Percepatan Teknologi Dorong Transformasi Medsos
Sabtu, 14 November 2020 - 09:35 WIB
Jika dibandingkan dengan marketplace, ada platform yang menjadi top pertama dan kedua. Namun, yang lainnya masih bisa bertahan karena masih dihuni oleh penjual, juga dagangan yang dipromosikan. Enda menyebut, barang itu kemungkinan dapat membuat market place tersebut tetap dipilih pengguna.
Dia meyakini, akan ada media sosial seperti Facebook lagi yang memungkinkan orang akan pindah ke sosial baru tersebut. "Hampir tidak ada sebab untuk orang pindah, sekalipun itu media sosial buatan anak bangsa. Karena teman-teman kita pun belum tentu juga berada di dalam media sosial baru itu. Harus ada dorongan sosial, maka semua orang pindah ke platform baru tersebut," ungkapnya.
Selain karena ditinggal penggunanya, media sosial tutup juga akibat tidak dapat menjalankan bisnis dengan baik. Seperti Path yang tidak dapat menutupi segala pengeluaran mereka. Meskipun Path sempat memasukkan iklan dalam platform mereka, tetap saja tidak dapat memenuhi pendapatan mereka sampai beberapa tahun ke depan.
Path yang memiliki fitur hampir sama dengan Facebook dan Instagram tentunya kewalahan untuk bersaing dengan Facebook yang sudah membeli Instagram. Mereka menjadi media sosial besar untuk saat ini bersama aplikasi chating Whatsapp. (Baca juga: Kriminolog: Hoaks Masuk Kategori Kejahatan karena Menimbulkan Dampak Buruk)
Keuntungan dari integrasi seperti yang dilakukan Facebook, Instagram, dan WhatsApp adalah makin banyaknya data dimiliki perusahaan. Semakin kenal dengan pengguna, maka semakin tepat untuk menentukan kebutuhan pengguna.
Semua itu karena faktor bisnis yang dilakukan Facebook. Padahal, Facebook memiliki produk serupa. ”Facebook punya Messager seperti Whatsapp, itu menandakan tidak mudah mengubah market, meminta banyak orang untuk ganti apa yang sudah mereka gunakan," ujarnya.
Di Amerika Serikat, Facebook Messager banyak dipakai, namun tidak dengan warga Asia yang lebih banyak menggunakan WhatsApp. Sehingga dengan membeli WhatsApp, Facebook akan mendapatkan data lengkap banyak orang, sehingga apa yang ditawarkan kepada warga Asia lebih mudah.
Enda menambahkan, kesuksesan media sosial tidak hanya disebabkan modal yang besar, juga teknologi canggih. Perusahaan reksasa teknologi Google juga pernah gagal saat membuat media sosial.
Google+ diluncurkan pada 2011 dengan mengandalkan pengguna Gmail, namun nyatanya harus tutup pada 2019. Persaingan ini memang berat dan ketat, karena sangat sulit para penghuni media sosial besar itu untuk pindah ke ‘lain hati’.
Facebook dan Instagram memang akan sulit ditandingi karena para penggunanya bukan hanya betah untuk berjejaring, namun menjadi tempat menjanjikan untuk berniaga. Mereka memanfaatkan kemudahan terhubung dengan banyak orang untuk mengunggah foto maupun video produk yang akan dijual. (Lihat videonya: Berkunjung ke Aceh Jangan Lupa Menikmati Kopi Gayo)
Dia meyakini, akan ada media sosial seperti Facebook lagi yang memungkinkan orang akan pindah ke sosial baru tersebut. "Hampir tidak ada sebab untuk orang pindah, sekalipun itu media sosial buatan anak bangsa. Karena teman-teman kita pun belum tentu juga berada di dalam media sosial baru itu. Harus ada dorongan sosial, maka semua orang pindah ke platform baru tersebut," ungkapnya.
Selain karena ditinggal penggunanya, media sosial tutup juga akibat tidak dapat menjalankan bisnis dengan baik. Seperti Path yang tidak dapat menutupi segala pengeluaran mereka. Meskipun Path sempat memasukkan iklan dalam platform mereka, tetap saja tidak dapat memenuhi pendapatan mereka sampai beberapa tahun ke depan.
Path yang memiliki fitur hampir sama dengan Facebook dan Instagram tentunya kewalahan untuk bersaing dengan Facebook yang sudah membeli Instagram. Mereka menjadi media sosial besar untuk saat ini bersama aplikasi chating Whatsapp. (Baca juga: Kriminolog: Hoaks Masuk Kategori Kejahatan karena Menimbulkan Dampak Buruk)
Keuntungan dari integrasi seperti yang dilakukan Facebook, Instagram, dan WhatsApp adalah makin banyaknya data dimiliki perusahaan. Semakin kenal dengan pengguna, maka semakin tepat untuk menentukan kebutuhan pengguna.
Semua itu karena faktor bisnis yang dilakukan Facebook. Padahal, Facebook memiliki produk serupa. ”Facebook punya Messager seperti Whatsapp, itu menandakan tidak mudah mengubah market, meminta banyak orang untuk ganti apa yang sudah mereka gunakan," ujarnya.
Di Amerika Serikat, Facebook Messager banyak dipakai, namun tidak dengan warga Asia yang lebih banyak menggunakan WhatsApp. Sehingga dengan membeli WhatsApp, Facebook akan mendapatkan data lengkap banyak orang, sehingga apa yang ditawarkan kepada warga Asia lebih mudah.
Enda menambahkan, kesuksesan media sosial tidak hanya disebabkan modal yang besar, juga teknologi canggih. Perusahaan reksasa teknologi Google juga pernah gagal saat membuat media sosial.
Google+ diluncurkan pada 2011 dengan mengandalkan pengguna Gmail, namun nyatanya harus tutup pada 2019. Persaingan ini memang berat dan ketat, karena sangat sulit para penghuni media sosial besar itu untuk pindah ke ‘lain hati’.
Facebook dan Instagram memang akan sulit ditandingi karena para penggunanya bukan hanya betah untuk berjejaring, namun menjadi tempat menjanjikan untuk berniaga. Mereka memanfaatkan kemudahan terhubung dengan banyak orang untuk mengunggah foto maupun video produk yang akan dijual. (Lihat videonya: Berkunjung ke Aceh Jangan Lupa Menikmati Kopi Gayo)
Lihat Juga :
tulis komentar anda