WHO Temukan Indikasi Virus Corona Sudah Mengganas di China Sejak 2019

Senin, 15 Februari 2021 - 07:59 WIB
Perubahan dalam susunan genetik virus adalah hal biasa dan biasanya tidak berbahaya, terjadi seiring waktu saat penyakit berpindah dan berkembang biak di antara manusia atau hewan. Embarek pun menolak untuk menarik kesimpulan tentang apa arti 13 strain tersebut bagi sejarah penyakit COVID-19 sebelum bulan Desember 2019.

Tetapi penemuan dari begitu banyak kemungkinan varian virus berbeda dapat memberi kesan, bahwa virus telah beredar lebih lama dari bulan Desember. Seperti yang disarankan oleh beberapa ahli virus sebelumnya. Materi genetik ini kemungkinan merupakan bukti fisik pertama yang muncul secara internasional mendukung teori semacam itu.

Prof Edward Holmes, seorang ahli virus di University of Sydney, di Australia, mengatakan, Karena sudah ada keragaman genetik dalam sampel sekuens SARS-CoV-2 dari Wuhan pada Desember 2019, kemungkinan virus itu beredar untuk sementara waktu lebih lama dari bulan Desember.

Holmes, yang telah mempelajari kemunculan virus secara panjang lebar, mengatakan, 13 urutan ini mungkin mengindikasikan virus menyebar untuk beberapa waktu tanpa terdeteksi sebelum wabah Desember di Wuhan. "Data ini sesuai dengan analisis lain bahwa virus muncul pada populasi manusia lebih awal dari Desember 2019, dan ada periode penularan samar sebelum pertama kali terdeteksi di pasar Huanan," ungkapnya.

Tim WHO sendiri menggelar konferensi pers selama tiga jam bersama rekan-rekannya dari China di Wuhan untuk mempresentasikan temuannya pekan lalu. Sejak itu, perlahan-lahan muncul lebih banyak detail tentang data akurat yang mereka miliki -dan terkadang tidak- dapat diakses.

Embarek, mengatakan, misi tersebut diberikan analisis oleh para ilmuwan China terhadap 92 kasus terduga COVID-19 dari Oktober dan November 2019 -pasien yang memiliki gejala mirip COVID dan sakit parah. Tim WHO meminta 92 orang ini diuji pada Januari tahun ini untuk antibodi. "Dari jumlah tersebut, 67 setuju untuk diuji dan semuanya terbukti negatif," kata Embarek.

Dia menambahkan tes lebih lanjut diperlukan karena masih belum jelas apakah antibodi tetap ada pada mantan pasien selama setahun kemudian. Namun cara 92 kasus ini tersebar selama dua bulan itu dan di seluruh Hubei secara geografis, juga membuat Embarek penasaran.

Embarek mengatakan, 92 kasus seperti yang disampaikan kepada tim WHO, tidak muncul dalam kelompok seperti yang biasa terjadi pada wabah penyakit. Sebaliknya, mereka diberi jarak dalam jumlah kecil di kedua bulan, dan di seluruh Provinsi Hubei, tempat Wuhan berada.

“Tidak ada pengelompokan di tempat-tempat tertentu,” ujarnya. "Itu akan diterima."

Masih belum jelas apakah 92 kasus ini terkait dengan virus Corona, dan apa yang mungkin diindikasikan oleh kurangnya pengelompokan tersebut.

Embarek menegaskan, misi tersebut dapat bertemu dengan pasien COVID-19 pertama yang dikatakan oleh China. Seorang warga Wuhan berusia 40-an, pria itu belum diidentifikasi, dan tidak memiliki riwayat perjalanan baru-baru ini.

"Dia tidak punya kaitan dengan pasar," kata Embarek. "Kami juga berbicara dengannya. Dia memiliki -dalam beberapa hal- kehidupan yang membosankan dan normal, tidak ada hiking di pegunungan. Dia adalah seorang pekerja kantoran di sebuah perusahaan swasta," bebernya.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!