saluran pesan (messaging) – tren penting yang unik untuk pasar e-Commerce khususnya Indonesia. FOTO/ DOK SINDOnews
SINGAPURA - Untuk dapat mengatasi kondisi saat ini, raksasa-raksasa ecommerce, salah satunya GoTo, telah melakukan PHK sebagai langkah utama perusahaan.



Sebuah tren yang tampaknya masih akan terus berlanjut di sepanjang tahun. Sementara perusahaan lainnya mengambil langkah dengan menaikkan tarif dan mengurangi subsidi untuk biaya kirim, yang berdampak buruk pada merchant-merchant mereka yang kecil.

Ditambah lagi, dengan dirampingkannya tim support, dukungan terhadap para seller menjadi lebih lambat dan tidak memadai untuk memenuhi permintaan terkini.

Sementara masa depan bisnis terlihat suram, industri ini sebetulnya memiliki masa depan yang cerah. Faktanya, pasar e-Commerce Indonesia telah tumbuh 23,8% di tahun 2022, dan diperkirakan akan mampu melejit lebih jauh lagi pada compound annual growth rate (CAGR) sebesar 22.0% antara 2021 dan 2025, dengan menyentuh Rp753.8 trilliun di tahun 2025.



Selain karena kondisi pemulihan lintas industri yang cepat dari pandemi, sebagian besar pertumbuhan e-Commerce didukung oleh pertumbuhan social commerce dan penjualan melalui saluran chat pesan instan, yang sangat penting untuk menjadi stimulus yang dibutuhkan oleh industri ini untuk memulai tumbuh lagi.

Melihat bagaimana pelanggan lokal lebih cenderung membeli produk dari penjual yang lebih aktif dan responsif di ruang chat, saat ini merek-merek telah menjalankan upaya baru dengan mengoptimalkan saluran pesan (messaging) – tren penting yang unik untuk pasar e-Commerce khususnya Indonesia, dengan lebih mengamankan prospek penjualan melalui ruang chat sebagai salah satu tempat penjualan paling menonjol di negara ini.

Dengan beberapa cara penjualan yang terus tumbuh, saat ini vendor kewalahan mengelola banyak saluran sosial dan penjualan dengan ekspektasi para pengguna yang mengharapkan adanya tanggapan secara real-time dari merek.

''Selain itu, dengan raksasa eCommerce yang mengambil kepemilikan data-data penting penjualan global, seller lokal menghadapi kurangnya data pihak pertama yang tepat untuk membuat wawasan yang akurat tentang bisnis mereka sendiri,'' tutur Asnawi Jufrie, Regional Head, South East Asia
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More