Salah Tangkap Warga Gaza, Israel hanya Bermodalkan Google Foto
Sabtu, 30 Maret 2024 - 08:33 WIB
JAKARTA - Peristiwa sering salah tangkap warga Gaza, Palestina membuat perang makin runyam. Ternyata karena tentara Israel hanya menggunakan fitur identifikasi wajah Google Foto semata.
The New York Times melansir, Sabtu (30/3/2024) intelijen militer Israel menggunakan program pengenalan wajah eksperimental di Gaza yang salah mengidentifikasi warga sipil Palestina karena memiliki hubungan dengan Hamas. Google Foto diduga berperan dalam penerapan program tersebut, meskipun diperkirakan tidak melalui kerja sama langsung dengan perusahaan.
Program pengawasan yang tadinya digunakan untuk mencari sandera Israel di Gaza kini diperluas untuk menangkap siapapun yang berhubungan dengan Hamas atau kelompok militan lainnya. Merujuk kondisi tadi, teknologi ini menunjukkan memiliki kelemahan. Program tersebut menggunakan teknologi dari perusahaan swasta Israel, Corsight yang berpusat di Tel Aviv.
Awalnya, mereka menjanjikan sistem pengawasannya dapat secara akurat mengenali orang-orang yang wajahnya tertutup sebagian. Kenyataan di lapangan menunjukkan tentara Israel sering kali mengalami masalah dengan identifikasi wajah yang buram, tidak jelas, atau terluka. Menurut pejabat tersebut, teknologi Corsight sering keliru dan ada kasus-kasus terkait warga Palestina yang diidentifikasi ternyata tidak memiliki hubungan dengan Hamas.
Tiga perwira Israel mengatakan bahwa pihaknya berinisiatif menggunakan Google Foto untuk melengkapi teknologi Corsight. Para pejabat intelijen diduga mengunggah data yang berisi orang-orang yang diketahui memiliki kepentingan ke layanan Google, sehingga memungkinkan mereka menggunakan fitur pencarian foto di aplikasi tersebut untuk menandai mereka di antara materi pengawasannya. Salah satu petugas mengatakan kemampuan Google untuk mencocokkan wajah yang sebagian dikaburkan lebih unggul dibandingkan Corsight.
Juru bicara Google menegaskan kepada Engadget, bahwa produknya hanya mengelompokkan wajah dari gambar yang pengguna tambahkan ke bagian file dokumen. “Google Foto merupakan produk gratis yang tersedia secara luas untuk umum yang membantu mengatur foto dengan mengelompokkan wajah yang mirip, sehingga pengguna dapat memberi label pada orang agar mudah menemukan foto lama. Itu tidak memberikan identitas orang tak dikenal di foto,” tulis Google.
Salah satu pria yang ditahan karena kekeliruan identifikasi melalui program pengawasan, yaitu penyair Mosab Abu Toha. Ia mengatakan ditarik ke pos pemeriksaan militer di Gaza utara ketika keluarganya mencoba melarikan diri ke Mesir. Tangannya diborgol dan ditutup matanya, lalu diinterogasi selama dua hari sebelum akhirnya dikembalikan. Sebelum dibebaskan, tentara mengatakan kepadanya bahwa penangkapannya adalah kesalahan.
Selama penahanannya, Toha mengatakan, mendengar seseorang berkata tentara Israel telah menggunakan teknologi baru terhadap kelompok yang ditahannya.
MG/Maulana Kusumadewa Iskandar
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
The New York Times melansir, Sabtu (30/3/2024) intelijen militer Israel menggunakan program pengenalan wajah eksperimental di Gaza yang salah mengidentifikasi warga sipil Palestina karena memiliki hubungan dengan Hamas. Google Foto diduga berperan dalam penerapan program tersebut, meskipun diperkirakan tidak melalui kerja sama langsung dengan perusahaan.
Program pengawasan yang tadinya digunakan untuk mencari sandera Israel di Gaza kini diperluas untuk menangkap siapapun yang berhubungan dengan Hamas atau kelompok militan lainnya. Merujuk kondisi tadi, teknologi ini menunjukkan memiliki kelemahan. Program tersebut menggunakan teknologi dari perusahaan swasta Israel, Corsight yang berpusat di Tel Aviv.
Awalnya, mereka menjanjikan sistem pengawasannya dapat secara akurat mengenali orang-orang yang wajahnya tertutup sebagian. Kenyataan di lapangan menunjukkan tentara Israel sering kali mengalami masalah dengan identifikasi wajah yang buram, tidak jelas, atau terluka. Menurut pejabat tersebut, teknologi Corsight sering keliru dan ada kasus-kasus terkait warga Palestina yang diidentifikasi ternyata tidak memiliki hubungan dengan Hamas.
Tiga perwira Israel mengatakan bahwa pihaknya berinisiatif menggunakan Google Foto untuk melengkapi teknologi Corsight. Para pejabat intelijen diduga mengunggah data yang berisi orang-orang yang diketahui memiliki kepentingan ke layanan Google, sehingga memungkinkan mereka menggunakan fitur pencarian foto di aplikasi tersebut untuk menandai mereka di antara materi pengawasannya. Salah satu petugas mengatakan kemampuan Google untuk mencocokkan wajah yang sebagian dikaburkan lebih unggul dibandingkan Corsight.
Juru bicara Google menegaskan kepada Engadget, bahwa produknya hanya mengelompokkan wajah dari gambar yang pengguna tambahkan ke bagian file dokumen. “Google Foto merupakan produk gratis yang tersedia secara luas untuk umum yang membantu mengatur foto dengan mengelompokkan wajah yang mirip, sehingga pengguna dapat memberi label pada orang agar mudah menemukan foto lama. Itu tidak memberikan identitas orang tak dikenal di foto,” tulis Google.
Salah satu pria yang ditahan karena kekeliruan identifikasi melalui program pengawasan, yaitu penyair Mosab Abu Toha. Ia mengatakan ditarik ke pos pemeriksaan militer di Gaza utara ketika keluarganya mencoba melarikan diri ke Mesir. Tangannya diborgol dan ditutup matanya, lalu diinterogasi selama dua hari sebelum akhirnya dikembalikan. Sebelum dibebaskan, tentara mengatakan kepadanya bahwa penangkapannya adalah kesalahan.
Selama penahanannya, Toha mengatakan, mendengar seseorang berkata tentara Israel telah menggunakan teknologi baru terhadap kelompok yang ditahannya.
MG/Maulana Kusumadewa Iskandar
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
(msf)
tulis komentar anda