Sampah Luar Angkasa Terdeteksi Akan Berjatuhan ke Bumi
Minggu, 02 Februari 2025 - 20:57 WIB

Sampah Luar Angkasa .FOTO/ SPACE NEWS
LONDON - Luar angkasa kian hari kian padat dengan sampah seperti bekas pendorong roket dan benda-benda yang dibuang astronot.
BACA JUGA - NASA Sebut Sampah Luar Angkasa Tantangan Besar
Peningkatan ini terjadi seiring dengan maraknya misi luar angkasa dan peluncuran satelit oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Sisa-sisa wahana antariksa itu pun bisa jatuh ke Bumi kapan saja.
Pada awal 2025, misalnya, penduduk Bumi dikejutkan oleh jatuhnya puing-puing luar angkasa dari uji coba roket Starship milik Space X yang gagal mendarat.
Peristiwa ini menyebabkan kerusakan properti di Kepulauan Turks dan Caicos yang berada di wilayah kepulauan Karibia. Muasal insiden tersebut sedang dalam penyelidikan Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat.
Sebelumnya, pada penghujung 2024, sampah antariksa juga jatuh dari langit dan mendarat di sebuah desa terpencil di Kenya.
Badan Antariksa Kenya (KSA) mengidentifikasi objek tersebut sebagai cincin pemisah roket peluncur berdiameter lebih dari delapan kaki dan berat lebih dari 1.100 pon. KSA masih menyelidiki asal-usul dan kepemilikan cincin tersebut.
Merujuk Inter-Agency Space Debris Coordination Committee (IADC), sampah antariksa adalah sisa-sisa objek antariksa buatan manusia—termasuk pecahan dan semua elemen-elemen yang terdapat di dalamnya—di orbit Bumi atau yang kembali ke atmosfer Bumi, tetapi sudah tidak berfungsi.
Berdasarkan data European Space Agency (ESA) tahun 2024, jumlah sampah antariksa yang kembali ke atmosfer terus meningkat. Banyak di antaranya yang tidak habis terbakar ketika melintasi atmosfer, sehingga jatuh di lautan atau daratan.
Saat ini, setidaknya ada 36 ribu objek antariksa yang tengah dipantau oleh Satellite Surveilance Network (SSN). ESA juga memperkirakan ada lebih dari 40.000 puing-puing berdiameter lebih dari 10 cm di orbit sekitar Bumi. Sekitar lebih dari 650 objek di antaranya diperkirakan berasal dari hasil tabrakan dengan objek antariksa lain, ledakan, dan kerusakan alami lainnya.
BACA JUGA - NASA Sebut Sampah Luar Angkasa Tantangan Besar
Peningkatan ini terjadi seiring dengan maraknya misi luar angkasa dan peluncuran satelit oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Sisa-sisa wahana antariksa itu pun bisa jatuh ke Bumi kapan saja.
Pada awal 2025, misalnya, penduduk Bumi dikejutkan oleh jatuhnya puing-puing luar angkasa dari uji coba roket Starship milik Space X yang gagal mendarat.
Peristiwa ini menyebabkan kerusakan properti di Kepulauan Turks dan Caicos yang berada di wilayah kepulauan Karibia. Muasal insiden tersebut sedang dalam penyelidikan Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat.
Sebelumnya, pada penghujung 2024, sampah antariksa juga jatuh dari langit dan mendarat di sebuah desa terpencil di Kenya.
Badan Antariksa Kenya (KSA) mengidentifikasi objek tersebut sebagai cincin pemisah roket peluncur berdiameter lebih dari delapan kaki dan berat lebih dari 1.100 pon. KSA masih menyelidiki asal-usul dan kepemilikan cincin tersebut.
Merujuk Inter-Agency Space Debris Coordination Committee (IADC), sampah antariksa adalah sisa-sisa objek antariksa buatan manusia—termasuk pecahan dan semua elemen-elemen yang terdapat di dalamnya—di orbit Bumi atau yang kembali ke atmosfer Bumi, tetapi sudah tidak berfungsi.
Berdasarkan data European Space Agency (ESA) tahun 2024, jumlah sampah antariksa yang kembali ke atmosfer terus meningkat. Banyak di antaranya yang tidak habis terbakar ketika melintasi atmosfer, sehingga jatuh di lautan atau daratan.
Saat ini, setidaknya ada 36 ribu objek antariksa yang tengah dipantau oleh Satellite Surveilance Network (SSN). ESA juga memperkirakan ada lebih dari 40.000 puing-puing berdiameter lebih dari 10 cm di orbit sekitar Bumi. Sekitar lebih dari 650 objek di antaranya diperkirakan berasal dari hasil tabrakan dengan objek antariksa lain, ledakan, dan kerusakan alami lainnya.
Lihat Juga :