Aplikasi Laut Nusantara Bikin Nelayan Bisa Tangkap Ikan-Ikan Mahal
Senin, 19 Juli 2021 - 10:17 WIB
Cara kerja fitur pendeteksi ikan-ikan tersebut adalah dengan mendeteksi lokasi daerah penangkapan ikan berdasarkan kesesuaian kondisi laut, yang menurut berbagai penelitian sebagai area tempat ikan berkumpul.
Kesesuaian tersebut didasarkan kriteria front suhu dan tingginya kesuburan perairan. Front suhu adalah daerah pertemuan antara massa air hangat dan dingin.
Sedangkan kesuburan perairan tinggi berasosiasi dengan tersedia makanan ikan, berupa plankton yang melimpah. Kedua kriteria tersebut dianalisis dengan data citra satelit.
“Untuk pelikan tuna dan cakalang, dihasilkan melalui pendekatan kesesuaian habitat ikan. Kriteria kesesuaian habitat ikan tersebut dianalisis menggunakan pemodelan numerik dan pendekatan statistik non-linear. Lokasi-lokasi keberadaan ikan Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore ditampilkan sederhana agar mudah digunakan nelayan,” papar peneliti BROL Eko Susilo.
Harganya Bisa Rp100 Ribu Per Kilo
Ikan Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore memiliki nilai ekonomi tinggi. Data Pusat Informasi Pelabuhan Kementerian Kelautan dan Perikanan, harga Tuna Sirip Kuning di kisaran Rp50.000/kg, Tuna Sirip Biru Rp100.000/kg, dan Albacore Rp50.000/kg.
Sampai ke konsumen, harga jual bisa mencapai hingga 3 kali lipatnya. Sementara itu di pasar internasional, seekor tuna Bluefin harganya pernah menembus rekor dunia dengan harga Rp25 miliar dengan bobot 276 kg.
Sebelumnya, aplikasi Laut Nusantara telah memiliki fitur pendeteksi ikan bernilai ekonomi tinggi lainnya yaitu Lemuru Bali, Tuna Mata Besar, dan Cakalang. Ikan Tuna dan Ikan Cakalang punya nilai permintaan tinggi di Indonesia dan pasar Internasional.
Pada 2017, Indonesia memasok lebih dari 16% produksi Tuna, Tongkol dan Cakalang dunia. Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, selama triwulan I 2021 komoditas Tuna, Tongkol, dan Cakalang (CTC) menempati primadona kedua untuk ekspor dengan nilai USD228,55 juta atau 13,08 dari total nilai ekspor sektor perikanan.
Kesesuaian tersebut didasarkan kriteria front suhu dan tingginya kesuburan perairan. Front suhu adalah daerah pertemuan antara massa air hangat dan dingin.
Sedangkan kesuburan perairan tinggi berasosiasi dengan tersedia makanan ikan, berupa plankton yang melimpah. Kedua kriteria tersebut dianalisis dengan data citra satelit.
“Untuk pelikan tuna dan cakalang, dihasilkan melalui pendekatan kesesuaian habitat ikan. Kriteria kesesuaian habitat ikan tersebut dianalisis menggunakan pemodelan numerik dan pendekatan statistik non-linear. Lokasi-lokasi keberadaan ikan Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore ditampilkan sederhana agar mudah digunakan nelayan,” papar peneliti BROL Eko Susilo.
Harganya Bisa Rp100 Ribu Per Kilo
Ikan Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore memiliki nilai ekonomi tinggi. Data Pusat Informasi Pelabuhan Kementerian Kelautan dan Perikanan, harga Tuna Sirip Kuning di kisaran Rp50.000/kg, Tuna Sirip Biru Rp100.000/kg, dan Albacore Rp50.000/kg.
Sampai ke konsumen, harga jual bisa mencapai hingga 3 kali lipatnya. Sementara itu di pasar internasional, seekor tuna Bluefin harganya pernah menembus rekor dunia dengan harga Rp25 miliar dengan bobot 276 kg.
Sebelumnya, aplikasi Laut Nusantara telah memiliki fitur pendeteksi ikan bernilai ekonomi tinggi lainnya yaitu Lemuru Bali, Tuna Mata Besar, dan Cakalang. Ikan Tuna dan Ikan Cakalang punya nilai permintaan tinggi di Indonesia dan pasar Internasional.
Pada 2017, Indonesia memasok lebih dari 16% produksi Tuna, Tongkol dan Cakalang dunia. Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, selama triwulan I 2021 komoditas Tuna, Tongkol, dan Cakalang (CTC) menempati primadona kedua untuk ekspor dengan nilai USD228,55 juta atau 13,08 dari total nilai ekspor sektor perikanan.
tulis komentar anda