Inilah Cara Huawei Dongkel Samsung dari Posisi No 1 Smartphone
Senin, 04 Mei 2020 - 16:08 WIB
SHENZHEN - Huawei masih masuk dalam Daftar Entitas Departemen Perdagangan AS sehingga tetap diharamkan mengakses rantai pasokan dari perusahaan Amerika. Akibatnya, perangkat barunya tidak dapat memperoleh lisensi menggunakan Layanan Seluler Google.
Itu artinya ponsel Huawei tidak memiliki ekosistem Google dan tidak dapat menjalankan aplikasi Google, termasuk Play Store, Pencarian, Peta, Gmail, Drive, dan lainnya. Ketiadaan tersebut bukan masalah besar di China di mana sebagian besar aplikasi Google dilarang, tapi tentu saja memengaruhi penjualan handphone Huawei secara global.
Laman Phone Arena menyebutkan, secara keseluruhan Huawei tetap berhasil meningkatkan pengiriman smartphone sebesar 35 juta pada tahun lalu menjadi 240 juta unit. Yang menempatkan perusahaan di tempat kedua di depan Apple tetapi tertinggal dari Samsung untuk posisi nomor satu.
Huawei berencana mendongkel posisi Samsung tahun lalu, tapi masih terganjal sanksi AS atas dugaan kerentanan keamanan. Tetapi perusahaan raksasa menufaktur China itu percaya mereka memiliki rencana untuk menarik lebih banyak pembeli global dan mengambil posisi nomor saru penjualan smartphone dari Samsung.
Bedakan Diri dari Google
Huawei memuat perangkat terbarunya dengan Android versi open-source yang mengandung etalase aplikasi AppGallery. Yang terakhir adalah distributor aplikasi terbesar ketiga di dunia.
AppGallery diluncurkan di China pada 2011 dan versi internasionalnya dirilis pada 2018. Huawei berpikir kunci untuk melampaui Samsung adalah membuat AppGallery lebih aman dan ramah konsumen daripada Google Play Store.
Laman Phone Arena mengutarakan, Huawei sendiri menghantam Google di tempat yang paling rentan yakni membuat AppGallery sangat aman bagi pelanggan. Perusahaan berencana melakukan ini dengan memverifikasi bahwa semua pengembang persis seperti apa yang mereka katakan. Nama asli akan diperlukan dan Huawei akan memeriksanya. Ya, Play Store sampai sekarang masih rawan terhadap kejahatan siber, meskipun sudah dilindungi oleh Google Play Protect.
Selain itu, Huawei mengatakan akan lebih baik daripada Google dalam menemukan aplikasi yang sarat dengan malware. Selama beberapa tahun terakhir, kita telah mendengarkan banyak cerita tentang aplikasi Android yang memuat malware sehingga memaksa pengguna Android membayar untuk layanan teks premium, memperlambat ponsel mereka, dan menghabiskan baterai dengan menjalankan iklan di latar belakang, dan masih banyak lagi.
Huawei percaya bahwa mereja dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan memeriksa aplikasi baru untuk AppGallery. Huawei juga menegaskan, toko galerinya tidak akan mengirim data apa pun ke server di China seperti yang selama ini dituduhkan. Hal ini persis seperti yang diduga dilakukan oleh Xiaomi.
Huawei mencatat, dengan sedikit "pukulan" diarahkan pada Google, Huawei menegaskan toko aplikasinya bukanlah perusahaan data. Dengan kata lain, aplikasi tidak mencari AppGallery untuk menghasilkan data lokasi dan informasi pribadi lainnya yang dapat digunakan oleh pengiklan.
Itu artinya ponsel Huawei tidak memiliki ekosistem Google dan tidak dapat menjalankan aplikasi Google, termasuk Play Store, Pencarian, Peta, Gmail, Drive, dan lainnya. Ketiadaan tersebut bukan masalah besar di China di mana sebagian besar aplikasi Google dilarang, tapi tentu saja memengaruhi penjualan handphone Huawei secara global.
Laman Phone Arena menyebutkan, secara keseluruhan Huawei tetap berhasil meningkatkan pengiriman smartphone sebesar 35 juta pada tahun lalu menjadi 240 juta unit. Yang menempatkan perusahaan di tempat kedua di depan Apple tetapi tertinggal dari Samsung untuk posisi nomor satu.
Huawei berencana mendongkel posisi Samsung tahun lalu, tapi masih terganjal sanksi AS atas dugaan kerentanan keamanan. Tetapi perusahaan raksasa menufaktur China itu percaya mereka memiliki rencana untuk menarik lebih banyak pembeli global dan mengambil posisi nomor saru penjualan smartphone dari Samsung.
Bedakan Diri dari Google
Huawei memuat perangkat terbarunya dengan Android versi open-source yang mengandung etalase aplikasi AppGallery. Yang terakhir adalah distributor aplikasi terbesar ketiga di dunia.
AppGallery diluncurkan di China pada 2011 dan versi internasionalnya dirilis pada 2018. Huawei berpikir kunci untuk melampaui Samsung adalah membuat AppGallery lebih aman dan ramah konsumen daripada Google Play Store.
Laman Phone Arena mengutarakan, Huawei sendiri menghantam Google di tempat yang paling rentan yakni membuat AppGallery sangat aman bagi pelanggan. Perusahaan berencana melakukan ini dengan memverifikasi bahwa semua pengembang persis seperti apa yang mereka katakan. Nama asli akan diperlukan dan Huawei akan memeriksanya. Ya, Play Store sampai sekarang masih rawan terhadap kejahatan siber, meskipun sudah dilindungi oleh Google Play Protect.
Selain itu, Huawei mengatakan akan lebih baik daripada Google dalam menemukan aplikasi yang sarat dengan malware. Selama beberapa tahun terakhir, kita telah mendengarkan banyak cerita tentang aplikasi Android yang memuat malware sehingga memaksa pengguna Android membayar untuk layanan teks premium, memperlambat ponsel mereka, dan menghabiskan baterai dengan menjalankan iklan di latar belakang, dan masih banyak lagi.
Huawei percaya bahwa mereja dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan memeriksa aplikasi baru untuk AppGallery. Huawei juga menegaskan, toko galerinya tidak akan mengirim data apa pun ke server di China seperti yang selama ini dituduhkan. Hal ini persis seperti yang diduga dilakukan oleh Xiaomi.
Huawei mencatat, dengan sedikit "pukulan" diarahkan pada Google, Huawei menegaskan toko aplikasinya bukanlah perusahaan data. Dengan kata lain, aplikasi tidak mencari AppGallery untuk menghasilkan data lokasi dan informasi pribadi lainnya yang dapat digunakan oleh pengiklan.
(iqb)
tulis komentar anda