Wajah Muram Gunung Everest, Dijuluki Kuburan Massal Tertinggi di Dunia
Rabu, 19 Januari 2022 - 14:55 WIB

Gunung Everest yang menyandang sebagai tertinggi di dunia (8.848 meter dpl), juga mendapat julukan tidak resmi sebagai kuburan massal tertinggi dunia. Foto/skyaboveus
SETELAH Edmund Hillary dan Tenzing Norgay berhasil mendaki puncak Gunung Everest untuk pertama kalinya pada tahun 1953, sejak itu lebih dari 4.000 orang mengikuti jejak mereka. Namun, tidak semua menorehkan catatan harum, selama 80 tahun terakhir sekitar 300 pendaki gagal kembali dalam kondisi hidup setelah mendaki Gunung Everest.
Gunung Everest yang menyandang sebagai tertinggi di dunia (8.848 meter dpl), juga mendapat julukan tidak resmi sebagai kuburan massal tertinggi dunia. Zona kematian yang terkenal di Gunung Everest, lokasinya sekitar di atas 25.000 kaki, adalah tempat bagi sebagian besar pendaki menemui ajalnya dan mayatnya dibiarkan di sana.
Di zona kematian, dkutip SINDOnews dari laman allthatsinteresting, kadar oksigen hanya sepertiga dibandingkan dengan di permukaan laut. Tekanan barometrik menyebabkan berat badan terasa sepuluh kali lebih berat. Kombinasi dua tantangan ini membuat para pendaki cepat mengalami kelelahan, disorientasi, dan menyebabkan tekanan ekstrim pada organ tubuh.
Untuk alasan ini, para pendaki biasanya tidak bertahan lebih dari 48 jam di area ini. Bila gagal melewati zona ini, bahkan menemui kematian, protokol standar adalah membiarkan dan meninggal pendaki yang meninggal di tempat mereka mengembuskan napas terakhirnya.

Gunung Everest yang menyandang sebagai tertinggi di dunia (8.848 meter dpl), juga mendapat julukan tidak resmi sebagai kuburan massal tertinggi dunia. Zona kematian yang terkenal di Gunung Everest, lokasinya sekitar di atas 25.000 kaki, adalah tempat bagi sebagian besar pendaki menemui ajalnya dan mayatnya dibiarkan di sana.
Di zona kematian, dkutip SINDOnews dari laman allthatsinteresting, kadar oksigen hanya sepertiga dibandingkan dengan di permukaan laut. Tekanan barometrik menyebabkan berat badan terasa sepuluh kali lebih berat. Kombinasi dua tantangan ini membuat para pendaki cepat mengalami kelelahan, disorientasi, dan menyebabkan tekanan ekstrim pada organ tubuh.
Untuk alasan ini, para pendaki biasanya tidak bertahan lebih dari 48 jam di area ini. Bila gagal melewati zona ini, bahkan menemui kematian, protokol standar adalah membiarkan dan meninggal pendaki yang meninggal di tempat mereka mengembuskan napas terakhirnya.

Lihat Juga :