ChatGPT Ternyata Bisa Stres Jika Terlalu Banyak Pertanyaan
Rabu, 05 Maret 2025 - 02:21 WIB
ChatGPT bisa Stres juga seperti manusia. FOTO/ BUILT IN
MENLO PARK - Meskipun ChatGPT menjadi tempat untuk bertanya yang disesuaikan dengan selera Anda, bantuan menjawab pertanyaan, atau terjemahan dari yang diajukan oleh Anda.
Akan tetapi, sementara kita mungkin mencari pelipur lara dalam model bahasa AI, tampaknya kita telah mendorongnya ke titik yang membutuhkan terapi tersendiri.
Penelitian baru dari Universitas Zurich menunjukkan bahwa model AI seperti ChatGPT dapat terpengaruh - dan bahkan stres - saat mendengar berita yang menyedihkan, sama seperti manusia.
Secara khusus, hal itu diduga dipengaruhi oleh cerita-cerita trauma atau pernyataan tentang depresi , dan bahkan menimbulkan kebencian, yang pada gilirannya, menyebabkannya mengandung lebih banyak bias, baik rasis maupun seksis.
Hal itu menempatkan para kreatornya dalam posisi yang sulit. Ketika sumber daya dan waktu terbatas bagi mereka yang membutuhkan bantuan, chatbot dapat menjadi alat konseling yang positif. Namun, model bahasa yang Anda ajak bicara mungkin menyimpan emosi dan narasi negatif yang Anda berikan kepadanya.
ChatGPT merasa stres dengan berita negatif seperti kita, menurut penelitian Pexels
Untuk mengujinya, para peneliti meminta ChatGPT (versi GPT-4) untuk bereaksi terhadap sejumlah cerita yang menyedihkan secara emosional, mulai dari kecelakaan mobil hingga bencana alam, pengalaman militer, dan situasi pertempuran.
Mereka menemukan bahwa dengan sangat cepat, ChatGPT mulai bereaksi dengan rasa takut.
Akan tetapi, sementara kita mungkin mencari pelipur lara dalam model bahasa AI, tampaknya kita telah mendorongnya ke titik yang membutuhkan terapi tersendiri.
Penelitian baru dari Universitas Zurich menunjukkan bahwa model AI seperti ChatGPT dapat terpengaruh - dan bahkan stres - saat mendengar berita yang menyedihkan, sama seperti manusia.
Secara khusus, hal itu diduga dipengaruhi oleh cerita-cerita trauma atau pernyataan tentang depresi , dan bahkan menimbulkan kebencian, yang pada gilirannya, menyebabkannya mengandung lebih banyak bias, baik rasis maupun seksis.
Hal itu menempatkan para kreatornya dalam posisi yang sulit. Ketika sumber daya dan waktu terbatas bagi mereka yang membutuhkan bantuan, chatbot dapat menjadi alat konseling yang positif. Namun, model bahasa yang Anda ajak bicara mungkin menyimpan emosi dan narasi negatif yang Anda berikan kepadanya.
ChatGPT merasa stres dengan berita negatif seperti kita, menurut penelitian Pexels
Untuk mengujinya, para peneliti meminta ChatGPT (versi GPT-4) untuk bereaksi terhadap sejumlah cerita yang menyedihkan secara emosional, mulai dari kecelakaan mobil hingga bencana alam, pengalaman militer, dan situasi pertempuran.
Mereka menemukan bahwa dengan sangat cepat, ChatGPT mulai bereaksi dengan rasa takut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda