Data Center STT GDC Ikut Gunakan Kecerdasan Buatan, Ini Alasannya
Rabu, 12 Juni 2024 - 08:07 WIB
JAKARTA - Kecerdasan buatan tidak hanya ada smartphone atau PC. Tapi, dipakai juga di data centre walau pemainnya masih terbatas.
Chief Executive Officer Southeast Asia ST Telemedia Global Data Centres (STT GDC) Lionel Yeo mengatakan, penggunaan AI di pusat data berdampak besar.
“Kluster AI aktif di pusat data membuatnya lebih fleksibel, irit biaya, serta mendukung teknologi GPU terbaru. Sangat cocok untuk pelatihan dan inferensi mode AI di berbagai industri. Baik itu perusahaan, pemerintah, dan penyedia layanan komputasi awan,” ungkapnya.
Hanya saja, fasilitas data center yang sudah mendukung AI masih sangat terbatas. “Saat ini STT GDC merupakan operator internasional pertama dengan data center di 6 negara Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan terbaru di Vietnam. Di Vietnam kapasitasnya lebih dari 500 MW,” bebernya.
Yeo menyebut, sebagian dari kapasitas tersebut dirancang untuk melayani kluster AI. Tepatnya, di data center STT GDC Singapura dan Thailand.
Lalu, secara bertahap kluster AI tambahan akan beroperasi di Filipina, Indonesia, dan Malaysia. “Setidaknya dalam 2 tahun mendatang,” ungkapnya.
Fasilitas data center STT GDC di seluruh Asia Tenggara dirancang untuk menampung chip GPU terbaru. Termasuk chip Blakwell milik NVIDIA yang dikenal canggih. “Rak-raknya memiliki daya tinggi, dengan rentang 10-150 Kw per rak,” ungkap Yeo.
Data center tersebut juga dilengkapi solusi pendinginan cair dengan sistim rendam (liquid immersion cooling) dan pendinginan langsung ke chip (direct to chip cooling).
Menurut Yeo, kawasan Asia Tenggara (SEA) mengalami peningkatan investasi data center untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat akan infrastruktur dan layanan AI.
“Kami optimistis peluang masih sangat besar. Karenanya STT GDC berekspansi di negara-negara seperti Indonesia, Thailand, Filipina, dan Malaysia,”ujarnya.
Chief Executive Officer Southeast Asia ST Telemedia Global Data Centres (STT GDC) Lionel Yeo mengatakan, penggunaan AI di pusat data berdampak besar.
“Kluster AI aktif di pusat data membuatnya lebih fleksibel, irit biaya, serta mendukung teknologi GPU terbaru. Sangat cocok untuk pelatihan dan inferensi mode AI di berbagai industri. Baik itu perusahaan, pemerintah, dan penyedia layanan komputasi awan,” ungkapnya.
Hanya saja, fasilitas data center yang sudah mendukung AI masih sangat terbatas. “Saat ini STT GDC merupakan operator internasional pertama dengan data center di 6 negara Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan terbaru di Vietnam. Di Vietnam kapasitasnya lebih dari 500 MW,” bebernya.
Yeo menyebut, sebagian dari kapasitas tersebut dirancang untuk melayani kluster AI. Tepatnya, di data center STT GDC Singapura dan Thailand.
Lalu, secara bertahap kluster AI tambahan akan beroperasi di Filipina, Indonesia, dan Malaysia. “Setidaknya dalam 2 tahun mendatang,” ungkapnya.
Fasilitas data center STT GDC di seluruh Asia Tenggara dirancang untuk menampung chip GPU terbaru. Termasuk chip Blakwell milik NVIDIA yang dikenal canggih. “Rak-raknya memiliki daya tinggi, dengan rentang 10-150 Kw per rak,” ungkap Yeo.
Data center tersebut juga dilengkapi solusi pendinginan cair dengan sistim rendam (liquid immersion cooling) dan pendinginan langsung ke chip (direct to chip cooling).
Menurut Yeo, kawasan Asia Tenggara (SEA) mengalami peningkatan investasi data center untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat akan infrastruktur dan layanan AI.
“Kami optimistis peluang masih sangat besar. Karenanya STT GDC berekspansi di negara-negara seperti Indonesia, Thailand, Filipina, dan Malaysia,”ujarnya.
(dan)
tulis komentar anda