Kejatuhan Apple di China: Ternyata Bukan Salah Huawei!
Rabu, 02 Oktober 2024 - 09:15 WIB
CHINA - Dulu, peluncuran iPhone adalah sebuah tontonan global. Penggemar Apple atau Apple Fanboy yang antusias mengantre di luar Apple Store adalah pemandangan yang biasa di kota-kota besar seperti New York dan Shanghai.
Namun kini, cengkeraman Apple di China, ekonomi terbesar kedua di dunia, mulai mengendur. Pada pertengahan 2024, pangsa pasar Apple merosot ke angka14%, menempatkannya di posisi keenam di bawah Vivo, Oppo, Honor, Xiaomi, dan tentu saja, Huawei.
Reaksi investor mencerminkan ambivalensi konsumen. Saham Apple turun 3% setelah laporan pre-order iPhone 16 Pro dan Pro Max lebih rendah dari pendahulunya.
Apple bahkan memangkas harga iPhone 16 di Australia dan India, seolah mengantisipasi permintaan yang lemah.
“Apple Intelligence” digadang-gadang akan mengintegrasikan kemampuan chatbot AI seperti ChatGPT dan Gemini ke dalam satu perangkat, menawarkan pengalaman pengguna yang lebih lancar dan berpusat pada privasi.
“Namun sayangnya, Apple tidak memiliki model AI sendiri. Mereka akan menyuntikkan teknologi OpenAI ke dalam Siri dan fitur lainnya. Semua fungsi AI akan diproses di perangkat, melindungi privasi data pengguna dan meningkatkan kecepatan pemrosesan. Siri akan menjadi pintar dan mampu mengantisipasi kebutuhan pengguna,” tegas Howard Yu, Professor of Management and Innovation di IMD business school di Swiss dan menjabat sebagai Direktur Riset Center for Future Readiness.
Namun kini, cengkeraman Apple di China, ekonomi terbesar kedua di dunia, mulai mengendur. Pada pertengahan 2024, pangsa pasar Apple merosot ke angka14%, menempatkannya di posisi keenam di bawah Vivo, Oppo, Honor, Xiaomi, dan tentu saja, Huawei.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?
Banyak yang tergoda untuk menyalahkan ketegangan geopolitik dan nasionalisme konsumen China. Namun, jawaban yang lebih jelas terletak pada penawaran Apple yang kurang menarik di negara tersebut.iPhone 16: Hanya Sekadar Ganti Baju?
Peluncuran iPhone 16 terasa seperti lagu lama yang diputar ulang. Chip A18 yang sedikit lebih cepat, layar yang sedikit lebih besar dengan bezel yang lebih tipis, dan tombol kontrol kamera baru di samping. Semua peningkatan itu bersifat inkremental. Tanpa ada gebrakan berarti.Reaksi investor mencerminkan ambivalensi konsumen. Saham Apple turun 3% setelah laporan pre-order iPhone 16 Pro dan Pro Max lebih rendah dari pendahulunya.
Apple bahkan memangkas harga iPhone 16 di Australia dan India, seolah mengantisipasi permintaan yang lemah.
Harapan di Ujung Tanduk: Kecerdasan Buatan
Jika penyempurnaan hardware tak lagi mampu memikat konsumen, Apple masih punya satu kartu AS: kecerdasan buatan (AI).“Apple Intelligence” digadang-gadang akan mengintegrasikan kemampuan chatbot AI seperti ChatGPT dan Gemini ke dalam satu perangkat, menawarkan pengalaman pengguna yang lebih lancar dan berpusat pada privasi.
“Namun sayangnya, Apple tidak memiliki model AI sendiri. Mereka akan menyuntikkan teknologi OpenAI ke dalam Siri dan fitur lainnya. Semua fungsi AI akan diproses di perangkat, melindungi privasi data pengguna dan meningkatkan kecepatan pemrosesan. Siri akan menjadi pintar dan mampu mengantisipasi kebutuhan pengguna,” tegas Howard Yu, Professor of Management and Innovation di IMD business school di Swiss dan menjabat sebagai Direktur Riset Center for Future Readiness.
tulis komentar anda